Polisi Hentikan Penyelidikan Kasus Tewasnya Bripda MF
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Kepolisian Resort (Polres) Kepulauan Selayar, akhirnya menghentikan penyelidikan kasus tewasnya salah satu personilnya, Bripda MF, yang ditemukan tewas dengan luka tembak di bagian dada kiri, bersebelahan dengan senapan laras pendek jenis V2, sekitar pukul 17.30 Wita, Senin (19/10) lalu.
Kapolres Selayar AKBP Temmangnganro Machmud mengatakan, pihaknya sudah menghentikan kasus kematian Bripda MF. “Kasusnya sudah ditutup. Hasil pemeriksaan visum awal dan penolakan otopsi dari pihak keluarga juga sudah diterima dari pihak Rumah Sakit KH Hayyung Selayar,” katanya kepada SINDONews, Minggu (25/10).
Dia juga mengaku sempat mendapati Bripka MF lupa ingatan pascakecelakaan hebat, olehnya itu pihaknya mengirimkan permohonan pemindahan tugas ke Makassar agar lebih mudah. Toh kata Temmangnganro, dia tak pernah memaksa almarhum untuk bertugas kembali.
“Kalau kami memang selama ini sudah membebas tugaskan yang bersangkutan karena sakit. Kita tidak pernah meminta dia untuk bertugas," ungkapnya. (baca juga: Korban Pembacokan Satu Keluarga di Panakkukang Jalani Operasi di RS Berbeda).
Yang pasti kata Kapolres, pihaknya sudah mengusulkan yang bersangkutan itu untuk dipindahkan ke Polda waktu dia masih perawatan karena mengingat kondisi kepalanya yang luar biasa (parah). “Karena saya sempat ketemu waktu dia kecelakaan dia tidak ingat saya, bahkan temannya pun tidak dia hafal dan tatapannya kosong. Kemudian tiba-tiba dia datang dinas, bisa diajak ngobrol berarti sudah sembuh nih,” ungkapnya.
Pada saat kejadian, korban Bripda MF didapati oleh anggota Pengamanan Internal (Paminal) Bripda Ari Aryansyah usai mendengar suara tembakan di sekitar Musala yang kebetulan berdekatan dengan tempat senjata penjagaan. (Baca Juga: Polisi Selayar Tewas Tertembak, Polda Tak Temukan Keterlibatan Orang Lain).
Kapolres menceritakan, usai ditemukan tertembak, Bripda MF dibawa ke Rumah Sakit KH Hayyung Selayar berjarak 2,6 Kilometer dari lokasi kejadian. Namun sesampainya di sana, dokter menyatakan pemuda berusia 26 tahun telah meninggal dunia. “Kita dalami dulu, barang bukti sudah kami amankan termasuk pistol itu.
Untuk sementara masih diduga kecelakaan teknis. Tapi kemungkinannya menembak diri sendiri. Kita fokus ke pengurusan jenazah almarhum dulu," ujar Temmangnganro.
Perwira polisi berpangkat dua bunga itu menceritakan, Bripda MF baru tiga hari terakhir bertugas kembali di Polres Kepulauan Selayar, setelah menjalani pemulihan kesehatan akibat kecelakaan sepeda motor akhir Mei 2020 lalu. (Baca Juga: Tangan 2 Korban Pembacokan di Panakkukang Terpaksa Diamputasi)
Di mata kapolres, almarhum dikenal pendiam dan taat beribadah. Bahkan sebelum kejadian nahas itu, sempat salat Ashar berjamaah di Musala Polres. "Baru kembali lagi berjaga di pos. Saya juga bingung tiba tiba ada insiden begini," bebernya.
Sedangkan, Idris, ayah Bripda MF menceritakan dua hari belakangan sebelum ditemukan tewas, almarhum kerap mengeluhkan sakit di bagian kepala. "Mungkin karena luka syaraf di kepala. Karena pernah kecelakaan lalu lintas, parah kepalanya. Lama di rumah sakit. Kebetulan saya temani selama tiga hari ini di Selayar," ungkapnya.
Bapak tiga orang anak menceritakan setelah hampir empat bulan di rawat di RS Bhayangkara. Pihak keluarga memilih kembali mengobati anak sulungnya itu, ke dokter ahli syaraf di Makassar. Sesampainya di dokter praktek awal September 2020 lalu. Hasil CT Scan terlihat masih ada efek syaraf yang ditumbulkan akibat kecelakaan meskipun sudah menjalani perawatan di RS Bhayangkara.
Kapolres Selayar AKBP Temmangnganro Machmud mengatakan, pihaknya sudah menghentikan kasus kematian Bripda MF. “Kasusnya sudah ditutup. Hasil pemeriksaan visum awal dan penolakan otopsi dari pihak keluarga juga sudah diterima dari pihak Rumah Sakit KH Hayyung Selayar,” katanya kepada SINDONews, Minggu (25/10).
Dia juga mengaku sempat mendapati Bripka MF lupa ingatan pascakecelakaan hebat, olehnya itu pihaknya mengirimkan permohonan pemindahan tugas ke Makassar agar lebih mudah. Toh kata Temmangnganro, dia tak pernah memaksa almarhum untuk bertugas kembali.
“Kalau kami memang selama ini sudah membebas tugaskan yang bersangkutan karena sakit. Kita tidak pernah meminta dia untuk bertugas," ungkapnya. (baca juga: Korban Pembacokan Satu Keluarga di Panakkukang Jalani Operasi di RS Berbeda).
Yang pasti kata Kapolres, pihaknya sudah mengusulkan yang bersangkutan itu untuk dipindahkan ke Polda waktu dia masih perawatan karena mengingat kondisi kepalanya yang luar biasa (parah). “Karena saya sempat ketemu waktu dia kecelakaan dia tidak ingat saya, bahkan temannya pun tidak dia hafal dan tatapannya kosong. Kemudian tiba-tiba dia datang dinas, bisa diajak ngobrol berarti sudah sembuh nih,” ungkapnya.
Pada saat kejadian, korban Bripda MF didapati oleh anggota Pengamanan Internal (Paminal) Bripda Ari Aryansyah usai mendengar suara tembakan di sekitar Musala yang kebetulan berdekatan dengan tempat senjata penjagaan. (Baca Juga: Polisi Selayar Tewas Tertembak, Polda Tak Temukan Keterlibatan Orang Lain).
Kapolres menceritakan, usai ditemukan tertembak, Bripda MF dibawa ke Rumah Sakit KH Hayyung Selayar berjarak 2,6 Kilometer dari lokasi kejadian. Namun sesampainya di sana, dokter menyatakan pemuda berusia 26 tahun telah meninggal dunia. “Kita dalami dulu, barang bukti sudah kami amankan termasuk pistol itu.
Untuk sementara masih diduga kecelakaan teknis. Tapi kemungkinannya menembak diri sendiri. Kita fokus ke pengurusan jenazah almarhum dulu," ujar Temmangnganro.
Perwira polisi berpangkat dua bunga itu menceritakan, Bripda MF baru tiga hari terakhir bertugas kembali di Polres Kepulauan Selayar, setelah menjalani pemulihan kesehatan akibat kecelakaan sepeda motor akhir Mei 2020 lalu. (Baca Juga: Tangan 2 Korban Pembacokan di Panakkukang Terpaksa Diamputasi)
Di mata kapolres, almarhum dikenal pendiam dan taat beribadah. Bahkan sebelum kejadian nahas itu, sempat salat Ashar berjamaah di Musala Polres. "Baru kembali lagi berjaga di pos. Saya juga bingung tiba tiba ada insiden begini," bebernya.
Sedangkan, Idris, ayah Bripda MF menceritakan dua hari belakangan sebelum ditemukan tewas, almarhum kerap mengeluhkan sakit di bagian kepala. "Mungkin karena luka syaraf di kepala. Karena pernah kecelakaan lalu lintas, parah kepalanya. Lama di rumah sakit. Kebetulan saya temani selama tiga hari ini di Selayar," ungkapnya.
Bapak tiga orang anak menceritakan setelah hampir empat bulan di rawat di RS Bhayangkara. Pihak keluarga memilih kembali mengobati anak sulungnya itu, ke dokter ahli syaraf di Makassar. Sesampainya di dokter praktek awal September 2020 lalu. Hasil CT Scan terlihat masih ada efek syaraf yang ditumbulkan akibat kecelakaan meskipun sudah menjalani perawatan di RS Bhayangkara.
(nic)