Korban Pembacokan Satu Keluarga di Panakkukang Jalani Operasi di RS Berbeda

Minggu, 25 Oktober 2020 - 11:30 WIB
loading...
Korban Pembacokan Satu...
Tiga korban pembacokan satu keluarga yang dilakukan lelaki berinisial DL (55) di Kecamatan Panakkukang telah menjalani operasi di rumah sakit berbeda di Kota Makassar. FOTO: iNews TV.
A A A
MAKASSAR - Tiga korban pembacokan satu keluarga yang dilakukan lelaki berinisial DL (55) di Kecamatan Panakkukang telah menjalani operasi di rumah sakit berbeda di Kota Makassar. AL (62) mertua laki-laki pelaku ditangani di Rumah Sakit Ibnu Sina , sementara istri pelaku SF (30) dan mertua perempuan DL yaitu SL (60) dirujuk di RS Dadi .

Tiga korban pembacokan satu keluarga tersebut sebelumnya ditangani di RS Ibnu Sina . Mereka dibawa pihak keluarga tidak lama setelah insiden berdarah terjadi, Jumat, (23/102020) sekitar pukul 12.45 Wita di Jalan Barawaja. Parahnya kondisi luka para korban sempat membuat kewalahan petugas medis.

Kasubag Humas dan Pemasaran RS Ibnu Sina , dr Hj Nurhidayat mengaku kurangnya sumber daya manusia khususnya Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang saat itu hanya satu orang jadi soal. Padahal para korban sudah banyak mengeluarkan darah akibat luka parah yang diderita.

"Dokter spesialis ortopedi yang jadi DPJP, kebetulan hanya satu saja yang jaga. Jadi yang pertama ditangani itu mertua laki-lakinya pelaku. Tapi dokter itu bilang itu yang dua tangani dulu cepat. Jadi kami hubungi dokter (spesialis ortopedi) kami yang kebetulan bertugas di RS Dadi , dr Arman. Beliau (dr Arman) menerima untuk ditangani di sana ( RS Dadi )," kata Nurhidayat, kepada Sindonews, Sabtu (24/10).



Dia menjelaskan SL lebih dulu dirujuk ke RS Dadi sekitar pukul 22.00 Wita, karena kondisi mertua pelaku itu sudah dianggap tepat untuk dipindahkan ke rumah sakit lain. Sementara SF, menyusul 12 jam kemudian, karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk dirujuk. Nurhidayat bilang, istri pelaku kala itu mengalami pendarahan hebat.

"Jadi Sabtu siang baru kita rujuk, kondisinya saat itukan pendarahan sampai hemoglobin (Hb) 5. Normalnya itu Hb 10 baru bisa dirujuk. Tapi keduanya langsung dioperasi semua begitu sampai sana. Karena ketika kita lakukan proses Sisrut (sistem rujukan terpadu) kami maksimalkan permintaan hasil-hasil pemeriksaan awal di Ibnu Sina , jadi begitu sampai langsung dikerja (operasi)," terang dr wanita itu.

Nurhidayat membantah tudingan pihak keluarga korban yang menganggap pihaknya enggan mengoperasi SL dan SF karena terindikasi Covid-19 melalui tes cepat atau rapid test. Kata dia setiap pasien yang masuk ke RS Ibnu Sina dan RS di seluruh Indonesia pada umumnya memang harus melewati prosedur pemeriksaan cepat virus menular itu.

"Kami tidak tolak atau tidak mau operasi karena reaktif. Tapi memang kondisi para korban ini sangat parah ditambah sarana dan prasarana kami terbatas. Kami juga tidak mau asal kerja, apalagi kondisi korban-korban memang sangat kritis, banyak kehilangan darah. Kita juga khawatir kalau fisik mereka melemah lalu mengambil tindakan operasi," ucapnya.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2110 seconds (0.1#10.140)