Jangan Jadikan Ponpes sebagai Objek Penanganan Sebaran COVID-19

Kamis, 22 Oktober 2020 - 16:19 WIB
loading...
Jangan Jadikan Ponpes...
Webinar Santri Sehat - Indonesia Sehat, Jogo Santri di Masa Pandemi COVID-19 yang digelar oleh Yayasan Setara-LPPM Undip dan Unicef dalam memperingati HSN 2020. Foto : IST
A A A
SEMARANG - Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jateng, KH Abu Choir meminta agar pondok pesantren (ponpes) jangan hanya dijadikan objek dalam menangani sebaran COVID-19 di pesantren. Karena menurutnya, ponpes memiliki budaya sendiri. Sehingga lebih tepat bila ponpes sebagai subjek.

"Kami hanya membutuhkan stimulasi. Ponpes merupakan lembaga pendidikan yang mandiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan umum lainnya," tegas Abu Choir dalam Webinar "Santri Sehat - Indonesia Sehat, Jogo Santri di Masa Pandemi COVID-19 yang digelar oleh Yayasan Setara bersama LPPM Undip dengan dukungan Unicef dalam memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2020, Kamis (22/10/2020).

Dia menyadari sebenarnya jumlah paparan COVID-19 seperti gunung es karena pesantren cenderung tertutup. (Baca juga : Tips Cegah Penularan Covid-19 di Pondok Pesantren )

"Ada ketakutan pesantren harus tutup jika ada kasus santri yang terpapar COVID. Sebenarnya pandemi ini adalah persoalan bersama, bukan hanya pesantren. Harus ada keterbukaan agar ada tindakan yang diperlukan," ungkapnya.

Untuk diketahui, pesantren yang terpapar COVID-19 di Pati ada satu, Wonogiri satu, Kebumen enam, Banyumas dua, Cilacap satu pesantren, dan di Kendal juga satu pesantren. Ponpes yang terpapar itu terjadi tidak serempak bersamaan waktunya. Yang satu tertangani, muncul klaster di ponpes lain.

Pihaknya mengingatkan pemerintah untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan melakukan swab massal di pesantren tanpa mempersiapkan terlebih dahulu sarana dan prasarana pendukung. Termasuk memikirkan dampak sosial yang mungkin timbul.

"Sebab jika yang positif terpapar jumlahnya ribuan bagaimana? Juga nutrisinya, siapa yang menanggung makan? Jika sebuah pesantren diumumkan ada yang positif terpapar Covid, maka masyarakat akan menjauhi pesantren. Jadi, dalam hal ini bukan sekadar soal positif dan negatif soal Covid," jelasnya.

Abu Choir menegaskan bahwa untuk menangani kasus COVID-19 di pesantren pendekatannya memang harus berbeda dengan masyarakat umum. (Baca juga : Enggan Merepotkan, Mbah Sumadi Nekat Gali Makam dan Siapkan Kain Kafan Sendiri )

"Semoga ada titik temu. Ada program Jogo Santri, Jogo Kyai. Dalam kasus santri terpapar COVID-19 di Banyumas, ternyata membutuhkan ruang isolasi yang banyak. Kami berharap semua terbuka. Ponpes maupun pemerintah sama-sama terbuka. Semua tersenyum, maka akan terwujud pesantren yang sehat dan kuat di Jawa Tengah," pungkasnya.

Sementara, berdasarkan data yang disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada Senin (19/10/2020), ada 923 kasus COVID-19 di klaster pondok pesantren di Jateng yang secara prosentase sebanyak 44,6 persen dari total keseluruhan paparan COVID.

Dari jumlah itu 123 orang dirawat di ruang isolasi khusus, 446 karantina mandiri, 82 orang dirawat di rumah sakit, dan 272 sembuh.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2245 seconds (0.1#10.140)