Karakter Menolong Membuat Rangga Berani Melawan Pemerkosa Ibunya hingga Tewas
loading...
A
A
A
DEPOK - Rangga , seorang bocah di Aceh Timur yang tewas karena membela ibunya yang hendak diperkosa menuai haru.
Bocah tak berdosa itu tewas dengan luka tusuk oleh pelaku yang hendak memperkosa ibunya.
Menanggapi hal itu, psikolog Universitas Pancasila (UP) Jakarta, Aully Grashinta menuturkan, apa yang dilakukan Rangga adalah sebuah bentuk perlawanan. Dan untuk melakukan perlawanan sudah pasti memerlukan keberanian yang besar.
“Sebenarnya tidak ada yang tahu apa sebenarnya terjadi pada hari itu. Yang pasti pada saat itu Rangga berada di tempat kejadian, nah memang saat berada pada situasi gawat,” katanya, Sabtu (17/10/2020). (BACA JUGA: Miris! Begini Kondisi Kehidupan Keluarga Rangga korban Pembunuhan karena Bela Ibunya dari Pemerkosaan)
Dalam situasi yang dianggap genting itu oleh Rangga, dia pun memutuskan untuk menyelamatkan ibunya. Bocah malang itu nekat melawan pria yang akan memperkosa ibunya.
“Ada dua hal yang dilakukan oleh seseorang yaitu fight atau flight. Nah yang dilakukan anak ini adalah fight untuk bisa fight memang perlu dorongan keberanian yang besar dari seseorang,” ucapnya.
Di usianya yang masih kecil itu tentunya sangat mengejutkan publik karena Rangga berani melakukan perlawanan terhadap pelaku. Keberanian yang dimiliki Rangga itu, ucap Shinta, tak lepas dari pendidikan karakter yang dimiliki Rangga. (BACA JUGA: Bela Ibu yang Hendak Diperkosa Bocah 9 Tahun Tewas Dibacok Pemerkosa)
“Mengingat usianya yang masih kecil, hal ini menunjukkan bahwa dorongan kebenarian dari anak ini cukup besar. Hal ini tentunya didasarkan pada pendidikan karakter yang diterimanya selama ini,” tegasnya.
Bisa saja selama ini Rangga mendapat pendidikan karakter dari orangtuanya untuk menolong orang yang dalam kesulitan. Atau tertanam dalam benaknya bahwa kebenaran harus dibela.
Hal-hal demikian yang kemungkinan mendorong Rangga berani melakukan tindakan menyelamatkan ibunya itu. “Misalnya keberanian, spontanitas menolong orang lain, membela yang benar, kemampuan pengambilan keputusan dan lainnya,” katanya.
Apa yang dilakukan Rangga lebih pada spontanitas bahwa ibunya harus diselamatkan. Dorongan kuat itu yang menyingkirkan rasa takutnya pada resiko besar yang dihadapinya. (BACA JUGA: Ustaz Abdul Somad: Ananda Rangga, Engkau Mulia dengan Derajat Syahid)
“Jadi ada dorongan yang kuat untuk membela orang yang disayanginya tanpa memikirkan keselamatannya sendir,” pungkasnya.
Bocah tak berdosa itu tewas dengan luka tusuk oleh pelaku yang hendak memperkosa ibunya.
Menanggapi hal itu, psikolog Universitas Pancasila (UP) Jakarta, Aully Grashinta menuturkan, apa yang dilakukan Rangga adalah sebuah bentuk perlawanan. Dan untuk melakukan perlawanan sudah pasti memerlukan keberanian yang besar.
“Sebenarnya tidak ada yang tahu apa sebenarnya terjadi pada hari itu. Yang pasti pada saat itu Rangga berada di tempat kejadian, nah memang saat berada pada situasi gawat,” katanya, Sabtu (17/10/2020). (BACA JUGA: Miris! Begini Kondisi Kehidupan Keluarga Rangga korban Pembunuhan karena Bela Ibunya dari Pemerkosaan)
Dalam situasi yang dianggap genting itu oleh Rangga, dia pun memutuskan untuk menyelamatkan ibunya. Bocah malang itu nekat melawan pria yang akan memperkosa ibunya.
“Ada dua hal yang dilakukan oleh seseorang yaitu fight atau flight. Nah yang dilakukan anak ini adalah fight untuk bisa fight memang perlu dorongan keberanian yang besar dari seseorang,” ucapnya.
Di usianya yang masih kecil itu tentunya sangat mengejutkan publik karena Rangga berani melakukan perlawanan terhadap pelaku. Keberanian yang dimiliki Rangga itu, ucap Shinta, tak lepas dari pendidikan karakter yang dimiliki Rangga. (BACA JUGA: Bela Ibu yang Hendak Diperkosa Bocah 9 Tahun Tewas Dibacok Pemerkosa)
“Mengingat usianya yang masih kecil, hal ini menunjukkan bahwa dorongan kebenarian dari anak ini cukup besar. Hal ini tentunya didasarkan pada pendidikan karakter yang diterimanya selama ini,” tegasnya.
Bisa saja selama ini Rangga mendapat pendidikan karakter dari orangtuanya untuk menolong orang yang dalam kesulitan. Atau tertanam dalam benaknya bahwa kebenaran harus dibela.
Hal-hal demikian yang kemungkinan mendorong Rangga berani melakukan tindakan menyelamatkan ibunya itu. “Misalnya keberanian, spontanitas menolong orang lain, membela yang benar, kemampuan pengambilan keputusan dan lainnya,” katanya.
Apa yang dilakukan Rangga lebih pada spontanitas bahwa ibunya harus diselamatkan. Dorongan kuat itu yang menyingkirkan rasa takutnya pada resiko besar yang dihadapinya. (BACA JUGA: Ustaz Abdul Somad: Ananda Rangga, Engkau Mulia dengan Derajat Syahid)
“Jadi ada dorongan yang kuat untuk membela orang yang disayanginya tanpa memikirkan keselamatannya sendir,” pungkasnya.
(vit)