Sepotong Cerita Gerabah Leluhur Sentani yang Harus Tetap Lestari
loading...
A
A
A
"Ini langkah kita untuk pelestarian budaya leluhur Sentani . Jadi dengan buku Muatan Lokal, anak-anak generasi penerus ini tahu budayanya. Kita juga berencana mendatangkan pengrajin Gerabah ke Kantor Balai Arkeologi Rabu (14/10/2020) besok, untuk memberikan pelatihan membuat Gerabah Abar," kata Hari.
Mama Barbalina Elbakoi yang sering dipanggil mama Barbie, adalah salah satu pengrajin gerabah yang masih eksis hingga saat ini. Kepada media ini, Mama Barbie menyebut kemahirannya membuat gerabah berkat ajaran sang ibu sejak kecil.
"Saya membuat gerabah ini dari kecil, dulu bantu mama saya. Saya belajar membuat gerabah dari mama. Saya juga mewarisi alat-alat yang dipakai untuk membuat gerabah itu. Dalam membuat gerabah, semua saya kerjakan sendiri. Dari mengambil tanah liat di lereng bukit sebelah barat Kampung Abar, memilih tanah liat yang terbaik, dan membawanya pulang dengan noken. Sampai di rumah didiamkan dahulu beberapa hari supaya asamnya hilang," kata dia.
Bahan tanah liat tersebut lanjut dia, langsung bisa digunakan setelah beberapa hari didiamkan. Ini pula yang dilakukan mama-mama di kampung Abar. Mencari dan membuat sendiri gerabah itu. (Baca juga: Api Melalap Pasar di Mempawah, 13 Ruko Ludes Terbakar )
"Mama-mama pengrajin membuat gerabah di rumah masing-masing, jadi tidak berkerumun atau berkumpul dalam satu tempat. Gerabah yang saya buat lebih banyak Sampe, wadah untuk membuat papeda dan makan papeda atau piring tanah liat untuk menyajikan ikan," jelasnya.
Selain untuk wadah makanan, Mama Berbie mengaku penggunaan Gerabah Sampe juga untuk merebus ramuan obat oleh masyarakat. Bahan dari tanah liat membuat kandungan ramuan diyakini tidak hilang saat direbut. Diakuinya, gerabah yang dulunya dibuat untuk dirinya sendiri, kini telah menjadi penghasilan tambahan untuknya dengan dipasarkan ke warga sekitar.
(Baca juga: Kabar Hoaks, Beredar Nama-nama Pejabat Pemkot Jadi Tim Sukses )
"Dari Kota Jayapura dan Sentani , ibu-ibu kadang ada yang memesan Sampe Periuk untuk merebus ramuan. Ramuan yang direbus menggunakan wadah tanah liat lebih sehat, dan zat yang terkandung dalam ramuan tersebut tidak hilang. Ya puji Tuhan, warisan leluhur ini bisa memberi kami kehidupan," ucapnya.
Mama Barbalina Elbakoi yang sering dipanggil mama Barbie, adalah salah satu pengrajin gerabah yang masih eksis hingga saat ini. Kepada media ini, Mama Barbie menyebut kemahirannya membuat gerabah berkat ajaran sang ibu sejak kecil.
"Saya membuat gerabah ini dari kecil, dulu bantu mama saya. Saya belajar membuat gerabah dari mama. Saya juga mewarisi alat-alat yang dipakai untuk membuat gerabah itu. Dalam membuat gerabah, semua saya kerjakan sendiri. Dari mengambil tanah liat di lereng bukit sebelah barat Kampung Abar, memilih tanah liat yang terbaik, dan membawanya pulang dengan noken. Sampai di rumah didiamkan dahulu beberapa hari supaya asamnya hilang," kata dia.
Bahan tanah liat tersebut lanjut dia, langsung bisa digunakan setelah beberapa hari didiamkan. Ini pula yang dilakukan mama-mama di kampung Abar. Mencari dan membuat sendiri gerabah itu. (Baca juga: Api Melalap Pasar di Mempawah, 13 Ruko Ludes Terbakar )
"Mama-mama pengrajin membuat gerabah di rumah masing-masing, jadi tidak berkerumun atau berkumpul dalam satu tempat. Gerabah yang saya buat lebih banyak Sampe, wadah untuk membuat papeda dan makan papeda atau piring tanah liat untuk menyajikan ikan," jelasnya.
Selain untuk wadah makanan, Mama Berbie mengaku penggunaan Gerabah Sampe juga untuk merebus ramuan obat oleh masyarakat. Bahan dari tanah liat membuat kandungan ramuan diyakini tidak hilang saat direbut. Diakuinya, gerabah yang dulunya dibuat untuk dirinya sendiri, kini telah menjadi penghasilan tambahan untuknya dengan dipasarkan ke warga sekitar.
(Baca juga: Kabar Hoaks, Beredar Nama-nama Pejabat Pemkot Jadi Tim Sukses )
"Dari Kota Jayapura dan Sentani , ibu-ibu kadang ada yang memesan Sampe Periuk untuk merebus ramuan. Ramuan yang direbus menggunakan wadah tanah liat lebih sehat, dan zat yang terkandung dalam ramuan tersebut tidak hilang. Ya puji Tuhan, warisan leluhur ini bisa memberi kami kehidupan," ucapnya.
(eyt)