Pengelola Wisata Putar Otak agar Bertahan Disaat Paceklik Pengunjung

Sabtu, 10 Oktober 2020 - 15:09 WIB
loading...
Pengelola Wisata Putar Otak agar Bertahan Disaat Paceklik Pengunjung
Objek wisata di kawasan Lembang Kabupaten Bandung Barat kini banyak yang sepi akibat jumlah kunjungan wisatawan menurun drastis imbas pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Sektor wisata di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sedang mengalami paceklik akibat jumlah kunjungan wisatawan ke sejumlah objek wisata yang menurun drastis. Para pengelola wisata pun harus memutar otak agar tetap bisa bertahan di tengah kondisi sulit akibat COVID-19 yang tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.

Berdasarkan penelusuran SINDOnews ke beberapa pengelola objek wisata, mereka menyebutkan jika angka kunjungan wisatawan menurun hingga 80-90%. Begitupun dengan tingkat hunian hotel atau penginapan yang mengalami hal sama. Bahkan dalam kondisi weekend, tingkat hunian bisa nyampe 30% itu sudah tergolong bagus. (Baca: Adaptasi Kebiasaan Baru, Objek Wisata Sumaru Endo Dibenahi)

"Sekarang ini ada kunjungan tamu 30% di weekend sudah bagus. Penyebabnya karena COVID-19 masih jadi ancaman dan wilayah Jakarta diterapkan PSBB," kata Manager Operasional Terminal Wisata Grafika Cikole (TWGC), Sapto Wahyudi, Sabtu (10/10/2020).

Menurutnya, meski pada new normal bulan Juli lalu aktivitas objek wisata dibuka tapi kunjungan wisatawan masih belum beranjak naik. Keadaan justru kembali semakin sulit setelah DKI Jakarta sebagai penyumbang besar wisatawan ke wilayah Lembang menerapkan PSBB.(Baca: Albertus Patarru Siapkan Program Lembang Lestari Majukan Ekonomi Pariwisata)

Otomatis wisatawan dari Jakarta dan sekitarnya yang ingin berlibur ke Lembang jadi tidak ada. “Wisatawan yang ke kami kan kebanyakan dari Jabodetabek, jadi sekarang ya sepi. Keterisian kamar dari tamu yang menginap selama pandemi ini, nyaris tidak ada," keluhnya.

Terpisah, Public Relations And Promotion The Great Asia Afrika Lembang, Intania Setiati mengatakan hal yang sama. Pada saat awal new normal (adaptasi kebiasaan baru) jumlah kunjungan sempat ada sekitar 30%. Namun ketika PSBB Jakarta kembali dilakukan, kunjungan kembali merosot tajam dan hanya menyisakan 10%. Itupun kebanyakan mereka beli tiket dan keliling jalan-jalan, jarang yang makan di resto atau belanja souvenir. (Baca: Perajin Tas Cimahi Mampu Bertahan di Tengah COVID-19, Omsetnya Bikin Iri)

Guna menekan biaya operasional, lanjut Intan, manajemen memberlakukan sistem kerja pegawai secara bergiliran. Pegawai yang bekerja separuhnya dan sisanya di rumahkan. Sistem itu diberlakukan karena jumlah kebutuhan petugas di objek wisata berkurang. Disamping itu juga agar pegawai tetap bisa mendapat honor, karena dengan sistem shift maka semua tetap bekerja.

"Kami harus pintar-pintar mengatur strategi agar operasional tetap berjalan di tengah kondisi yang serba sulit. Karena kalau begini kan tingkat kunjungan juga minim, sementara pemeliharaan dan aturan protokol kesehatan tetap dilakukan," tuturnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1389 seconds (0.1#10.140)