SheJiwa, Olahan Raja Kambing Anti Kolestrol
loading...
A
A
A
PAREPARE - Bagi Anda penikmat kuliner berbahan daging kambing , rumah makanRaja Kambing SheJiwa diBtn Pondok Bahagia Indah Panroko, Kelurahan Bumi Harapan, Bacukiki Barat, Kota Parepare tampaknya harus masuk dalam daftar rumah makan yang harus Anda kunjungi.
Di Raja Kambing SheJiwa, berbagai macam menu olehan daging kambing dengan beragam rempah racikan khusus khas Pakistan disajikan. Tak hanya kari, pengelola Raja Kambing SheJiwa juga menyediakan menu sate hingga konro kambing.
Hajja Wati, pemilik kedai mengatakan, sejak memulai usaha kuliner olahan daging kambing, setiap harinya rata-rata hingga 20 kilo perhari atau setara satu ekor kambing terjual. Hajja Wati mengatakan, selain karena tingginya minat olahan kambing di Parepare, mengakali pandemi COVID-19 juga menjadi alasan membuka usaha kuliner tersebut.
Sebelumnya, usaha Hajja Wati hanya berkutat pada menu nasi kebuli dengan pilihan lauk ayam crispy dan ayam geprek. Lalu kemudian menyajikan kuliner berbahan daging kambing.
Belum adanya usaha kuliner yang menyediakan menu daging kambing olahan, kata dia lagi, mendorong usaha yang dijalaninya beberapa bulan lalu tersebut, berkembang cepat dan kini telah membuka cabang di pusat jajanan kuliner Hilal Point, Jalan Abdul Kadir, Kecamatan Ujung.
Soal rasa, kata Hajja Wati, daging kambing yang diolahnya tak hanya enak, tapi juga bersahabat buat kesehatan. Bahkan, kata dia, tak sedikit konsumen yang kemudian menjadi langganan berasal dari kalangan yang awalnya anti daging kambing.
"Kita menggunakan resep khas Pakistan yang diberikan secara turun temurun dari keluarga suami, kami berhasil mengolah daging kambing tanpa bau, tanpa mendatangkan penyakit," kata dia.
Agar daging kambing tidak berbau saat diolah, Hajja Wati berbagi tips. Daging kambing yang akan diolah, baiknya tidak dicuci agar tidak berbau. Untuk itu, kata dia, saat proses penyembelihan dan pemotongan, mesti dilakukan dengan hati-hati. Dan daging dimasak dengan rempah, pada suhu air berempah yang tinggi.
"Kami menggunakan daging kambing yang usianya tak lebih 1,5 tahun, karena dagingnya lebih empuk dan tidak alot," kata dia.
Selain makan di tempat, pengelola juga melayani pesanan secara online. Untuk harga, pelanggan cukup mengeluarkan uang Rp50 ribu untuk satu menu lengkap kari kambing, sate, nasi putih atau nasi kebuli, dan roti canai atau roti Maryam, ditambah olahan acar timun.
Ada juga paket hemat berupa kari kambing dan nasi kebuli, serta konro kambing plus nasi kebuli dengan harga Rp25 ribu. Untuk satu kambing, dipatok pertusuknya Rp7 ribu, sementara roti canai perlembarnya Rp10 ribu. Untuk kepala kambing, dibanderol dengan harga Rp250 ribu.
"Bagian kepala kambing, dipercaya mampu meningkatkan stamina dan vitalitas pria," jelasnya.
Untuk nasi kebuli, kata Hajja Wati lagi, olahannya lebih mengikuti lidah konsumen, yakni menggunakan rempah khusus dan susu, tanpa kismis dan kenari laiknya nasi kebuli khas Arab . Harga nasi kebuli dengan lauk ayam geprek, ayam pedas manis atau ayam crispy dipatok Rp25 ribu perporsi.
"Alhamdulillah, pelanggan kami juga berdatangan dari luar daerah, seperti dari Kabupaten Pinrang dan Sidrap. Dan tak ada keluhan konsumen soal gangguan kesehatan setelah mengkomsumsi menu yang kami sajikan," jelas Hajja Wati.
Abdul Waris, salah seorang pelanggan Raja Kambing SheJiwa mengaku, telah puluhan tahun menghindari olahan daging kambing karena memiliki riwayat jantung. Namun pengalaman bari didapatkan saat pertama kali mencoba olahan kambing Raja Kambing SheJiwa.
"Dagingnya malah tidak seperti daging kambing. Saya sudah beberapa kali memesan menu yang sama. Kari dan sate kambing. Kesehatan tetap aman, dan kolesterol tetap stabil," akunya.
Di Raja Kambing SheJiwa, berbagai macam menu olehan daging kambing dengan beragam rempah racikan khusus khas Pakistan disajikan. Tak hanya kari, pengelola Raja Kambing SheJiwa juga menyediakan menu sate hingga konro kambing.
Hajja Wati, pemilik kedai mengatakan, sejak memulai usaha kuliner olahan daging kambing, setiap harinya rata-rata hingga 20 kilo perhari atau setara satu ekor kambing terjual. Hajja Wati mengatakan, selain karena tingginya minat olahan kambing di Parepare, mengakali pandemi COVID-19 juga menjadi alasan membuka usaha kuliner tersebut.
Sebelumnya, usaha Hajja Wati hanya berkutat pada menu nasi kebuli dengan pilihan lauk ayam crispy dan ayam geprek. Lalu kemudian menyajikan kuliner berbahan daging kambing.
Belum adanya usaha kuliner yang menyediakan menu daging kambing olahan, kata dia lagi, mendorong usaha yang dijalaninya beberapa bulan lalu tersebut, berkembang cepat dan kini telah membuka cabang di pusat jajanan kuliner Hilal Point, Jalan Abdul Kadir, Kecamatan Ujung.
Soal rasa, kata Hajja Wati, daging kambing yang diolahnya tak hanya enak, tapi juga bersahabat buat kesehatan. Bahkan, kata dia, tak sedikit konsumen yang kemudian menjadi langganan berasal dari kalangan yang awalnya anti daging kambing.
"Kita menggunakan resep khas Pakistan yang diberikan secara turun temurun dari keluarga suami, kami berhasil mengolah daging kambing tanpa bau, tanpa mendatangkan penyakit," kata dia.
Agar daging kambing tidak berbau saat diolah, Hajja Wati berbagi tips. Daging kambing yang akan diolah, baiknya tidak dicuci agar tidak berbau. Untuk itu, kata dia, saat proses penyembelihan dan pemotongan, mesti dilakukan dengan hati-hati. Dan daging dimasak dengan rempah, pada suhu air berempah yang tinggi.
"Kami menggunakan daging kambing yang usianya tak lebih 1,5 tahun, karena dagingnya lebih empuk dan tidak alot," kata dia.
Selain makan di tempat, pengelola juga melayani pesanan secara online. Untuk harga, pelanggan cukup mengeluarkan uang Rp50 ribu untuk satu menu lengkap kari kambing, sate, nasi putih atau nasi kebuli, dan roti canai atau roti Maryam, ditambah olahan acar timun.
Ada juga paket hemat berupa kari kambing dan nasi kebuli, serta konro kambing plus nasi kebuli dengan harga Rp25 ribu. Untuk satu kambing, dipatok pertusuknya Rp7 ribu, sementara roti canai perlembarnya Rp10 ribu. Untuk kepala kambing, dibanderol dengan harga Rp250 ribu.
"Bagian kepala kambing, dipercaya mampu meningkatkan stamina dan vitalitas pria," jelasnya.
Untuk nasi kebuli, kata Hajja Wati lagi, olahannya lebih mengikuti lidah konsumen, yakni menggunakan rempah khusus dan susu, tanpa kismis dan kenari laiknya nasi kebuli khas Arab . Harga nasi kebuli dengan lauk ayam geprek, ayam pedas manis atau ayam crispy dipatok Rp25 ribu perporsi.
"Alhamdulillah, pelanggan kami juga berdatangan dari luar daerah, seperti dari Kabupaten Pinrang dan Sidrap. Dan tak ada keluhan konsumen soal gangguan kesehatan setelah mengkomsumsi menu yang kami sajikan," jelas Hajja Wati.
Abdul Waris, salah seorang pelanggan Raja Kambing SheJiwa mengaku, telah puluhan tahun menghindari olahan daging kambing karena memiliki riwayat jantung. Namun pengalaman bari didapatkan saat pertama kali mencoba olahan kambing Raja Kambing SheJiwa.
"Dagingnya malah tidak seperti daging kambing. Saya sudah beberapa kali memesan menu yang sama. Kari dan sate kambing. Kesehatan tetap aman, dan kolesterol tetap stabil," akunya.
(luq)