Pengamanan Istana Singasari Diperketat usai Anusapati Habisi Nyawa Ken Arok
loading...

Candi Singasari merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singasari. Foto/Kebudayaan Kemdikbud
A
A
A
KISAH pengamanan Istana Singasari diperketat diulas dalam artikel ini. Peristiwa itu terjadi usai Anusapati menghabisi nyawa Ken Arok .
Anusapati menikam anak tirinya itu ketika makan di ruang makan. Kematian penguasa Kerajaan Tumapel atau Singasari di tangan sang anak tiri memang tergolong mengejutkan.
Apalagi, alat yang digunakan untuk membunuh merupakan keris buatan Mpu Gandring yang dipesan sendiri oleh Ken Arok. Setelah Ken Arok tewas, akhirnya Anusapati naik tahta menggantikan ayah tirinya.
Di sisi lain, Tohjaya yang merupakan putra dari Ken Arok dengan Ken Umang mengetahui bila ayah kandungnya dibunuh oleh Anusapati. Diam-diam pun Tohjaya merencanakan pembunuhan ke Anusapati yang tengah berkuasa di Singasari.
Tetapi perjalanannya, Anusapati yang sadar adanya ancaman memperketat penjagaan di Istana Singasari, sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan", Rabu (12/3/2025).
Pengawalan di istana diperkuat pascaperistiwa pembunuhan Ken Arok itu. Bahkan, kamar tidurnya dikelilingi parit dan dijaga oleh para prajurit andalan.
Akan tetapi Tohjaya mampu menembus sistem keamanannya Anusapati. Ia tahu betul bagaimana menaklukkan sang saudara tirinya itu.
Suatu hari, Tohjaya mengajak Anusapati menyabung ayam. Anusapati pun menuruti tanpa curiga karena hal itu memang menjadi salah satu hobinya.
Saat Anusapati asyik memperhatikan ayam aduan yang sedang bertarung, Tohjaya langsung menghunuskan kerisnya ke tubuh Anusapati. Peristiwa itu terjadi pada 1249.
Karena Anusapati telah tewas, maka Tohjaya kemudian menjadi Raja Singasari yang dulu bernama Tumapel. Setelah menjadi raja Singasari, Tohjaya mendapatkan hasutan pembantunya yang bernama Pranaraja.
Dia pun berniat membunuh kedua keponakannya, yaitu Ranggawuni (putra Anusapati), dan Mahisa Campaka (putra Mahisa Wonga Teleng) yang dianggapnya berbahaya terhadap kelangsungan tahta. Adapun yang ditugasi untuk membunuh adalah Lembu Ampal.
Namun Lembu Ampal justru berbalik mendukung kedua pangeran yang hendak dibunuhnya. Ia bahkan berhasil menghimpun dukungan dari angkatan perang Tumapel untuk bersama mendukung Ranggawuni dan Mahisa Campaka.
Lihat Juga: Kolonel Agus Hernoto: Legenda Kopassus yang Berani Hadang Jenderal LB Moerdani dengan Moncong Senjata
Anusapati menikam anak tirinya itu ketika makan di ruang makan. Kematian penguasa Kerajaan Tumapel atau Singasari di tangan sang anak tiri memang tergolong mengejutkan.
Apalagi, alat yang digunakan untuk membunuh merupakan keris buatan Mpu Gandring yang dipesan sendiri oleh Ken Arok. Setelah Ken Arok tewas, akhirnya Anusapati naik tahta menggantikan ayah tirinya.
Di sisi lain, Tohjaya yang merupakan putra dari Ken Arok dengan Ken Umang mengetahui bila ayah kandungnya dibunuh oleh Anusapati. Diam-diam pun Tohjaya merencanakan pembunuhan ke Anusapati yang tengah berkuasa di Singasari.
Tetapi perjalanannya, Anusapati yang sadar adanya ancaman memperketat penjagaan di Istana Singasari, sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan", Rabu (12/3/2025).
Pengawalan di istana diperkuat pascaperistiwa pembunuhan Ken Arok itu. Bahkan, kamar tidurnya dikelilingi parit dan dijaga oleh para prajurit andalan.
Baca Juga
Akan tetapi Tohjaya mampu menembus sistem keamanannya Anusapati. Ia tahu betul bagaimana menaklukkan sang saudara tirinya itu.
Suatu hari, Tohjaya mengajak Anusapati menyabung ayam. Anusapati pun menuruti tanpa curiga karena hal itu memang menjadi salah satu hobinya.
Saat Anusapati asyik memperhatikan ayam aduan yang sedang bertarung, Tohjaya langsung menghunuskan kerisnya ke tubuh Anusapati. Peristiwa itu terjadi pada 1249.
Karena Anusapati telah tewas, maka Tohjaya kemudian menjadi Raja Singasari yang dulu bernama Tumapel. Setelah menjadi raja Singasari, Tohjaya mendapatkan hasutan pembantunya yang bernama Pranaraja.
Dia pun berniat membunuh kedua keponakannya, yaitu Ranggawuni (putra Anusapati), dan Mahisa Campaka (putra Mahisa Wonga Teleng) yang dianggapnya berbahaya terhadap kelangsungan tahta. Adapun yang ditugasi untuk membunuh adalah Lembu Ampal.
Namun Lembu Ampal justru berbalik mendukung kedua pangeran yang hendak dibunuhnya. Ia bahkan berhasil menghimpun dukungan dari angkatan perang Tumapel untuk bersama mendukung Ranggawuni dan Mahisa Campaka.
Lihat Juga: Kolonel Agus Hernoto: Legenda Kopassus yang Berani Hadang Jenderal LB Moerdani dengan Moncong Senjata
(rca)