Haji Darip, Jawara Betawi yang Berani Keroyok Tentara Jepang dan Belanda hingga Kocar Kacir

Senin, 24 Februari 2025 - 08:18 WIB
loading...
Haji Darip, Jawara Betawi...
Haji Darip, sosok legendaris jawara Betawi yang membuat pasukan Belanda ketakutan dan kalang kabut saat berupaya merebut kembali wilayah Bekasi dan sekitarnya. Foto Tentara Republik Indonesia (TRI) tahun 1946. Foto/Arsip Nasional
A A A
PERJUANGANrakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan tidak hanya dilakukan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR), tetapi juga oleh para jawara yang memiliki pengaruh besar di masyarakat.

Salah satunya adalah Haji Darip, sosok legendaris yang dikenal sebagai pemimpin Barisan Rakyat Indonesia (BARA) dan membuat pasukan Belanda ketakutan saat berupaya merebut kembali wilayah Bekasi dan sekitarnya.



Pada akhir 1945, bentrokan senjata antara pejuang kemerdekaan dan pasukan Sekutu semakin memanas, terutama di perbatasan Jakarta-Bekasi. Menurut pegiat sejarah Bekasi, Rahman, pertempuran sengit terjadi di berbagai titik strategis seperti Klender, Kranji, dan Cakung.

Meskipun hanya bersenjatakan alat seadanya, para pejuang yang dipimpin oleh Haji Darip dan rekan-rekannya mampu menghadapi pasukan Belanda dan Inggris yang memiliki persenjataan lebih canggih.



Haji Darip tidak berjuang sendiri. Ia membangun jaringan perlawanan dengan para jawara lain seperti Haji Sainan dan Haji Entong di Klender, serta Haji Mesir dan Haji Rian di Kranji dan Pekayon. Pasukan mereka terus melakukan serangan gerilya yang merepotkan tentara Sekutu.

Kegigihan para pejuang ini membuat Sekutu melakukan penyisiran besar-besaran ke berbagai wilayah, mulai dari Cakung, Pondok Ungu, hingga Cikarang.



Mereka memburu para pemimpin perlawanan seperti Haji Maulana, Haji Salim, dan Murhim, seorang algojo yang dikenal kejam terhadap tentara Belanda dan antek-anteknya.

Bekasi menjadi medan pertempuran yang tak terduga bagi pasukan Belanda. Mereka harus menghadapi strategi gerilya yang sulit diprediksi.

Kelompok pejuang di bawah Haji Darip memanfaatkan kondisi geografis untuk menyerang dan menghilang dengan cepat. Markas mereka berpindah dari Klender ke Purwakarta demi menghindari serangan besar-besaran.

Banteng Merah dan Perlawanan Rakyat


Selain kelompok Haji Darip, pasukan lain yang dikenal sebagai "Banteng Merah" turut memberikan perlawanan sengit.

Dipimpin oleh Haji Rian bin Sirun, pasukan ini memiliki sekitar 15 anggota bersenjata, termasuk dua revolver dan tiga karabin. Mereka kerap berpindah markas ke Pekayon dan Cikunir untuk menghindari deteksi musuh.

Di Teluk Pucung, sekitar 50 pejuang bersenjatakan pistol dan karabin terus melakukan serangan balik terhadap Sekutu. Kelompok ini memiliki kendaraan tempur sederhana, termasuk sepeda motor yang digunakan untuk patroli dan penyergapan mendadak.

Strategi Licik Sekutu untuk Menghentikan PerlawananMengetahui pergerakan para pejuang yang semakin sulit dikendalikan, Sekutu mulai menerapkan strategi intelijen.

Mereka menyusup ke lingkungan masyarakat dan mencari informasi tentang para pemimpin perlawanan. Salah satu taktik mereka adalah mengawasi pergerakan Haji Darip, terutama ketika ia pulang mengunjungi ibunya.

Informasi terakhir menyebutkan bahwa Haji Darip sempat kembali ke rumah pada 13 Desember 1945, yang kemudian memicu upaya pengejaran intensif oleh Belanda.

Namun, para pejuang sudah memahami siasat ini. Mereka dengan cepat mengubah pola pergerakan dan memperkuat barisan pertahanan.

Di Cikarang, pasukan yang dipimpin oleh Mas Kurdi, seorang mantan mantri cacar, serta Mohamad Nur dan Raden Sukirman, menjadi salah satu kekuatan ekstrem yang ditakuti Sekutu.

Haji Darip dan para pejuang lainnya tidak hanya mempertahankan wilayah Bekasi, tetapi juga menginspirasi perlawanan di berbagai daerah lain.

Kisah heroik mereka menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya dilakukan oleh tentara resmi, tetapi juga oleh rakyat biasa yang memiliki keberanian luar biasa.

Saat ini, jejak perjuangan mereka masih dapat ditemukan dalam sejarah lokal Bekasi. Keberanian Haji Darip dan para jawara lainnya menjadi simbol perlawanan rakyat yang patut dikenang dan dihormati sebagai bagian dari perjalanan panjang kemerdekaan Indonesia.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2026 seconds (0.1#10.24)