Kasus COVID-19 Melonjak di Jabar, Hampir Separuh Ruang Isolasi Penuh

Kamis, 03 September 2020 - 17:07 WIB
loading...
Kasus COVID-19 Melonjak...
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan, kasus COVID-19 di wilayahnya mengalami lonjakan. Akibatnya, tingkat keterisian ruang isolasi di RS rujukan COVID-19 pun meningkat hingga 40%. Foto/Ilustrasi/SINDOnews.dok
A A A
BANDUNG - Masyarakat diimbau tetap waspada dan disiplin menerapkan protokol COVID-19 seiring peningkatan kasus terkonfirmasi positif COVID-19. Bahkan, ruang-ruang isolasi di rumah sakit rujukan COVID-19 di Jabar hampir separuhnya penuh.

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan, kasus COVID-19 di wilayahnya mengalami lonjakan. Akibatnya, tingkat keterisian ruang isolasi di RS rujukan COVID-19 pun meningkat hingga 40%. (Baca juga: Heroik, Provos TNI Selamatkan Nyawa Putri yang Terkapar Bersimbah Darah)

"Ada kenaikan secara tren klaster baru kami temukan, sehingga kapasitas ruangan isolasi di rumah sakit sekarang ada di angka 40-an persen, tadinya kita stabil di angka 30-an persen, tapi sudah satu bulan agak naik," ungkap Ridwan Kamil dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Kamis (3/9/2020). (Baca juga: Diejek Tak Bisa Ereksi, Mama Nun Cabuli Siswa SD di Semarang)

Menurutnya, kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kenaikan kasus COVID-19 berbanding lurus dengan pergerakan masyarakat menyusul penerapan adaptasi kebiasaan baru (ABK) di Provinsi Jabar.

"Jadi, AKB ini pemulihan ekonomi. Memang tidak bisa dihindari dan tidak kita duga. Tidak mungkin pergerakan dinormalisasi terus kasus turun, dari awal kita tidak melihat arahnya ke sana, yang kita harapkan adalah ekonomi jalan, tapi naiknya itu dalam kategori terkendali lah," bebernya.

Meski begitu, Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu juga memberikan kabar baik bahwa tingkat kematian akibat COVID-19 di Jabar sangat rendah. Bahkan, kata dia, dalam sepekan terakhir, jumlah pasien COVID-19 yang meninggal dunia hanya tercatat satu orang.

"Penyembuhan juga naik, cuma kita masih belum puas dengan kecepatannya karena 4.000-an yang aktif dan 6.000-an yang sembuh. Idealnya itu kan berarti 60 berbanding 40-an lah ya. Itu kabar baik karena pada dasarnya mayoritas lebih banyak sembuhnya. Tolong kampanyekan, intinya mah tolong jaga disiplin sebelum (ada) vaksin," tegasnya.

Namun, saat disinggung apakah saat ini Provinsi Jabar dalam kondisi terkendali, Kang Emil enggan memberikan jawaban tegas. "Kalau aman mah belum, tapi susah saya mendefinisikan kalimatnya ya, tapi intinya kami masih masuk kategori yang terkendali lah," imbuhnya.

Dia menjelaskan, sebuah wilayah dikategorikan terkendali manakala jumlah kawasan risiko rendah dan sedang lebih banyak dibandingkan yang berisiko tinggi. Sebaliknya, disebut tidak terkendali jika kawasan berisiko tinggi atau zona merah menjadi mayoritas di seluruh wilayah. "Namun kan mayoritas (Jabar) kan hampir 80 persen zona rendah dan sedang. Artinya, saya boleh mengklaim relatif terkendali," katanya.

Lebih lanjut Kang Emil mengatakan, pihaknya pun terus berupaya menekan potensi penularan COVID-19 dengan terus melaksanakan tes COVID-19 secara masif di seluruh kabupaten/kota di Jabar.

Bahkan, dia mengaku bersyukur karena pelaksanaan pengetesan mengalami kemajuan. Pekan lalu, jumlah tes COVID-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) sudah mencapai 223.000 tes dari target yang ditetapkan WHO, yakni 1% dari total populasi Jabar atau sekitar 500.000 orang.

"Nah, Minggu ini yang sudah dilaporkan, tapi belum ter-update secara online pecah rekor kita di 54.000 per minggu ya," katanya.

Dengan 54.000 tes per minggu, Kang Emil yakin, pihaknya hanya membutuhkan waktu sekitar lima pekan untuk mengejar target WHO tersebut. Oleh karena itu, telah diinstruksikan agar kabupaten/kota di Jabar meningkatkan kapasitas tes, agar target WHO dapat segera tercapai.

Kang Emil pun berencana berkunjung ke Kabupaten Bekasi, Jumat (4/9/2020) besok untuk memetakan pola pencegahan penularan COVID-19, khususnya di kawasan industri. Menurutnya, pola pencegahan itu penting dirumuskan karena berdasarkan hasil investigasi di lapangan, penerapan protokol pencegahan COVID-19 di kawasan industri sangat ketat.

"Maka saya akan mengonfirmasi, jangan-jangan di tempat bermukimnya, sepulang dari kerja yang memang kontrolnya ada di lingkungan perumahan yang tidak seketat di tempat kerjanya. Itu yang akan menjadi atensi kita," tegasnya.

Kang Emil juga mengatakan bahwa pihaknya tetap fokus menangani COVID-19 di kawasan Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek) menyusul masih tingginya kasus penularan COVID-19 di kawasan tersebut. Salah satu upayanya, yakni memperpanjang penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proporsional Bodebek.

"Zona merah (di Bodebek) bertambah, tidak hanya di Kota Bogor, tapi juga Kota Bekasi, Kota Depok dan Kabupaten Bekasi. Jadi, dari Bodebek hanya Kabupaten Bogor yang tidak zona merah. Mudah-mudahan seperti halnya Minggu lalu, dengan koordinasi yang baik, kita bisa kembalikan ke risiko sedang dan rendah," katanya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1458 seconds (0.1#10.140)