Kehidupan Usai Covid-19 Tak Akan Sama dengan Sebelumnya
loading...
A
A
A
WASHNGTON - Kepercayaan terus tumbuh bahwa pandemi Covid-19 segera menghilang dan ekonomi kembali pulih secara bertahap di seluruh negara.
Namun, para ahli yang mempelajari virus ini dengan cermat memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk bersorak tentang kembalinya kehidupan normal, seperti sebelum pandemi.
Para ahli mengatakan, dampak kesehatan, ekonomi, dan sosial dari pandemi ini akan bertahan selama beberapa bulan mendatang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa saat ini tidak ada cukup bukti untuk mengatakan bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 dan memiliki peluang untuk terlindungi dari infeksi kedua.
Robert Coull, seorang dokter umum di Strachur Medical Practice di Skotlandia, membantah gagasan bahwa kekebalan kelompok, ketika sebagian besar populasi mengembangkan kekebalan yang kuat terhadap virus, adalah solusi yang bisa diterapkan untuk menahan penyebaran Covid-19. (BACA JUGA: Jika Perang Timur - Barat Pecah, Rusia Siap Lepaskan Bom Kiamat)
Dia mengatakan, skenario terburuk adalah produksi vaksin dengan efek terbatas. "Ini akan mengerikan bagi pasien serta merusak kepercayaan pada vaksin," katanya.
Coull meramalkan bahwa hidup tidak akan kembali ke masa-masa sebelum pandemi, mungkin untuk waktu yang lama. Dia menyebut, bangunan kantor perlu disesuaikan dan masker perlu dipakai di depan umum dalam jangka panjang
Peringatan Coull menambah daftar para ahli yang semakin berhati-hati terhadap pelonggaran pembatasan Covid-19 terlalu cepat.
Anthony Fauci, seorang dokter Amerika Serikat (AS) dan ahli imunologi yang telah menjabat sebagai direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular sejak tahun 1984, mengatakan bahwa bahkan jika Covid-19 mereda dalam beberapa minggu mendatang, virus itu tidak akan hilang.
Robert Redfield, Direktur Pusat Pengandailian Penyakit AS, juga memperingatkan tentang "double whammy" epidemi flu dan epidemi Covid-19 pada saat yang sama pada musim dingin ini.
Amesh Adalja dari John Hopkins University juga telah memperingatkan agar praktek jarak sosial terus dipertahankan meski pandemi mereda. "Begitu Anda mulai bersantai dengan jarak sosial, Anda akan mendapatkan lebih banyak kasus. Pertanyaannya adalah, apakah kasus-kasus itu terlalu banyak untuk ditangani oleh sistem," ucapnya.
Namun, para ahli yang mempelajari virus ini dengan cermat memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk bersorak tentang kembalinya kehidupan normal, seperti sebelum pandemi.
Para ahli mengatakan, dampak kesehatan, ekonomi, dan sosial dari pandemi ini akan bertahan selama beberapa bulan mendatang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa saat ini tidak ada cukup bukti untuk mengatakan bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 dan memiliki peluang untuk terlindungi dari infeksi kedua.
Robert Coull, seorang dokter umum di Strachur Medical Practice di Skotlandia, membantah gagasan bahwa kekebalan kelompok, ketika sebagian besar populasi mengembangkan kekebalan yang kuat terhadap virus, adalah solusi yang bisa diterapkan untuk menahan penyebaran Covid-19. (BACA JUGA: Jika Perang Timur - Barat Pecah, Rusia Siap Lepaskan Bom Kiamat)
Dia mengatakan, skenario terburuk adalah produksi vaksin dengan efek terbatas. "Ini akan mengerikan bagi pasien serta merusak kepercayaan pada vaksin," katanya.
Coull meramalkan bahwa hidup tidak akan kembali ke masa-masa sebelum pandemi, mungkin untuk waktu yang lama. Dia menyebut, bangunan kantor perlu disesuaikan dan masker perlu dipakai di depan umum dalam jangka panjang
Peringatan Coull menambah daftar para ahli yang semakin berhati-hati terhadap pelonggaran pembatasan Covid-19 terlalu cepat.
Anthony Fauci, seorang dokter Amerika Serikat (AS) dan ahli imunologi yang telah menjabat sebagai direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular sejak tahun 1984, mengatakan bahwa bahkan jika Covid-19 mereda dalam beberapa minggu mendatang, virus itu tidak akan hilang.
Robert Redfield, Direktur Pusat Pengandailian Penyakit AS, juga memperingatkan tentang "double whammy" epidemi flu dan epidemi Covid-19 pada saat yang sama pada musim dingin ini.
Amesh Adalja dari John Hopkins University juga telah memperingatkan agar praktek jarak sosial terus dipertahankan meski pandemi mereda. "Begitu Anda mulai bersantai dengan jarak sosial, Anda akan mendapatkan lebih banyak kasus. Pertanyaannya adalah, apakah kasus-kasus itu terlalu banyak untuk ditangani oleh sistem," ucapnya.