Kisah Mantan Menkeu Mar'ie Muhammad yang Jujur, Kebal Suap, dan Tak Pandang Teman Dekat

Sabtu, 08 Februari 2025 - 09:39 WIB
loading...
Kisah Mantan Menkeu...
Pejabat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) selayaknya meneladani sosok mantan Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad era Orde Baru. Mar’ie dikenal berani, jujur, kebal suap, hingga tak pandang teman dekat dalam urusan pekerjaan. Foto: Dok SINDOnews
A A A
PEJABATKementerian Keuangan (Kemenkeu) selayaknya meneladani sosok mantan Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad era Orde Baru. Selama menjabat Dirjen Pajak hingga Menkeu, Mar’ie dikenal berani, jujur, kebal suap, hingga tak pandang teman dekat dalam urusan pekerjaan.

Kiprahnya yang dinilai bersih dan lurus membuat dia dijuluki Mr Clean. Sebab, sekali saja pegawai kementerian tercoreng, maka institusi akan ikut menanggung malu.



Seperti kasus yang baru ini, Direktur Jenderal Kekayaan Negara ( DJKN ) Kementerian Keuangan Isa Rachmatarwata (IR) ditetapkan tersangka kasus pengelolaan keuangan dan dana investasi pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).

Maka itu, di zamannya Mar’ie, dia tak segan bersih-bersih di lingkungan Kemenkeu dan tegas menjatuhkan hukuman serta sanksi disiplin bagi ribuan pegawai Ditjen Pajak yang terbukti bersalah menyalahgunakan wewenang.

Dikutip Meneladani Sikap Antikorupsi dari Para Tokoh, djpb.kemenkeu.go.id, Mar’ie yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) suatu ketika pernah mendatangi langsung kediaman Presiden Soeharto di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat bersama stafnya.

Dia membawa gulungan pita untuk mengukur luas rumah Soeharto guna keperluan data Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang harus dibayarkan.

Kisah lainnya, pada pertengahan 1990-an Mar’ie melakukan kunjungan kerja ke sebuah BUMN kehutanan di Sumatera. Malam sebelum rapat, seorang staf perusahaan mengantarkan cek senilai Rp400 juta ke kamar hotel tempat Mar’ie menginap.

“Itu uang apa?” tanya Mar’ie.

“Itu bonus untuk bapak (sebagai komisaris yang mewakili pemerintah). Sebab, laba perusahaan tahun ini sangat baik,” jawab staf.

“Oh, taruh di meja itu.”

Keesokan paginya, Komisaris Mar’ie hadir di rapat BUMN mendengarkan paparan tentang kondisi keuangan perusahaan dengan terinci.

Sebagai akuntan tangguh, Mar’ie bertanya macam-macam detail kinerja finansial kepada direksi yang melaporkan dengan gembira tentang bagusnya kinerja bisnis perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan Mar’ie tajam dan gamblang membuat direksi kewalahan dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa perusahaan tahun ini sebetulnya rugi, bukan untung.

“Kalau rugi seperti ini, kenapa perusahaan bisa kasih saya duit Rp400 juta?” kata Mar’ie.

Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Mar’ie. Cek Rp400 juta pun dikembalikannya dan diterima oleh pemberinya dengan penuh perasaan malu.

Ada cerita lain lagi tentang kejujuran Mar’ie. Suatu ketika seorang pengusaha besar dari Indonesia Timur, Kaje menelepon Mar’ie yang saat itu masih menjabat Dirjen Pajak).

Kaje mengabarkan ingin bersilaturahmi ke kantor Mar’ie. Mereka bersahabat sejak tahun 1960-an sebagai sesama aktivis HMI.

Mereka bertemu di kantor Ditjen Pajak. Setelah mengobrol ke sana ke mari, Kaje menyatakan terima kasih kepada Mar’ie, karena berkat intervensinya pajak perusahaan Kaje bisa dikurangi hingga separuhnya.

Mar’ie kaget mendengar ucapan terima kasih sahabatnya. “Intervensi apa?” tanyanya. “Saya tidak pernah ikut campur soal urusan wajib pajak,” kata Mar’ie.

Setelah dijelaskan duduk perkaranya oleh Kaje, Mar’ie langsung menelepon pejabat perpajakan yang menangani pajak perusahaan Kaje.

Instruksi Mar’ie singkat dan lugas yakni kewajiban pajak perusahaan Kaje harus dibayar sesuai aturan, tidak boleh ada pengistimewaan apa pun, dan Dirjen Pajak tidak sedikit pun mencampuri urusannya.

Persahabatan Mar’ie dengan Kaje tidak boleh mempengaruhi kewajibannya membayar pajak sesuai hukum yang berlaku.

Kaje pun melongo, kemudian pulang dengan menggerutu. Dia menyesal telah memberitahu hal itu kepada Mar’ie. Dia bermaksud baik sekadar ingin berterima kasih dengan tulus atas apa yang dianggapnya sebagai bantuan Dirjen Mar’ie dalam pengurangan kewajiban pajak perusahaannya.

Meski dia tahu sejak lama Mar’ie orang jujur, tapi dia tak menyangka bahwa ketegaran dan sikap tak kompromi Mar’ie bisa sejauh itu. Sanggup melampaui persahabatan puluhan tahun hingga memerintahkan bawahannya mengembalikan nilai pajak sesuai aturan dengan merugikan Kaje sebagai wajib pajak.

Kaje kian jengkel karena perusahaannya harus membayar pajak dua kali lipat lebih besar daripada angka yang sudah disepakati dengan bawahan Mar’ie. Namun, dia seperti banyak orang lain yang pernah bersentuhan dengan Mar’ie menaruh hormat tinggi kepada sahabatnya karena kejujurannya.

Mar’ie adalah Mr Clean sejati yang teguh dengan kejujuran dan sikap antikorupsi.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1695 seconds (0.1#10.140)