Kisah Kerajaan Majapahit Kian Mengalami Kemunduran usai Perang Paregreg

Minggu, 26 Januari 2025 - 06:51 WIB
loading...
Kisah Kerajaan Majapahit...
Kerajaan Majapahit mulai kian mengalami kemunduran parah pasca Perang Paregreg. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
KERAJAAN Majapahit mulai kian mengalami kemunduran parah pasca Perang Paregreg. Peperangan itu memunculkan pembagian wilayah Majapahit menjadi dua yakni barat dan timur.

Meski sebenarnya pembagian itu sudah ada sejak Perjanjian Songeneb, ketika pemberontakan Ranggalawe muncul. Namun setelah itu Jayanagara, raja kedua dari Majapahit berhasil menyatukan dua wilayah Kerajaan Majapahit .

Penyatuan wilayah ini berlanjut hingga masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Namun di akhir pemerintahan Hayam Wuruk konon muncullah kembali Kerajaan Majapahit timur yang dipimpin Wijayarajasa.



Tetapi hubungan antara barat dan timur masih cukup harmonis. Hal ini dikarenakan Wijayarajasa yang menguasai Majapahit Timur masih merupakan mertua Hayam Wuruk yang berkuasa di Majapahit Barat, dikutip dari "Perang Bubat 1279 Saka: Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit".

Sepeninggal Wijayarajasa tahun 1398, tahta kekuasaan Majapahit Timur diduduki cucunya yakni Bhre Wirabhumi. Sementara sepeninggal Hayam Wuruk (1389), tahta kekuasaan Majapahit Barat diduduki oleh Wikramawardhana yang merupakan putra menantunya.

Ketika Indudewi meninggal dunia, Bhre Wirabhumi mengangkat Nagarawardhani sebagai Bhre Lasem yang bergelar Bhre Lasem Sang Alemu. Sementara, Wikramawardhana mengangkat Kusumawardhani sebagai Bhre Lasem bergelar Bhre Lasem Sang Ahayu.



Inilah penyebab utama timbulnya perang dingin antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi. Perang dingin antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi tersebut berujung pada Perang Paregreg.

Menurut pemaknaan dari para sejarawan bahwa Perang Paregreg merupakan perang setahap demi setahap dalam tempo yang lambat. Pihak yang menang dalam Perang Paregreg pun silih berganti.

Kadang pertempuran dimenangkan oleh pihak Wikramawardhana atau Majapahit Barat dan kadang dimenangkan oleh pihak Bhre Wirabhumi dari Majapahit Timur. Pada 1406, pasukan Majapahit Barat yang dipimpin Bhre Tumapel (putra Wikramawardhana) menyerbu kubu Bhre Wirabhumi.

Dari penyerbuan Bhre Tumapel mengakibatkan pihak Bhre Wirabhumi menderita kekalahan. Bhre Wirabhumi melarikan diri dengan menggunakan perahu pada malam hari.

Sesudah tertangkap, Bhre Wirabhumi dipenggal kepalanya oleh Raden Gajah (Bhra Narapati) yang menjabat sebagai Ratu Angabhaya. Oleh Raden Gajah, kepala Bhre Wirabhumi diserahkan pada Wikarmawardhana.

Jenazah Bhre Wirabhumi kemudian dicandikan di Lung dengan nama Girisa Pura. Pasca Perang Paregreg, Wikramawardhana memboyong Bhre Daha yang merupakan putri Bhre Wirabhumi untuk dijadikan istri menggantikan Kusumawardhani yang meninggal pada 1440.

Dari perkawinan itu lahirlah Sri Suhita yang kelak naik takhta pada 1427. Semasa menjabat sebagai raja, Sri Suhita membalas dendam pada Raden Gajah yang membunuh Bhre Wirabhumi kakeknya melalui hukuman penggal kepala pada 1433.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1420 seconds (0.1#10.140)