Mengungkap Jejak Moksa Gajah Mada di Air Terjun Madakaripura
loading...
A
A
A
PROBOLINGGO - Madakaripura, air terjun megah yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, Kabupaten Probolinggo, menyimpan sejarah besar sebagai tempat meditasi terakhir Gajah Mada.
Foto/Ist
Menurut kisah yang beredar, Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada mencapai moksa atau menghilang secara spiritual di lokasi yang kini menjadi destinasi wisata populer ini.
Dalam Kitab Negarakertagama, disebutkan bahwa Raja Hayam Wuruk menghadiahkan kawasan Madakaripura kepada Gajah Mada sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.
Sebuah patung sang Mahapatih pun didirikan di dekat air terjun, memperkuat jejak sejarah di tempat ini.
Warga sekitar percaya, air terjun ini adalah lokasi di mana Gajah Mada bertapa untuk menyucikan diri. Tak heran jika kawasan ini menjadi tempat bermeditasi bagi penganut aliran Kejawen, terutama pada hari-hari yang dianggap sakral.
Air terjun Madakaripura juga dikenal sebagai "air terjun abadi" karena aliran airnya yang tak pernah berhenti, menambah aura mistis dan keagungan tempat tersebut.
Di sinilah, menurut kisah, Gajah Mada melakukan meditasi terakhir sebelum mencapai moksa. Tempat ini kini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah tetapi juga simbol keagungan dan spiritualitas yang terus menarik perhatian hingga hari ini.
Cerita asal usul Gajah Mada juga tercatat dalam Lontar Badad Gajah Maddha, yang tersimpan di Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Dalam lontar yang ditulis menggunakan bahasa Bali-Tengahan ini, diceritakan bahwa Gajah Mada adalah anak dari pasangan pendeta Hindu, Mpu Curadharmayogi dan Patni Nariratih.
Pasangan tersebut, yang terikat aturan untuk tidak berhubungan meski menikah, mengalami peristiwa supranatural yang menyebabkan kehamilan Patni.
Akibat rasa malu, keduanya meninggalkan bayi yang lahir di sebuah balai desa Maddha pada tahun 1299. Bayi ini kemudian diadopsi dan dibesarkan hingga menjadi tokoh sentral dalam sejarah Majapahit.
Nama Gajah Mada mulai mencuat setelah berhasil menyelamatkan Raja Jayanegara dari pemberontakan Ra Kuti pada tahun 1319.
Berkat jasanya, ia diangkat sebagai Patih Majapahit dan terus meniti karir hingga menjadi Mahapatih di masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Di bawah kepemimpinannya, Majapahit mengalami ekspansi besar-besaran, termasuk penaklukan wilayah seperti Bali, Sriwijaya, hingga Tumasik (Singapura).
Era kejayaan ini juga diabadikan dalam Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapanca, yang menggambarkan Nusantara sebagai kekuasaan Majapahit.
Lihat Juga: 3 Potret Karya Ivan Gunawan di New York Fashion Week 2023, Terinspirasi Kerajaan Majapahit
Foto/Ist
Menurut kisah yang beredar, Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada mencapai moksa atau menghilang secara spiritual di lokasi yang kini menjadi destinasi wisata populer ini.
Dalam Kitab Negarakertagama, disebutkan bahwa Raja Hayam Wuruk menghadiahkan kawasan Madakaripura kepada Gajah Mada sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.
Sebuah patung sang Mahapatih pun didirikan di dekat air terjun, memperkuat jejak sejarah di tempat ini.
Warga sekitar percaya, air terjun ini adalah lokasi di mana Gajah Mada bertapa untuk menyucikan diri. Tak heran jika kawasan ini menjadi tempat bermeditasi bagi penganut aliran Kejawen, terutama pada hari-hari yang dianggap sakral.
Air terjun Madakaripura juga dikenal sebagai "air terjun abadi" karena aliran airnya yang tak pernah berhenti, menambah aura mistis dan keagungan tempat tersebut.
Di sinilah, menurut kisah, Gajah Mada melakukan meditasi terakhir sebelum mencapai moksa. Tempat ini kini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah tetapi juga simbol keagungan dan spiritualitas yang terus menarik perhatian hingga hari ini.
Asal Usul Gajah Mada
Cerita asal usul Gajah Mada juga tercatat dalam Lontar Badad Gajah Maddha, yang tersimpan di Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Dalam lontar yang ditulis menggunakan bahasa Bali-Tengahan ini, diceritakan bahwa Gajah Mada adalah anak dari pasangan pendeta Hindu, Mpu Curadharmayogi dan Patni Nariratih.
Pasangan tersebut, yang terikat aturan untuk tidak berhubungan meski menikah, mengalami peristiwa supranatural yang menyebabkan kehamilan Patni.
Akibat rasa malu, keduanya meninggalkan bayi yang lahir di sebuah balai desa Maddha pada tahun 1299. Bayi ini kemudian diadopsi dan dibesarkan hingga menjadi tokoh sentral dalam sejarah Majapahit.
Nama Gajah Mada mulai mencuat setelah berhasil menyelamatkan Raja Jayanegara dari pemberontakan Ra Kuti pada tahun 1319.
Berkat jasanya, ia diangkat sebagai Patih Majapahit dan terus meniti karir hingga menjadi Mahapatih di masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Di bawah kepemimpinannya, Majapahit mengalami ekspansi besar-besaran, termasuk penaklukan wilayah seperti Bali, Sriwijaya, hingga Tumasik (Singapura).
Era kejayaan ini juga diabadikan dalam Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapanca, yang menggambarkan Nusantara sebagai kekuasaan Majapahit.
Lihat Juga: 3 Potret Karya Ivan Gunawan di New York Fashion Week 2023, Terinspirasi Kerajaan Majapahit
(shf)