Kisah Jaka Tingkir Lumpuhkan Banteng dengan Tusuk Konde dan Bunuh Kerbau Gila Pakai Jimat Sakti
loading...
A
A
A
Dengan rasa putus asa Jaka Tingkir berniat ingin mati saja. Pada perjalanan di tengah keputusasaan Jaka Tingkir bertemu dua pertapa yakni Kiai Ageng Butuh dan Ki Ageng Ngerang.
Keduanya tidak hanya memberi pelajaran, tetapi juga memberi semangat kepadanya. Ketika Jaka Tingkir berziarah pada malam hari di makam ayahnya di Pengging terdengarlah suara yang menyuruhnya pergi ke tokoh-tokoh keramat lain seperti Kiai Buyut dari Banyubiru yang selanjutnya menjadi gurunya.
Kedua kiai ini memberikan kepadanya jimat agar ia mendapat perkenan kembali dari Sultan Demak. Perjalanan Jaka Tingkir kembali ke Demak dilakukannya menyusuri sungai dengan rakit yang didorong 40 buaya.
Setibanya kembali di Demak, Jaka Tingkir menerapkan jimat yang dipelajarinya. Alhasil kerbau liar dibuatnya menjadi gila.
Sehingga, selama 3 hari para tamtama yang berusaha menghancurkan kepala kerbau gila dibuat malu dan terpaksa mengaku kalah.
Hanya Jaka Tingkir yang berhasil membunuh kerbau. Dia hanya mengeluarkan jimat yang telah dimasukkan ke mulut kerbau. Setelah itu, Jaka Tingkir mendapatkan kembali kedudukannya di Kerajaan Demak.
Berkat jabatan dan kehebatannya, Jaka Tingkir menikahi putri kelima Raja, kemudian menjadi Bupati Pajang dengan daerah seluas 4.000 bau.
Tiap tahun dia harus menghadap ke Demak dan kekuasaannya di Pajang berkembang cukup baik. Di sana dia membangun sebuah istana.
Itulah pengalaman Jaka Tingkir sebelum Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546 sebagaimana dikisahkan Babad Tanah Djawi.
Lihat Juga: Hubungan Gelap Residen Belanda dengan Putri Keraton Yogyakarta Bikin Pangeran Diponegoro Meradang
Keduanya tidak hanya memberi pelajaran, tetapi juga memberi semangat kepadanya. Ketika Jaka Tingkir berziarah pada malam hari di makam ayahnya di Pengging terdengarlah suara yang menyuruhnya pergi ke tokoh-tokoh keramat lain seperti Kiai Buyut dari Banyubiru yang selanjutnya menjadi gurunya.
Kedua kiai ini memberikan kepadanya jimat agar ia mendapat perkenan kembali dari Sultan Demak. Perjalanan Jaka Tingkir kembali ke Demak dilakukannya menyusuri sungai dengan rakit yang didorong 40 buaya.
Setibanya kembali di Demak, Jaka Tingkir menerapkan jimat yang dipelajarinya. Alhasil kerbau liar dibuatnya menjadi gila.
Sehingga, selama 3 hari para tamtama yang berusaha menghancurkan kepala kerbau gila dibuat malu dan terpaksa mengaku kalah.
Hanya Jaka Tingkir yang berhasil membunuh kerbau. Dia hanya mengeluarkan jimat yang telah dimasukkan ke mulut kerbau. Setelah itu, Jaka Tingkir mendapatkan kembali kedudukannya di Kerajaan Demak.
Berkat jabatan dan kehebatannya, Jaka Tingkir menikahi putri kelima Raja, kemudian menjadi Bupati Pajang dengan daerah seluas 4.000 bau.
Tiap tahun dia harus menghadap ke Demak dan kekuasaannya di Pajang berkembang cukup baik. Di sana dia membangun sebuah istana.
Itulah pengalaman Jaka Tingkir sebelum Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546 sebagaimana dikisahkan Babad Tanah Djawi.
Lihat Juga: Hubungan Gelap Residen Belanda dengan Putri Keraton Yogyakarta Bikin Pangeran Diponegoro Meradang
(jon)