Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Sebut Kasus HIV/AIDS Terjadi Penurunan pada 2024
loading...
A
A
A
Edukasi menjadi salah satu pilar utama dalam mitigasi HIV/AIDS di Jawa Barat. Kampanye terus digalakkan di sekolah, kampus, tempat kerja, dan komunitas untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai cara penularan HIV, pentingnya perlindungan diri, serta pengurangan stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).
Selain itu, pemerintah menggandeng organisasi seperti Jaringan Orang Terinfeksi HIV (JOTHI) dan berbagai lembaga swadaya masyarakat untuk menjangkau kelompok rentan, termasuk pekerja seks komersial, pengguna narkoba suntik, dan kaum muda.
Meski berbagai upaya telah dilakukan, tantangan tetap ada, terutama dalam mengurangi stigma sosial terhadap ODHA. Stigma seringkali membuat penderita enggan terbuka kepada keluarga atau lingkungan sekitar, bahkan memilih menjalani pengobatan di luar daerah untuk menjaga kerahasiaan.
“Edukasi seks yang benar harus dimulai sejak dini, khususnya di tingkat SMP. Orang tua juga harus berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak mereka agar terhindar dari perilaku berisiko,” ujar Iwan.
Iwan menambahkan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mendukung ODHA secara emosional dan sosial. Dukungan ini dapat membantu penderita menjalani pengobatan secara teratur dan mengurangi dampak psikologis akibat stigma.
Dengan berbagai langkah mitigasi yang dilakukan, Iwan optimistis Jawa Barat dapat mencapai target penurunan signifikan kasus HIV/AIDS pada 2030. Namun, Iwan mengingatkan keberhasilan ini memerlukan kerja sama erat antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat.
“Edukasi, deteksi dini, dan pengurangan stigma harus terus digalakkan. Kita perlu memastikan generasi mendatang lebih terlindungi dan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai HIV/AIDS,” ucapnya.
Selain itu, pemerintah menggandeng organisasi seperti Jaringan Orang Terinfeksi HIV (JOTHI) dan berbagai lembaga swadaya masyarakat untuk menjangkau kelompok rentan, termasuk pekerja seks komersial, pengguna narkoba suntik, dan kaum muda.
Meski berbagai upaya telah dilakukan, tantangan tetap ada, terutama dalam mengurangi stigma sosial terhadap ODHA. Stigma seringkali membuat penderita enggan terbuka kepada keluarga atau lingkungan sekitar, bahkan memilih menjalani pengobatan di luar daerah untuk menjaga kerahasiaan.
“Edukasi seks yang benar harus dimulai sejak dini, khususnya di tingkat SMP. Orang tua juga harus berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak mereka agar terhindar dari perilaku berisiko,” ujar Iwan.
Iwan menambahkan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mendukung ODHA secara emosional dan sosial. Dukungan ini dapat membantu penderita menjalani pengobatan secara teratur dan mengurangi dampak psikologis akibat stigma.
Dengan berbagai langkah mitigasi yang dilakukan, Iwan optimistis Jawa Barat dapat mencapai target penurunan signifikan kasus HIV/AIDS pada 2030. Namun, Iwan mengingatkan keberhasilan ini memerlukan kerja sama erat antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat.
“Edukasi, deteksi dini, dan pengurangan stigma harus terus digalakkan. Kita perlu memastikan generasi mendatang lebih terlindungi dan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai HIV/AIDS,” ucapnya.
(cip)