Kisah Cinta Idjon Djanbi, Legenda Kopassus yang Ceraikan Wanita Inggris demi Mojang Sunda
loading...
A
A
A
KOMANDO Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD dikenal sebagai satuan elite yang sangat berperan dalam menjaga keamanan dan kedaulatan Indonesia. Namun, di balik pembentukan Kopassus, ada sosok luar biasa bernama Mochamad Idjon Djanbi.
Di balik kesuksesan korps baret merah ini, terdapat sosok pahlawan yang menginisiasi pembentukannya, yakni Mochamad Idjon Djanbi. Dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis oleh Iwan Santosa dan E.A Natanegara.
Idjon punya nama asli Roger Barendrecht ‘Rokus’ Visser lahir pada 13 Mei 1914 di Boskoop, Belanda, dari keluarga petani tulip. Awalnya, ia bercita-cita menjadi ahli agraria dan menjalani pendidikan masa mudanya di Liverpool, Inggris.
Di sinilah ia menikah dengan seorang wanita Inggris, namun pernikahan tersebut tidak bertahan lama. Ketika Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, Idjon memilih untuk tidak kembali ke negaranya yakni, Belanda.
Ia mendaftar di militer Belanda di pengasingan dan bahkan sempat menjadi sopir Ratu Wilhelmina. Setelah Perang Dunia II berakhir, Idjon terlibat dalam misi militer di Indonesia dan mulai jatuh cinta pada negara ini.
Pada tahun 1947, Idjon kembali ke Indonesia untuk melatih pasukan penerjun payung. Namun, keputusannya untuk menetap di Indonesia memicu konflik dalam rumah tangganya. Istri dan anaknya menolak ikut pindah, yang akhirnya menyebabkan perceraian.
Setelah perceraian, Idjon memutuskan untuk tinggal di Indonesia dan membangun kehidupan baru. Di Indonesia, ia jatuh cinta pada seorang perempuan Sunda bernama Suyatmi, yang kemudian dinikahinya.
Tidak hanya itu, ia juga memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Mochamad Idjon Djanbi. Meskipun sudah pensiun dari dunia militer, Idjon tidak bisa sepenuhnya menjauh dari medan perang.
Kolonel A.E. Kawilarang, yang memiliki visi untuk membentuk pasukan khusus Indonesia, melihat potensi besar dalam diri Idjon. Ia diminta untuk melatih pasukan elite TNI, yang kelak menjadi cikal bakal Kopassus.
Idjon Djanbi setuju dan menjadi komandan pertama Kesatuan Komando Teritorial III (Kesko III) di bawah Divisi Siliwangi.
Kisah cinta Idjon Djanbi dengan Suyatmi untuk meninggalkan kehidupannya di Eropa demi menetap di Indonesia menunjukkan betapa kuat cintanya.
Meskipun menghadapi tantangan dan kecurigaan karena latar belakangnya sebagai mantan tentara Belanda, Idjon tetap bertahan dan berjasa dalam membangun pasukan elite yang hingga kini menjadi kebanggaan Indonesia.
Idjon Djanbi pensiun dari militer pada tahun 1956 dan kemudian menderita penyakit usus buntu yang akhirnya merenggut nyawanya pada 1 April 1977.
Warisannya tetap abadi sebagai "Bapak Kopassus", dan kisah hidupnya yang penuh liku, termasuk pilihan cintanya pada wanita Sunda, tetap dikenang sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Di balik kesuksesan korps baret merah ini, terdapat sosok pahlawan yang menginisiasi pembentukannya, yakni Mochamad Idjon Djanbi. Dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis oleh Iwan Santosa dan E.A Natanegara.
Idjon punya nama asli Roger Barendrecht ‘Rokus’ Visser lahir pada 13 Mei 1914 di Boskoop, Belanda, dari keluarga petani tulip. Awalnya, ia bercita-cita menjadi ahli agraria dan menjalani pendidikan masa mudanya di Liverpool, Inggris.
Di sinilah ia menikah dengan seorang wanita Inggris, namun pernikahan tersebut tidak bertahan lama. Ketika Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, Idjon memilih untuk tidak kembali ke negaranya yakni, Belanda.
Ia mendaftar di militer Belanda di pengasingan dan bahkan sempat menjadi sopir Ratu Wilhelmina. Setelah Perang Dunia II berakhir, Idjon terlibat dalam misi militer di Indonesia dan mulai jatuh cinta pada negara ini.
Pada tahun 1947, Idjon kembali ke Indonesia untuk melatih pasukan penerjun payung. Namun, keputusannya untuk menetap di Indonesia memicu konflik dalam rumah tangganya. Istri dan anaknya menolak ikut pindah, yang akhirnya menyebabkan perceraian.
Setelah perceraian, Idjon memutuskan untuk tinggal di Indonesia dan membangun kehidupan baru. Di Indonesia, ia jatuh cinta pada seorang perempuan Sunda bernama Suyatmi, yang kemudian dinikahinya.
Tidak hanya itu, ia juga memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Mochamad Idjon Djanbi. Meskipun sudah pensiun dari dunia militer, Idjon tidak bisa sepenuhnya menjauh dari medan perang.
Kolonel A.E. Kawilarang, yang memiliki visi untuk membentuk pasukan khusus Indonesia, melihat potensi besar dalam diri Idjon. Ia diminta untuk melatih pasukan elite TNI, yang kelak menjadi cikal bakal Kopassus.
Idjon Djanbi setuju dan menjadi komandan pertama Kesatuan Komando Teritorial III (Kesko III) di bawah Divisi Siliwangi.
Kisah cinta Idjon Djanbi dengan Suyatmi untuk meninggalkan kehidupannya di Eropa demi menetap di Indonesia menunjukkan betapa kuat cintanya.
Meskipun menghadapi tantangan dan kecurigaan karena latar belakangnya sebagai mantan tentara Belanda, Idjon tetap bertahan dan berjasa dalam membangun pasukan elite yang hingga kini menjadi kebanggaan Indonesia.
Idjon Djanbi pensiun dari militer pada tahun 1956 dan kemudian menderita penyakit usus buntu yang akhirnya merenggut nyawanya pada 1 April 1977.
Warisannya tetap abadi sebagai "Bapak Kopassus", dan kisah hidupnya yang penuh liku, termasuk pilihan cintanya pada wanita Sunda, tetap dikenang sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(ams)