Prihatin Warga Pesisir Kekeringan, Kodim 1422 Maros Bagikan Air Bersih
loading...
A
A
A
Menurut Budi, di Kabupaten Maros ada tiga kecamatan daerah pesisir yang mengalami krisis air bersih saat kemarau . Dari tiga kecamatan itu, yang paling parah di Kecamatan Bontoa.
"Jadi kita memang fokusnya di Kecamatan Bontoa meski ada kecamatan lain yang terdampak krisis air bersih, seperti Kecamatan Marusu dan Maros Baru. Tetapi mereka dilewati jalur industri, beda di Kecamatan Bontoa ini banyak lingkungan tambak, jadi tidak ada jalur air sama sekali," jelasnya.
Dia menambahkan, kalau dalam penyaluran ini pihaknya menyiapkan armada dengan kapasitas angkut air sebanyak 3.000 liter, ada juga yang 5.000 liter. "Totalnya ada sekitar 8.000 liter air," sebutnya.
Salah seorang warga di Desa Bontolempangan, Najmayanti merasa terbantu dengan bantuan air bersih ini. Apalagi kata dia, sudah dua bulan ini mereka kesulitan air bersih.
"Di sini tidak ada sumur karena air payau. Jadi biasa kita beli air dari Pangkep. Harganya Rp5.000 per jerigen 20 liter. Itu hanya dipakai satu hari saja," ungkapnya.
Padahal dalam sehari kata Najmayanti, kebutuhan air bersih rumah tangganya sebanyak 10 jerigen.
"Sangat memberatkan bagi kami kalau harus beli air tiap hari di tengah pandemi COVID-19 . Belum lagi sekarang kebutuhan anak sekolah online butuh paket data. Jadi memang memberatkan. Makanya kami bersyukur dengan adanya bantuan ini bisa membantu kami," pungkasnya.
"Jadi kita memang fokusnya di Kecamatan Bontoa meski ada kecamatan lain yang terdampak krisis air bersih, seperti Kecamatan Marusu dan Maros Baru. Tetapi mereka dilewati jalur industri, beda di Kecamatan Bontoa ini banyak lingkungan tambak, jadi tidak ada jalur air sama sekali," jelasnya.
Dia menambahkan, kalau dalam penyaluran ini pihaknya menyiapkan armada dengan kapasitas angkut air sebanyak 3.000 liter, ada juga yang 5.000 liter. "Totalnya ada sekitar 8.000 liter air," sebutnya.
Salah seorang warga di Desa Bontolempangan, Najmayanti merasa terbantu dengan bantuan air bersih ini. Apalagi kata dia, sudah dua bulan ini mereka kesulitan air bersih.
"Di sini tidak ada sumur karena air payau. Jadi biasa kita beli air dari Pangkep. Harganya Rp5.000 per jerigen 20 liter. Itu hanya dipakai satu hari saja," ungkapnya.
Padahal dalam sehari kata Najmayanti, kebutuhan air bersih rumah tangganya sebanyak 10 jerigen.
"Sangat memberatkan bagi kami kalau harus beli air tiap hari di tengah pandemi COVID-19 . Belum lagi sekarang kebutuhan anak sekolah online butuh paket data. Jadi memang memberatkan. Makanya kami bersyukur dengan adanya bantuan ini bisa membantu kami," pungkasnya.
(luq)