Warkop Unik di Pangkalan Bun, Meski Bayar Seikhlasnya Penjual Mengaku Untung

Senin, 24 Agustus 2020 - 15:55 WIB
loading...
Warkop Unik di Pangkalan...
Tampak pemilik warung kopi ikhlas saat membawakan pesanan pelanggan. iNews TV/Sigit
A A A
KOTAWARINGIN BARAT - Rezeki tak akan tertukar! Yang penting silaturahim dan banyak pertemanan. Inilah ide awal tercetusnya warung kopi (warkop) dengan nama 'Kopi Ikhlas' bayar kopi dan teh seikhlasnya.

Warkop ini berada di gang masuk Perumahan Cemara Permai, RT 16, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan (Arsel), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng.

MNC Media pun tertarik untuk menyambangi warkop ini pada Senin siang, 24 Agustus 2020. Warkop unik ini dimiliki oleh pasangan suami istri Ade Septian (39) dan Prisila Caroline (35) yang juga warga Perumahan Cemara Permai.

"Intinya saya mau jalin silaturahmi dengan banyak orang. Tidak ada pemikiran cari keuntungan banyak. Rezeki tak akan tertukar," ujar mantan supir travel saat dibincangi MNC Media di warkopnya, Senin (24/8/2020) siang.

Ia menceritakan, awal mula ia mendirikan warkop ini dari kegundahan atas maraknya cafe di Pangkalan Bun yang menawarkan menunya dengan harga mahal.

Sehingga kalangan menengah ke bawah tak bisa menikmati sajian cafe modern tersebut. "Di Pangkalan Bun ini kan sekarang banyak cafe modern. Dan pasti menu menunya mahal. Makanya saya punya ide warkop ini untuk kaum akar rumput kalangan menengah ke bawah," ujar bapak lima anak ini menceritakan.

Dirinya membuka warkop ini sejak Januari 2020 hingga sekarang. Namun lantaran pandemi COVID-19, warkopnya sempat tutup sejak Maret-Juni 2020. "Juli baru saya buka lagi karena sudah boleh dan masuk adaptasi kebiasaan baru atau New Normal," ujar warga asli Kelurahan Raja Pangkalan Bun ini.

Ia mengaku ikhlas melakukan ini semua dan ini bukan trik marketing. Bahkan banyak juga pembeli yang tak membayar sepeserpun saat minum kopi dan teh, ia tetap ikhlas.

Namun banyak juga yang membayar dengan uang pas maupun lebih. "Saya ikhlas, tidak bayar juga tidak apa apa. Bayar pas atau lebih juga saya terima. Syaratnya pembeli hanya ikhlas," sebutnya.

Meski pembeli boleh bayar seikhlasnya, ia mengaku tak pernah rugi. Bahkan selalu untung. Itu terjadi karena rezeki tak tertukar. "Ya kalau yang sering tidak bayar itu anak-anak sekolah. Saya mengerti saja dan saya ikhlas. Profit saya justru dari orang yang bayar lebih. Berapa sih modal kopi dan teh, itu tidak banyak. Sekaligus saya beramal," ujar Ade yang sudah tinggal di Perumahan Cemara Permai 10 tahun lalu.

Meski bayar seikhlasnya, ia tetap meraup rejeki setiap harinya bahkan tidak pernah sama sekali rugi. "Paling kecil omzet sehari Rp100 ribu. Dan itupun saya sudah untung. Kalau lagi rame bisa omzet Rp500 ribu. Tapi rata-rata sehari omzet Rp200 ribu-Rp300 ribuan," sebutnya.

Untuk lokasi warkop ia menyewa lahan kosong di pintu masuk Perumahan Cemara Permai dengan uang sewa Rp500 ribu per bulan.

"Lahan yang saya sewa ukuran 100 m2, bangunan semi permanen ini saya bangun sendiri. Untuk jam buka setiap hari tanpa libur mulai pukul 08.00 WIB sampai malam dan tidak tentu tutupnya. Bahkan pernah sampai pukul 03.00 WIB pagi. Karena saya tidak mungkin mengusir pembeli. Yang penting tidak buat keributan saja di sini," katanya.

Selain menu kopi dan teh, dirinya juga menjual makanan ringan sepeti mi instan goreng dan rebus, sosis bakar dan goreng, kentang hingga nasi goreng.

Semuanya tanpa label harga. Jika pun mau bayar, konsumen diminta memberikan harga sendiri jika mau membayar. "Selain kopi dan teh saya juga jualan makanan, namun saya tidak mematok harga. Jika mereka mau bayar ya kasih harga sendiri, berapapun yang dibayar saya ikhlas," terangnya.

Seorang pembeli yang dibincangi MNC Media saat nongkrong di warkop ini, Yuda Mank mengatakan, ia baru pertama kali ke Warkop Ikhlas lantaran informasi dari teman.

Ia mencoba mampir ke Warkop ini untuk mencoba menikmati racikan kopinya. "Meski bertulisakan bayar seikhlasnya, namun saya akan tetap bayar sesuai harga pasaran atau bayar lebih. Yang unik di sini pembeli justru yang menentukan harga bukan penjual," ujar warga Desa Pasir Panjang ini. (Baca: Bawa 2000 Pil Ekstasi, Pria Ini Diringkus Aparat di Pelabuhan).

Ia pun memberikan saran kepada penjual untuk menambah jumlah kursi dan meja supaya saat banyak pembeli bisa duduk semua. "Ya ini masukan saya kalau bisa meja kursi ditambah dan lebih berinovasi lagi. Kalau idenya sangat unik, beli kopi dan teh bayar seikhlasnya," pungkasnya.
(nag)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1402 seconds (0.1#10.140)