Pemuda Kampung Sulap Ban Bekas Jadi Wastafel Cantik
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Mencuci tangan kini menjadi adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi COVID-19 yang kini belum usai.
Kota Palembang yang masih berstatus zona merah memaksa warganya untuk menerapkan protokol kesehatan ini sepanjang waktu. Peluang ini dimanfaatkan sejumlah pemuda kampung di Palembang untuk menciptakan wastafel warna-warni yang cantik berbahan ban bekas. (Baca juga: Berawal dari Hobi, Nasogi Jalankan Bisnis Ikan Cupang di Tengah Pandemi )
Penegakan disiplin protokol kesehatan begitu terasa di Kampung Tangkal COVID-19 di Kelurahan Talak Bubuk, Kecamatan Plaju Kota Palembang, Sumatera Selatan. (Baca juga: Ingatkan Kepala Daerah, Yurianto: AKB Kalau Masyarakat Sudah Disiplin )
Salah satunya mencuci tangan hingga bersih. Sejumlah pemuda kampung yang dikomandoi Khairul Bahri menjadikan peluang ini untuk menciptakan wastafel cantik berbahan ban bekas.
Hal ini dilakukan demi bertahan hidup di tengah pandemik COVID-19 yang terjadi berbulan-bulan ini.
Khairul Bahri menjelaskan, wastafel yang dia produksi berasal dari bahan bekas. Seperti ban bekas yang sudah tidak terpakai ini menjadi bahan utama wastafel.
Proses pengerjaan untuk satu wastafel dilakukan selama satu hari. Waktu yang lama tersebut digunakan mulai pembuatan pola, pembentukan dan pengecetan.
Dibutuhkan fokus, ketelitian dan kesabaran agar hasilnya sempurna. Satu wastafel dibanderol mulai Rp800.000 hingga Rp1,5 juta, dimana pelanggannya kebanyakan perusahaan sekitar, masjid dan rumah-rumah warga.
Usaha ini membuat khairul bahri dapat memberdayakan pemuda kampung yang terkena PHK akibat pandemik COVID-19 ini.
Sementara itu, seorang wastafel berbahan ban bekas, Titis Puspita Dewi memuji kreativitas yang dilakukan pemuda kampung ini. “Saya tidak keberatan dengan harga yang ditetapkan,” Titis.
Pembuat wastafel berbahan ban bekas, Khairul Bahri, mengaku hingga kini berhasil menjual wastafel karyanya tidak hanya di Palembang tapi juga untuk memenuhi juga kebutuhan di sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Selatan.
Kota Palembang yang masih berstatus zona merah memaksa warganya untuk menerapkan protokol kesehatan ini sepanjang waktu. Peluang ini dimanfaatkan sejumlah pemuda kampung di Palembang untuk menciptakan wastafel warna-warni yang cantik berbahan ban bekas. (Baca juga: Berawal dari Hobi, Nasogi Jalankan Bisnis Ikan Cupang di Tengah Pandemi )
Penegakan disiplin protokol kesehatan begitu terasa di Kampung Tangkal COVID-19 di Kelurahan Talak Bubuk, Kecamatan Plaju Kota Palembang, Sumatera Selatan. (Baca juga: Ingatkan Kepala Daerah, Yurianto: AKB Kalau Masyarakat Sudah Disiplin )
Salah satunya mencuci tangan hingga bersih. Sejumlah pemuda kampung yang dikomandoi Khairul Bahri menjadikan peluang ini untuk menciptakan wastafel cantik berbahan ban bekas.
Hal ini dilakukan demi bertahan hidup di tengah pandemik COVID-19 yang terjadi berbulan-bulan ini.
Khairul Bahri menjelaskan, wastafel yang dia produksi berasal dari bahan bekas. Seperti ban bekas yang sudah tidak terpakai ini menjadi bahan utama wastafel.
Proses pengerjaan untuk satu wastafel dilakukan selama satu hari. Waktu yang lama tersebut digunakan mulai pembuatan pola, pembentukan dan pengecetan.
Dibutuhkan fokus, ketelitian dan kesabaran agar hasilnya sempurna. Satu wastafel dibanderol mulai Rp800.000 hingga Rp1,5 juta, dimana pelanggannya kebanyakan perusahaan sekitar, masjid dan rumah-rumah warga.
Usaha ini membuat khairul bahri dapat memberdayakan pemuda kampung yang terkena PHK akibat pandemik COVID-19 ini.
Sementara itu, seorang wastafel berbahan ban bekas, Titis Puspita Dewi memuji kreativitas yang dilakukan pemuda kampung ini. “Saya tidak keberatan dengan harga yang ditetapkan,” Titis.
Pembuat wastafel berbahan ban bekas, Khairul Bahri, mengaku hingga kini berhasil menjual wastafel karyanya tidak hanya di Palembang tapi juga untuk memenuhi juga kebutuhan di sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Selatan.
(nth)