Kisah Penyamaran Kopassus, Jadi Penjual Durian untuk Masuk Markas GAM

Minggu, 16 Juni 2024 - 07:54 WIB
loading...
Kisah Penyamaran Kopassus,...
Kisah Sersan Badri (nama samaran), anggota Sandi Yudha Kopassus yang menyamar menjadi penjual durian demi menyusup ke markas GAM. Foto/Ilustrasi/Penkopassus
A A A
Di balik gempuran sengit dan strategi perang, kisah heroik prajurit Kopassus dalam misi intelijen sering kali tersembunyi. Salah satunya adalah kisah mencengangkan Sersan Badri (nama samaran), anggota Sandi Yudha Kopassus yang menyamar menjadi penjual durian demi menyusup ke markas Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

"Saya pernah menyamar sebagai pedagang durian yang mengirimkan barang dari Medan ke Lhokseumawe," cerita Sersan Badri dalam buku Kopassus untuk Indonesia Jilid II yang dikutip pada Minggu (16/6/2024).

Dalam perjalanannya, Badri sering kali harus melewati pos penjagaan aparat yang meminta jatah durian darinya.

"Saya pernah memberikan dua buah durian tapi malah dimarahi dan ditempeleng. Mereka bilang, kalau untuk GAM pasti saya memberi banyak. Di sini ada satu peleton yang berjaga, mana cukup kalau cuma dua buah durian?" kenangnya.



Selama setahun penuh, Badri memetakan situasi di Aceh, khususnya di Lhokseumawe, yang menjadi pusat kekuatan militer GAM. Dengan tekad dan kecerdikan, Badri akhirnya berhasil mendekati para petinggi GAM dan menyamar sebagai seorang petinggi TNI yang berjuang bersama GAM.

Penyamaran Badri begitu rapi sehingga bahkan pasukan TNI yang berpatroli tidak menyadari keberadaannya. Hanya beberapa pimpinan Kopassus yang mengetahui identitas aslinya.

Demi menyempurnakan penyamarannya, Badri dan kelompok GAM sering kali harus menghindari pasukan TNI dengan memberikan informasi palsu tentang gerakan TNI.

Setelah pemberlakuan Darurat Militer pada tahun 2003, ruang gerak GAM semakin sempit. Para pemimpin GAM mulai mendesak untuk diadakannya perundingan damai.

Tim Kopassus yang menyusup ke wilayah GAM melaporkan bahwa amunisi dan logistik GAM sudah sangat menipis. Usai Hari Raya Idul Fitri 2004, datang perintah untuk menangkap tokoh kunci GAM, hidup atau mati.

"Semua tokoh kunci yang menjadi sasaran berada di Cot Girek. Hingga saya pamit pukul 15.00 mereka masih ada di sana. Saya pun masih sempat memberi informasi terakhir kepada induk pasukan. Hari H dan Jam J serangan ditetapkan," tutur Badri.

Markas GAM di rawa-rawa Cot Girek kemudian diserbu dari semua arah oleh Kopassus. Dalam serangan itu, Gubernur GAM Said Adnan dan ajudannya, yang merupakan seorang desersi TNI, tewas terkena tembakan.

Dalam perjalanan penyamarannya, Badri diuji kesetiaannya oleh para petinggi GAM dengan berbagai cara, termasuk menyembunyikan anggota keluarga mereka. Kepercayaan yang diperolehnya tidak disia-siakan.

Badri berhasil menemukan 125 senapan milik GAM yang diselundupkan dari Thailand dan Malaysia, serta mengungkap sumber keuangan GAM, termasuk perdagangan ganja kering dari Aceh Timur dan Aceh Utara yang dikirim ke Malaysia, serta pajak dari perusahaan besar dan warga setempat.

Pada akhir tahun 2004, tsunami besar melanda Aceh, mengakibatkan kekerasan berangsur surut. Akhirnya, Perjanjian Damai Helsinki pun ditandatangani, mengakhiri konflik panjang di Aceh.

Kisah Sersan Badri menunjukkan betapa tangguhnya prajurit Kopassus dalam menjalankan tugasnya, meskipun harus menyamar sebagai pedagang durian demi membongkar kekuatan musuh dan membawa perdamaian ke Aceh.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2205 seconds (0.1#10.140)