Fenomena Cuaca Panas Melanda Indonesia dan Negara ASEAN, Begini Penjelasan Guru Besar UB

Senin, 27 Mei 2024 - 16:19 WIB
loading...
Fenomena Cuaca Panas Melanda Indonesia dan Negara ASEAN, Begini Penjelasan Guru Besar UB
Fenomena cuaca panas yang melanda beberapa wilayah Indonesia, dan ASEAN ternyata disebabkan oleh pertumbuhan awan yang sangat minim. Foto/Ilustrasi/Dok.Sindonews
A A A
MALANG - Fenomena cuaca panas yang melanda beberapa wilayah Indonesia, dan ASEAN ternyata disebabkan oleh pertumbuhan awan yang sangat minim. Hal ini diungkapkan oleh Guru Besar Geofisika Universitas Brawijaya (UB), Prof. Adi Susilo, berdasarkan analisis dan penelitiannya.

"Minimnya pertumbuhan awan ini membuat frekuensi sinar matahari langsung mengenai permukaan bumi dan manusia, tanpa halangan apa pun," jelas Prof. Adi Susilo, melalui keterangan tertulisnya, pada Senin (27/5/2024).

Menurut perhitungannya, fenomena ini diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Oktober mendatang. Namun, Prof. Adi menegaskan bahwa bukan berarti tidak akan ada hujan sama sekali selama musim panas ini. "Potensi hujan tetap ada, namun bukan hujan yang bisa menyebabkan banjir atau sebagainya," imbuhnya.

Cuaca panas ekstrim ini juga melanda negara-negara di ASEAN, bahkan di beberapa negara Asia lainnya. Di Filipina, suhu di Manila mencapai 38,8 derajat Celsius pada akhir April, rekor tertinggi sepanjang sejarah. Di Bangladesh, suhu mencapai 43 derajat Celsius pada 22 April, menyebabkan pemerintah menutup sekolah-sekolah dasar. Laos pun mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang masa dengan 43,2 derajat Celsius pada bulan yang sama.



"Di Thailand, dampak panasnya sangat serius, 61 orang tewas akibat heatstroke karena suhu mencapai 52 derajat Celcius," papar Prof. Adi.

Sementara di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa cuaca panas disebabkan oleh peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Suhu panas ini merupakan fenomena akibat gerak semu matahari, siklus yang biasa terjadi setiap tahun.

"Gelombang panas akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena gerakan semu matahari akhir April dan awal Mei berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara, bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan," terang Prof. Adi.

Faktor selanjutnya adalah anomali iklim El Nino 2022/2024, di mana analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, suhu akan mengalami anomali hingga mencapai 2 derajat di atas normal.

"Dan faktor berikutnya adalah pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun," tegasnya.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1649 seconds (0.1#10.140)
pixels