Kisah Kerajaan Larantuka yang Sempat Dikuasai Majapahit: dari Kejayaan hingga Keruntuhan

Minggu, 26 Mei 2024 - 06:15 WIB
loading...
Kisah Kerajaan Larantuka...
Kerajaan Larantuka dengan latar belakang gunung Ile Mandiri, 1656, oleh Vlaming van Oudshoorn, Arnold. Foto/Ilustrasi/Ist/Facebook Joseph Letor
A A A
Di tengah hamparan indah Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), berdirilah sebuah kerajaan yang namanya menggema hingga ke penjuru nusantara dan mancanegara— Kerajaan Larantuka . Keberadaannya sempat menjadi bawahan Majapahit, tetapi Larantuka kemudian menjelma menjadi kerajaan yang besar dan makmur di wilayah Flores.

Menurut Kakawin Negarakretagama, Larantuka, yang dikenal dengan nama Galiyao, adalah wilayah penghasil kayu cendana dan berbagai rempah-rempah lainnya. Kekayaan alamnya yang melimpah menjadikan Larantuka sebagai magnet bagi bangsa Eropa yang haus akan sumber daya berharga ini. Salah satu bangsa yang pertama kali tiba di sini adalah Portugis pada abad ke-16.

Kehadiran Portugis di Larantuka bukan semata-mata untuk berdagang. Mereka membawa misi lain, yaitu menyebarkan agama Katolik. Hubungan antara Kerajaan Larantuka dan Portugis pun terjalin erat, terutama setelah pedagang Portugis meninggalkan Solor dan menetap di Larantuka sekitar tahun 1600. Konflik antara pedagang Portugis dan para Dominikan di Solor, yang lebih fokus pada perdagangan daripada kristenisasi, menjadi salah satu alasan perpindahan ini.

Awalnya, Larantuka hanya menjadi tempat persinggahan bagi pelayaran dari Malaka menuju Maluku. Namun, ketika Portugis menyadari bahwa Larantuka memiliki komoditi berharga seperti kayu cendana, mereka memutuskan untuk membangun koloni di sana. Larantuka pun berkembang menjadi pusat perdagangan Portugis di wilayah Indonesia bagian tenggara, bahkan menjadi tempat pengungsian bagi desertir dari Dutch East India Company (VOC).



Pengaruh Portugis terhadap Kerajaan Larantuka sangat besar, terutama dalam hal agama. Pada tahun 1606, tercatat ada sekitar 50 ribu umat Katolik di kepulauan itu. Para raja Larantuka juga dibaptis dengan nama Katolik dan memakai marga Diaz Viera de Godinho (DVG) beserta gelar Don. Raja Katolik-Portugis pertama di Larantuka adalah Ola Adobala, yang bergelar Don Francisco DVG.

Namun, kejayaan Larantuka tidak berlangsung selamanya. Kekayaan alam yang melimpah menarik perhatian Belanda. Keinginan Belanda untuk mendominasi perdagangan kayu cendana membuat mereka menyerang Portugis di Larantuka. Pada tahun 1613, Solor sudah jatuh ke tangan Belanda, dan perlahan mereka mengalihkan perhatian mereka ke Larantuka. Setelah beberapa tahun, Belanda berhasil menaklukkan Larantuka dan mengambil alih kekuasaannya.

Ketika Belanda menguasai Larantuka, mereka menghapus status kerajaan dan menjadikannya bagian dari koloni Hindia Belanda. Pengaruh Belanda semakin kuat di kawasan Timor bagian barat dan bergerak ke timur, menguasai Ende pada tahun 1838 dan Larantuka setahun kemudian. Kerajaan Larantuka pun resmi berakhir dan berganti status menjadi wilayah koloni Hindia Belanda.

Nasib Larantuka semakin bergejolak ketika Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942. Kekuasaan di wilayah ini berpindah tangan ke Jepang selama masa Perang Dunia II. Setelah Jepang kalah dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Larantuka memutuskan untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kini, Larantuka menjadi bagian dari Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dan menyimpan sejarah panjang sebagai kerajaan Kristen Katolik pertama di nusantara.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1996 seconds (0.1#10.140)