Protes Kenaikan UKT, Ketua BEM UNY Diintimidasi Beasiswa Bakal Dicabut
loading...
A
A
A
"(Dekanat) mempertanyakan (ke Ketua BEM Fakultas Vokasi) tentang saya, nah dekan itu menyampaikan lewat Ketua BEM itu tadi ancaman-ancaman untuk ditantang keluar dari UNY karena pendidikan tinggi sifatnya tersier dan lain sebagainya," paparnya.
Sementara, menurut pengakuan Raihan Ammar juga pernah mendapatkan intimidasi dari pihak kampus. Perlakuan tak mengenakkan itu terjadi ketika Raihan mendatangi staff ahli kemahasiswaan untuk mengkonsultasikan program BEM pada 13 Mei 2024 lalu.
"Disampaikan, kalau aneh-aneh saya sikat kamu. Diksinya selalu seperti itu, diulang-ulang, kalau kamu aneh-aneh saya sikat, saya sudah mantau BEM ini sejak 2016 sampai sekarang. Saya sudah tahu semuanya, kalau kamu aneh-aneh saya sikat kalian," ujarnya.
Dikonfrimasi terpisah, Sekretaris Direktorat Akademik Kemahasiswaan dan Alumni UNY Prof Guntur dengan tegas membantah pernyataan ketua BEM tersebut.
"Enggak, enggak seperti itu. Saya bisa (menjelaskan), anaknya suruh ke sini. Yang ngomong mau dicabut beasiswanya siapa, tidak serumit itulah pikiran saya, itu saya anggap rumit," ucapnya.
Justru menurutnya kampus memiliki tanggungjawab memonitor mahasiswa S1 penerima beasiswa KIPK dari semua fakultas. Fokus monitoring adalah untuk memastikan seluruh mahasiswa penerima beasiswa yang memiliki nilai di bawah IPK dan mengawal agar beasiswa tepat sasaran.
"Saya cari-cari seperti itu, mungkin itu dianggap intimidasi juga. Saya cari sampai rumahnya, karena saya ingin anak-anak yang miskin tapi pintar itu tetap lulus," katanya.
Namun begitu, pihaknya tak menampik jika kampus memang memanggil Farras karena mengikuti rapat bersama Komis X DPR RI. Dia berdalih bahwa pemanggilan itu untuk mengklarifikasi karena kampus tidak merasa memberikan izin atau surat tugas untuk berbicara di depan anggota parlemen.
Sementara, menurut pengakuan Raihan Ammar juga pernah mendapatkan intimidasi dari pihak kampus. Perlakuan tak mengenakkan itu terjadi ketika Raihan mendatangi staff ahli kemahasiswaan untuk mengkonsultasikan program BEM pada 13 Mei 2024 lalu.
"Disampaikan, kalau aneh-aneh saya sikat kamu. Diksinya selalu seperti itu, diulang-ulang, kalau kamu aneh-aneh saya sikat, saya sudah mantau BEM ini sejak 2016 sampai sekarang. Saya sudah tahu semuanya, kalau kamu aneh-aneh saya sikat kalian," ujarnya.
Baca Juga
Dikonfrimasi terpisah, Sekretaris Direktorat Akademik Kemahasiswaan dan Alumni UNY Prof Guntur dengan tegas membantah pernyataan ketua BEM tersebut.
"Enggak, enggak seperti itu. Saya bisa (menjelaskan), anaknya suruh ke sini. Yang ngomong mau dicabut beasiswanya siapa, tidak serumit itulah pikiran saya, itu saya anggap rumit," ucapnya.
Justru menurutnya kampus memiliki tanggungjawab memonitor mahasiswa S1 penerima beasiswa KIPK dari semua fakultas. Fokus monitoring adalah untuk memastikan seluruh mahasiswa penerima beasiswa yang memiliki nilai di bawah IPK dan mengawal agar beasiswa tepat sasaran.
"Saya cari-cari seperti itu, mungkin itu dianggap intimidasi juga. Saya cari sampai rumahnya, karena saya ingin anak-anak yang miskin tapi pintar itu tetap lulus," katanya.
Namun begitu, pihaknya tak menampik jika kampus memang memanggil Farras karena mengikuti rapat bersama Komis X DPR RI. Dia berdalih bahwa pemanggilan itu untuk mengklarifikasi karena kampus tidak merasa memberikan izin atau surat tugas untuk berbicara di depan anggota parlemen.