Peringatan Hardiknas Momentum Melindungi Generasi Muda dari Intoleransi
loading...
A
A
A
Menurut Irfan, kalau menanamkan pendidikan hanya tersampaikannya melalui dunia nyata atau bangku sekolah ataupun orang tua memberikan pengajaran atau mendidik anaknya di rumah juga akan kurang efektif
“Berapa persen hal itu di sekolah tersampaikan ? Di rumah melalui orang tua berapa persen sih? 24 jam mereka anak-anak ini bisa pegang gadged dan sebagainya. Sudah saatnya guru dan juga orang tua memasukkan nilai-nilai itu melalui hal itu. Saya kira strategi itu akan lebih efektif,” ujarnya.
Diketahui, pelatihan para guru ini merupakan bagian dari rangkaian program Sekolah Damai yang menjadi prioritas Kepala BNPT, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel pada 2024.
Para guru dan siswa juga harys selalu agar selalu berhati-hati di dalam melakukan media sosial berselancar di dunia maya agar tidak menjadi sasaran empuk kelompok terorisme.
“Akan lebih berbahaya lagi kalau tenaga pengajar, pendidik, guru atau mentor yang terpapar anak-anak jadi kasihan atau anak anak yang lebih-lebih mulai terpapar mereka harus memiliki sikap toleransi dan inklusif. Artinya mereka tidak boleh ada,” ucap mantan Direktur Deradikalisasi BNPT ini.
Banten pada 2024 ini memulai program Sekolah Damai. Pelatihan guru ini diikuti kurnag lebih sebanyak 70 guru SMA se kota Serang. BNPT terus berkomitmen dan konsisten untuk mengajak seluruh komponen masyarakat baik pemerintah, akademisi, pemuka agama, komunitas, dunia usaha dan media untuk bersama-sama terlibat dan berpartisipasi dalam pencegahan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
“Ini adalah bagian dari pencegahan yaitu pada bagian kontra radikalisasi khususnya kontra narasi dan kontra propaganda,” tegas Irfan.
Kadisdikbud Provinsi Banten, Tabrani mengakui kalau selama ini kurangnya para guru memiliki pengetahuan yang utuh menjadi kendala bagi para guru dalam mencegah bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarganya.
“Teman-teman (guru) ini kan tidak mempunyai pengetahuan yang utuh bahwa siapa orang-orang yang ada di sekelilingnya sebagai pelaku terorisme. Nah makanya nanti mudah-mudahan melalui workshop ini itu bisa dipahami. Sehingga minimal dia bisa mengetahui, bisa memahami dan akhirnya kalau terjadi walaupun dia tidak bisa melakukan tindakan langsung dia bisa menyampaikan laporan kepada pihak-pihak yang berwenang,” ujarnya.
Sementara itu, Dosen Iniversitas Muhammadiyah Prof Hamka (Uhamka) Mohammad Abdullah Darraz mengatakan bahwa di era digital dimana saat ini banyak sekali propaganda intoleransi, radikalisme dan terorisme maka dirasa penting menciptakan ekosistem sekolah damai.
“Berapa persen hal itu di sekolah tersampaikan ? Di rumah melalui orang tua berapa persen sih? 24 jam mereka anak-anak ini bisa pegang gadged dan sebagainya. Sudah saatnya guru dan juga orang tua memasukkan nilai-nilai itu melalui hal itu. Saya kira strategi itu akan lebih efektif,” ujarnya.
Diketahui, pelatihan para guru ini merupakan bagian dari rangkaian program Sekolah Damai yang menjadi prioritas Kepala BNPT, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel pada 2024.
Para guru dan siswa juga harys selalu agar selalu berhati-hati di dalam melakukan media sosial berselancar di dunia maya agar tidak menjadi sasaran empuk kelompok terorisme.
“Akan lebih berbahaya lagi kalau tenaga pengajar, pendidik, guru atau mentor yang terpapar anak-anak jadi kasihan atau anak anak yang lebih-lebih mulai terpapar mereka harus memiliki sikap toleransi dan inklusif. Artinya mereka tidak boleh ada,” ucap mantan Direktur Deradikalisasi BNPT ini.
Banten pada 2024 ini memulai program Sekolah Damai. Pelatihan guru ini diikuti kurnag lebih sebanyak 70 guru SMA se kota Serang. BNPT terus berkomitmen dan konsisten untuk mengajak seluruh komponen masyarakat baik pemerintah, akademisi, pemuka agama, komunitas, dunia usaha dan media untuk bersama-sama terlibat dan berpartisipasi dalam pencegahan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
“Ini adalah bagian dari pencegahan yaitu pada bagian kontra radikalisasi khususnya kontra narasi dan kontra propaganda,” tegas Irfan.
Kadisdikbud Provinsi Banten, Tabrani mengakui kalau selama ini kurangnya para guru memiliki pengetahuan yang utuh menjadi kendala bagi para guru dalam mencegah bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarganya.
“Teman-teman (guru) ini kan tidak mempunyai pengetahuan yang utuh bahwa siapa orang-orang yang ada di sekelilingnya sebagai pelaku terorisme. Nah makanya nanti mudah-mudahan melalui workshop ini itu bisa dipahami. Sehingga minimal dia bisa mengetahui, bisa memahami dan akhirnya kalau terjadi walaupun dia tidak bisa melakukan tindakan langsung dia bisa menyampaikan laporan kepada pihak-pihak yang berwenang,” ujarnya.
Sementara itu, Dosen Iniversitas Muhammadiyah Prof Hamka (Uhamka) Mohammad Abdullah Darraz mengatakan bahwa di era digital dimana saat ini banyak sekali propaganda intoleransi, radikalisme dan terorisme maka dirasa penting menciptakan ekosistem sekolah damai.