Peringatan Hardiknas Momentum Melindungi Generasi Muda dari Intoleransi
loading...
A
A
A
SERANG - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa menjadi momentum bagi seluruh komponen bangsa untuk melindungi generasi muda dari pengaruh intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Di Hari Pendidikan Nasional harus ada semangat baru dan dialog serta komunikasi agar perilaku intoleran bisa diminimalisir.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Prof Irfan Idris menyatakan hal itu saat pelatihan guru dalam rangka menumbuhkan ketahanan satuan pendidikan, menolak paham Intoleransi, kekerasan dan bullying di aula SMA Negeri 3, Serang, Banten.
"Strateginya harus diperbaharui. Mungkin yang kemarin-kemarin itu di dunia di dunia nyata lebih banyak, tetapi sekarang harus kita ubah porsi di dunia maya harus lebih besar,” ujar Irfan Idris dikutip Kamis (2/5/2024).
Di tengah kemajuan era globalisasi saat ini, dia juga mengingatkan kepada seluruh guru untuk banyak-banyak belajar. Hal itu karena saat ini anak-anak bisa dikatakan lebih cerdas karena dia setiap saat selalu berinteraksi dengan dunia maya.
“Itulah kelebihan yang ada di dunia maya. Tetapi di sisi lain ada juga banyak pengaruh negatifnya yang bisa memancing emosi para generasi muda, terutama pelajar-pelajar di lingkungan tingkat sekolah menengah. Sekolah damai ini ada karena anak-anak kita sekarang diserang. Gadget yang melekat pada anak menjadi ruang propaganda yang efektif membentuk anak menjadi pribadi yang intoleran,” ujarnya.
Dengan maraknya dunia digital yang sudah menguasai generasi muda, maka perlu strategi baru bagi guru untuk dapat menanamkan nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai positif melalui aplikasi yang ada di dunia maya, seperti TikTok, Instagram dan sebagainya.
“Karena di era dunia maya ini anak-anak remaja jaman sekarang ini lebih banyak bermain di dunia (aplikasi) TikTok. Nah sekarang sudah saatnya bagaimana guru itu juga bisa masuk ke TikTok. Dan guru tidak boleh mengatakan itu (dunia maya) bukan dunia saya. Ini bukan persoalan dunia (nyata atau dunia maya), tetapi ini masalah soal sasaran pendidikan tersampaikan atau tidak,” ujarnya.
Di Hari Pendidikan Nasional harus ada semangat baru dan dialog serta komunikasi agar perilaku intoleran bisa diminimalisir.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Prof Irfan Idris menyatakan hal itu saat pelatihan guru dalam rangka menumbuhkan ketahanan satuan pendidikan, menolak paham Intoleransi, kekerasan dan bullying di aula SMA Negeri 3, Serang, Banten.
"Strateginya harus diperbaharui. Mungkin yang kemarin-kemarin itu di dunia di dunia nyata lebih banyak, tetapi sekarang harus kita ubah porsi di dunia maya harus lebih besar,” ujar Irfan Idris dikutip Kamis (2/5/2024).
Di tengah kemajuan era globalisasi saat ini, dia juga mengingatkan kepada seluruh guru untuk banyak-banyak belajar. Hal itu karena saat ini anak-anak bisa dikatakan lebih cerdas karena dia setiap saat selalu berinteraksi dengan dunia maya.
“Itulah kelebihan yang ada di dunia maya. Tetapi di sisi lain ada juga banyak pengaruh negatifnya yang bisa memancing emosi para generasi muda, terutama pelajar-pelajar di lingkungan tingkat sekolah menengah. Sekolah damai ini ada karena anak-anak kita sekarang diserang. Gadget yang melekat pada anak menjadi ruang propaganda yang efektif membentuk anak menjadi pribadi yang intoleran,” ujarnya.
Dengan maraknya dunia digital yang sudah menguasai generasi muda, maka perlu strategi baru bagi guru untuk dapat menanamkan nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai positif melalui aplikasi yang ada di dunia maya, seperti TikTok, Instagram dan sebagainya.
“Karena di era dunia maya ini anak-anak remaja jaman sekarang ini lebih banyak bermain di dunia (aplikasi) TikTok. Nah sekarang sudah saatnya bagaimana guru itu juga bisa masuk ke TikTok. Dan guru tidak boleh mengatakan itu (dunia maya) bukan dunia saya. Ini bukan persoalan dunia (nyata atau dunia maya), tetapi ini masalah soal sasaran pendidikan tersampaikan atau tidak,” ujarnya.