7 Tahun di Makassar, Satu Keluarga Pengungsi Rohingya Kini Jadi Warga AS
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Mohammad Islam bin Nur Alam akhirnya berhasil mengikuti program resettlement atau pemukiman kembali ke Amerika Serikat (AS). Ia bersama istri dan tiga orang anaknyamerupakan pengungsi asal Myanmar yang 'transit' di Kota Makassar.
Mohammad Islam bin Nur Alam mengaku sangat bersyukur bisa mendapatkan program ini. Apalagi dia menantikan program ini selama tujuh tahun. "Kami bersyukur, semoga nantinya kehidupan kami jauh lebih baik setelah di Amerika Serikat," ucapnya.
Nur alam adalah salah satu pengungsi Myanmar etnis Rohingya , beruntung ia selamat karena sejak tahun 1994 telah mengungsi di Malaysia, namun perasaan bersalah karena tak bisa berbuat apa-apa tak bisa ia sembunyikan, sambil menyeka matanya yang sembab, ia menceritakan pedihnya mengetahui 27 orang keluarganya tiada karena kerusuhan di negaranya.
Saat ini tersisa hanya kakak dan adiknya di Myanmar, itupun mereka hanya berkomunikasi melalui telepon, karena situasi Myanmar yang masih mencekam khususnya untuk etnis Rohingya.
Dijemput dari tempat penampungan Wisma Budi, Nur Alam beserta keluarga menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Mereka didampingi dua petugas escort (pengawal) dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Makassar. Mereka bertolak ke bandara internasional Soekarno-Hatta dengan menggunakan pesawat Garuda kode penerbangan GA0605 pada Selasa (18/8/2020) pukul 13.05 Wita.
Setiba di bandara Soekarno Hatta, didampingi oleh petugas escort, Nur Alam akan menemui staff International Organization for Migration yang telah menunggu di terminal 3 keberangkatan guna penyerahan dokumen perjalanan dan berkas-berkas kelengkapan lainnya.
Selanjutnya petugas escort Rudenim Makassar melakukan serah terima dengan petugas Imigrasi Bandara Soekarno Hatta, kemudian Nur Alam dan keluarga berangkat menggunakan pesawat maskapai Qatar Airways QR955 pada tanggal 19 Agustus pukul 00.40 Wib menuju Bandara Doha Hamad International dan dilanjutkan menuju Bandara Chichago O hare International dengan pesawat Qatar QR 725 pukul 07.45 waktu setempat.
"Indonesia hanyalah negara singgah bagi para pengungsi, bukan termasuk negara tujuan untuk mereka hidup menetap apalagi bekerja," ucap Togol Situmorang, Kepala Rudenim Makassar.
Para pengungsi tidak boleh bekerja di Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia belum meratifikasi konvensi PBB mengenai Status Pengungsi Tahun 1951 dan protokol mengenai Status Pengungsi 31 Januari 1967.
Keberadaan pengungsi di Indonesia kata Togol hanyalah sebagai tempat mereka menunggu menuju ke negara yang secara sah menerima, yakni negara-negara yang meratifikasi konvensi dan protokol pengungsi. Negara itu antara lain Australia yang terdekat dari Indonesia, Selandia Baru, atau juga Amerika Serikat dan Kanada. Negara-negara itu umum disebut sebagai negara ketiga.
Berdasarkan data Rudenim Makassar, tahun 2020 ini telah dilakukan resetlement terhadap 42 pengungsi luar negeri di Kota Makassar, masing-masing Myanmar sebanyak 17 orang, Somalia sepuluh orang, Afganistan sembilan orang, Pakistan empat orang, dan Iran sebanyak dua orang.
Ke depannya, Togol berharap, akan semakin banyak jatah resettlement sebab masih ada 1.671 pengungsi di Kota Makassar yang terus merajut asa untuk pergi ke negeri impian.
Mohammad Islam bin Nur Alam mengaku sangat bersyukur bisa mendapatkan program ini. Apalagi dia menantikan program ini selama tujuh tahun. "Kami bersyukur, semoga nantinya kehidupan kami jauh lebih baik setelah di Amerika Serikat," ucapnya.
Nur alam adalah salah satu pengungsi Myanmar etnis Rohingya , beruntung ia selamat karena sejak tahun 1994 telah mengungsi di Malaysia, namun perasaan bersalah karena tak bisa berbuat apa-apa tak bisa ia sembunyikan, sambil menyeka matanya yang sembab, ia menceritakan pedihnya mengetahui 27 orang keluarganya tiada karena kerusuhan di negaranya.
Saat ini tersisa hanya kakak dan adiknya di Myanmar, itupun mereka hanya berkomunikasi melalui telepon, karena situasi Myanmar yang masih mencekam khususnya untuk etnis Rohingya.
Dijemput dari tempat penampungan Wisma Budi, Nur Alam beserta keluarga menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Mereka didampingi dua petugas escort (pengawal) dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Makassar. Mereka bertolak ke bandara internasional Soekarno-Hatta dengan menggunakan pesawat Garuda kode penerbangan GA0605 pada Selasa (18/8/2020) pukul 13.05 Wita.
Setiba di bandara Soekarno Hatta, didampingi oleh petugas escort, Nur Alam akan menemui staff International Organization for Migration yang telah menunggu di terminal 3 keberangkatan guna penyerahan dokumen perjalanan dan berkas-berkas kelengkapan lainnya.
Selanjutnya petugas escort Rudenim Makassar melakukan serah terima dengan petugas Imigrasi Bandara Soekarno Hatta, kemudian Nur Alam dan keluarga berangkat menggunakan pesawat maskapai Qatar Airways QR955 pada tanggal 19 Agustus pukul 00.40 Wib menuju Bandara Doha Hamad International dan dilanjutkan menuju Bandara Chichago O hare International dengan pesawat Qatar QR 725 pukul 07.45 waktu setempat.
"Indonesia hanyalah negara singgah bagi para pengungsi, bukan termasuk negara tujuan untuk mereka hidup menetap apalagi bekerja," ucap Togol Situmorang, Kepala Rudenim Makassar.
Para pengungsi tidak boleh bekerja di Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia belum meratifikasi konvensi PBB mengenai Status Pengungsi Tahun 1951 dan protokol mengenai Status Pengungsi 31 Januari 1967.
Keberadaan pengungsi di Indonesia kata Togol hanyalah sebagai tempat mereka menunggu menuju ke negara yang secara sah menerima, yakni negara-negara yang meratifikasi konvensi dan protokol pengungsi. Negara itu antara lain Australia yang terdekat dari Indonesia, Selandia Baru, atau juga Amerika Serikat dan Kanada. Negara-negara itu umum disebut sebagai negara ketiga.
Berdasarkan data Rudenim Makassar, tahun 2020 ini telah dilakukan resetlement terhadap 42 pengungsi luar negeri di Kota Makassar, masing-masing Myanmar sebanyak 17 orang, Somalia sepuluh orang, Afganistan sembilan orang, Pakistan empat orang, dan Iran sebanyak dua orang.
Ke depannya, Togol berharap, akan semakin banyak jatah resettlement sebab masih ada 1.671 pengungsi di Kota Makassar yang terus merajut asa untuk pergi ke negeri impian.
(luq)