Sultan Mahmud Badaruddin II, Harimau Palembang yang Menolak Tunduk hingga Diasingkan

Jum'at, 01 Mei 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Serangan ini disambut dengan tembakan-tembakan meriam dari tepi Musi. Pertempuran baru berlangsung satu hari, Wolterbeek menghentikan penyerangan dan akhirnya kembali ke Batavia pada30 Oktober1819.

SMB II masih memperhitungkan dan mempersiapkan diri akan adanya serangan balasan. Persiapan pertama adalah restrukturisasi dalam pemerintahan.

Putra Mahkota, Pangeran Ratu, pada Desember 1819 diangkat sebagai sultan dengan gelarAhmad Najamuddin III.

SMB II lengser dan bergelarsusuhunan. Penanggung jawab benteng-benteng dirotasi, tetapi masih dalam lingkungan keluarga sultan.

Setelah melalui penggarapan bangsawan (susuhunan Husin Diauddin dan sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom) dan orang Arab Palembang melalui pekerjaanspionase, dan tempat-tempat pertahanan di sepanjang sungai Musi sudah diketahui oleh Belanda serta persiapan angkatan perang yang kuat, Belanda datang ke Palembang dengan kekuatan yang lebih besar. Pada 16 Mei1821armada Belanda sudah memasuki perairan Musi.

Kontak senjata pertama terjadi pada11 Juni1821 hingga menghebatnya pertempuran pada20 Juni1821. Pada pertempuran 20 Juni ini, sekali lagi, Belanda mengalami kekalahan.

De Kock tidak memutuskan untuk kembali ke Batavia, melainkan mengatur strategi penyerangan. Bertepatan dengan bulan suci Ramadan atau di saat masyarakat Palembang tengah bersantap sahur inilah, Belanda menyerang dan berhasil memenangi pertempuran.

Namun karena tetap tak mau tunduk dengan kolonial Belanda, akhirnya SMB II beserta keluarga dan pengikut setianya dibuang dengan menaiki kapal Dageraad tujuan Batavia, pada Selasa malam, 3 Syawal 1236 H (13 Juli 1821). Dari Batavia, rombongan SMB II lalu diasingkan ke Ternate, Maluku Utara.

Awal pengasingan di Ternate, SMB II dikurung dalam sel berukuran sangat kecil. Sel ini berlokasi di dalam Benteng Oranje, sebuah benteng pertahanan milik Belanda yang sekaligus untuk menyimpan rempah-rempah hasil rampasan dari sejumlah daerah di timur Indonesia. Dalam sel ini, SMB II hanya bisa berbaring, duduk, namun tidak bisa berdiri.

SMB II meninggal di Ternate pada 26 November 1862. Untuk menghargai jasa-jasanya diberikan tanda jasa sebagai Pahlawan Nasional yang dikukuhkan oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 063/TK/tahun 1984 tertanggal 29 oktober 1984.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1193 seconds (0.1#10.140)