Sultan Mahmud Badaruddin II, Harimau Palembang yang Menolak Tunduk hingga Diasingkan

Jum'at, 01 Mei 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Selama masa perjuangannya untuk menjaga negeri ini tercatat beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda.

Konflik dimulai sejak ditemukan Timah di Bangka pada pertengahan abad ke-18. Sejak itu Pulau Bangka menjadi perebutan bangsa Eropa.

Sir Thomas Stamford Raffles adalah orang pertama mulai mengadakan pendekatan dengan SMB II. Lalu melalui surat pada 3 maret 1811, Raffles berusaha membujuk SMB II untuk mengusir Belanda dari Palembang.

Tetapi, SMB II membalas surat Raffles yang intinya mengatakan bahwa Palembang tidak ingin terlibat dalam permusuhan antara Britania dan Belanda, serta tidak ada niatan bekerja sama dengan Belanda. Meskipun pada akhirnya terjalin kerja sama Inggris-Palembang, di mana pihak Palembang lebih diuntungkan.

Tidak berhasil dengan bujukannya, Inggris melancarkan strategi lain. Pada 14 September 1811, terjadi peristiwa pembumihangusan dan pembantaian di loji Sungai Aur.

Belanda menuduh Inggris yang memprovokasi Palembang supaya mengusir Belanda. Sebaliknya, Inggris menuduh SMB II yang berinisiatif melakukannya.

Raffles yang terpojok dengan peristiwa loji Sungai Aur, masih berharap dapat berunding dengan SMB II.

Tetapi SMB II tidak lagi menghiraukan maksud Inggris. Akibatnya, Inggris mengirimkan armada perangnya di bawah pimpinan Gillespie dengan alasan menghukum SMB II.

Dalam sebuah pertempuran singkat, Palembang berhasil dikuasai dan SMB II menyingkir ke Muara Rawas, jauh di hulu Sungai Musi.

Inggris kemudian mengangkat Raden Husin Diauddin (Adik SMB II) menjadi Sultan Palembang dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin II, pada 14 Mei 1812.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2436 seconds (0.1#10.140)