Ketersediaan Pangan di Pangandaran Mampu Penuhi Kebutuhan Selama Pandemi Covid-19
loading...

Kepala Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementrian Pertanian Republik Indonesia Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr Attachments area
A
A
A
PARIGI - Ketersediaan pangan di Kabupaten Pangandaran mampu memenuhi kebutuhan selama pandemi Covid-19.
Kepala Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementrian Pertanian Republik Indonesia Prof Dedi Nursyamsi mengatakan, karakteristik tanah di Pangandaran termasuk kategori subur.
"Potensi kesuburan tanah tersebut bisa dimaksimalkan dengan cara meningkatkan produktivitas petani dalam mengolah lahan tanah," kata Dedi saat berkunjung ke Pangandaran Juma'at, (14/8/2020).
Dedi menambahkan, sektor pertanian juga bisa menjadi penunjang pariwisata sesuai dengan harapan Kabupaten Pangandaran sebagai wisata dunia.
"Banyak kegiatan dari daerah lain bahkan pihak Kementerian yang diselenggarakan di Pangandaran dan bisa dijadikan sebagai peluang memasarkan hasil pertanian khususnya pangan ke hotel dan restoran," tambah Dedi.
Bahkan, kondisi tanah rawa yang dijadikan sawah di Pangandaran menurut Dedi termasuk kategori tanah subur karena setiap musim panen padi bisa menghasilkan 9 ton per hektare.
"Kalau di daerah lain, tanah rawa yang dijadikan sawah hanya mampu menghasilkan 7 ton per hektare," paparnya.
Secara kualitas, padi dan tanaman pangan di Pangandaran tidak kalah oleh hasil bumi dari daerah lain, jadi tidak pantas untuk Kabupaten Pangandaran mendatangkan beras impor.
"Secara ekonomi, pangan hasil pertanian di Pangandaran bisa bernilai lebih apabila diolah menjadi bahan baku untuk kebutuhan masyarakat," jelasnya.
Salah satu contoh, tanaman singkong di Pangandaran bisa tumbuh hanya dengan perlakuan yang sangat sederhana.
Akan tetapi jika singkong tersebut ingin memiliki nilai yang lebih, maka harus diolah menjadi bahan lain dan bahan tersebut diyakini Dedi akan menjadi penopang ekonomi masyarakat. "Kalau singkong diolah menjadi tepung atau dibuat mie, maka nilai harganya akan meningkat," tegas Dedi.
Dedi menerangkan, beberapa negara seperti negara China dan negara Jepang memilih untuk tidak menjual hasil pertanian dan pangan ke luar negara. "Mereka di negara China dan negara Jepang memilih untuk memproduksi bahan pertanian menjadi olahan sebagai bahan baku," sambungnya.
Dedi mengajak masyarakat khususnya petani untuk memaksimalkan potensi kesuburan tanah di Pangandaran.
"Berdasarkan data yang ada di Dinas Pertanian Pangandaran, ketersediaan pangan dan padi bisa memenuhi kebutuhan bahkan surplus dan bisa dijadikan ketersediaan untuk tahun berikutnya," pungkas Dedi.
Kepala Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementrian Pertanian Republik Indonesia Prof Dedi Nursyamsi mengatakan, karakteristik tanah di Pangandaran termasuk kategori subur.
"Potensi kesuburan tanah tersebut bisa dimaksimalkan dengan cara meningkatkan produktivitas petani dalam mengolah lahan tanah," kata Dedi saat berkunjung ke Pangandaran Juma'at, (14/8/2020).
Dedi menambahkan, sektor pertanian juga bisa menjadi penunjang pariwisata sesuai dengan harapan Kabupaten Pangandaran sebagai wisata dunia.
"Banyak kegiatan dari daerah lain bahkan pihak Kementerian yang diselenggarakan di Pangandaran dan bisa dijadikan sebagai peluang memasarkan hasil pertanian khususnya pangan ke hotel dan restoran," tambah Dedi.
Bahkan, kondisi tanah rawa yang dijadikan sawah di Pangandaran menurut Dedi termasuk kategori tanah subur karena setiap musim panen padi bisa menghasilkan 9 ton per hektare.
"Kalau di daerah lain, tanah rawa yang dijadikan sawah hanya mampu menghasilkan 7 ton per hektare," paparnya.
Secara kualitas, padi dan tanaman pangan di Pangandaran tidak kalah oleh hasil bumi dari daerah lain, jadi tidak pantas untuk Kabupaten Pangandaran mendatangkan beras impor.
"Secara ekonomi, pangan hasil pertanian di Pangandaran bisa bernilai lebih apabila diolah menjadi bahan baku untuk kebutuhan masyarakat," jelasnya.
Salah satu contoh, tanaman singkong di Pangandaran bisa tumbuh hanya dengan perlakuan yang sangat sederhana.
Akan tetapi jika singkong tersebut ingin memiliki nilai yang lebih, maka harus diolah menjadi bahan lain dan bahan tersebut diyakini Dedi akan menjadi penopang ekonomi masyarakat. "Kalau singkong diolah menjadi tepung atau dibuat mie, maka nilai harganya akan meningkat," tegas Dedi.
Dedi menerangkan, beberapa negara seperti negara China dan negara Jepang memilih untuk tidak menjual hasil pertanian dan pangan ke luar negara. "Mereka di negara China dan negara Jepang memilih untuk memproduksi bahan pertanian menjadi olahan sebagai bahan baku," sambungnya.
Dedi mengajak masyarakat khususnya petani untuk memaksimalkan potensi kesuburan tanah di Pangandaran.
"Berdasarkan data yang ada di Dinas Pertanian Pangandaran, ketersediaan pangan dan padi bisa memenuhi kebutuhan bahkan surplus dan bisa dijadikan ketersediaan untuk tahun berikutnya," pungkas Dedi.
(ars)