Waspada! Ratusan Warga Lebak Terjangkit DBD, 4 Meninggal Dunia
loading...
A
A
A
LEBAK - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Lebak melonjak drastis. Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak mencatat 610 kasus DBD dengan 4 kematian dalam kurun waktu dua bulan, Januari - Februari 2024.
"Jadi sampai hari ini, dari bulan Januari hingga Februari, sudah ada 610 kasus Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue," ungkap Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak, dr. Budhi Mulyanto, Minggu (25/2/2024)
Menurut laporan, sebagian besar kasus DBD terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Rangkasbitung dan Sajira. Data dari Puskesmas Rangkasbitung mencatat 50 kasus, sedangkan dari Puskesmas Pajagan mencatat 54 kasus.
Budhi menyoroti bahwa angka ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rata-rata pada tahun lalu, jumlah kasus hanya sekitar 30 kasus per bulan.
Penyebab meningkatnya laporan kasus DBD, menurut Budhi, dapat dikaitkan dengan kemudahan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan.
"Akses pemeriksaan kesehatan yang lebih mudah dapat meningkatkan cakupan kasus. Mungkin kalau dulu tidak terdiagnosis, sekarang terdiagnosis, sehingga penemuan kasusnya menjadi lebih banyak," jelas Budhi.
Selain itu, Budhi juga menambahkan bahwa lonjakan kasus DBD bisa disebabkan oleh peningkatan populasi nyamuk Aedes Aegypti, vektor penyakit DBD.
"Kasus DBD cenderung meningkat saat peralihan musim. Perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti terjadi di tempat-tempat penampungan air, seperti kaleng kosong dan lain-lain yang berpotensi sebagai tempat bertelur nyamuk," tambahnya.
"Jadi sampai hari ini, dari bulan Januari hingga Februari, sudah ada 610 kasus Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue," ungkap Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak, dr. Budhi Mulyanto, Minggu (25/2/2024)
Menurut laporan, sebagian besar kasus DBD terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Rangkasbitung dan Sajira. Data dari Puskesmas Rangkasbitung mencatat 50 kasus, sedangkan dari Puskesmas Pajagan mencatat 54 kasus.
Budhi menyoroti bahwa angka ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rata-rata pada tahun lalu, jumlah kasus hanya sekitar 30 kasus per bulan.
Penyebab meningkatnya laporan kasus DBD, menurut Budhi, dapat dikaitkan dengan kemudahan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan.
"Akses pemeriksaan kesehatan yang lebih mudah dapat meningkatkan cakupan kasus. Mungkin kalau dulu tidak terdiagnosis, sekarang terdiagnosis, sehingga penemuan kasusnya menjadi lebih banyak," jelas Budhi.
Selain itu, Budhi juga menambahkan bahwa lonjakan kasus DBD bisa disebabkan oleh peningkatan populasi nyamuk Aedes Aegypti, vektor penyakit DBD.
"Kasus DBD cenderung meningkat saat peralihan musim. Perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti terjadi di tempat-tempat penampungan air, seperti kaleng kosong dan lain-lain yang berpotensi sebagai tempat bertelur nyamuk," tambahnya.
(hri)