Demo Kantor Bawaslu DIY, Puluhan Warga Gelar Tabur Bunga dan Bakar Dupa

Jum'at, 23 Februari 2024 - 07:47 WIB
loading...
Demo Kantor Bawaslu...
Gerakan Rakyat untuk Demokrasi dan Keadilan (Garda) melakukan aksi demonstrasi di depan kantor Bawaslu DIY pada Kamis (22/02/2024). Foto/Yohanes Demo/MPI
A A A
YOGYAKARTA - Puluhan massa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat untuk Demokrasi dan Keadilan (Garda) melakukan aksi demonstrasi di depan kantor Bawaslu DIY pada Kamis (22/2/2024). Mereka kecewa dengan kinerja Bawaslu yang dianggap kurang tegas dalam menindak kecurangan pada Pemilu 2024.

Sebagai bentuk protes, para pengunjuk rasa melakukan aksi tabur bunga dan bakar dupa di halaman depan kantor Bawaslu DIY. Koordinator aksi, Arya Yudha, menyatakan bahwa aksi ini merupakan bentuk kekecewaan rakyat terhadap kinerja Bawaslu yang tidak sesuai dengan gaji dan tunjangan yang mereka terima.

"Bawaslu mendapatkan gaji dan tunjangan yang besar dari pajak rakyat. Tapi, apakah mereka sudah menjalankan tugasnya dengan baik? Kita lihat banyak kecurangan yang terjadi, tapi Bawaslu seperti dibiarkan," kata Arya dalam orasinya.

Arya juga mengatakan bahwa aksi tabur bunga dan bakar dupa dimaksudkan untuk mendoakan agar para pejabat Bawaslu dapat menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya.



"Kami mendoakan agar Bawaslu bisa menjalankan amanah dengan baik. Kalau tidak, kami serahkan kepada hukum karma," tuturnya.

Para pengunjuk rasa juga menilai Bawaslu tidak melakukan pencegahan dan tindakan tegas terhadap berbagai kecurangan yang terjadi pada Pemilu 2024, seperti penggelembungan suara.

"Mana pencegahannya, mana pengawasannya, mana penindakannya? Kalaupun Bawaslu hanya memberikan rekomendasi, apa rekomendasi yang diberikan kepada KPU DIY? Tidak ada. Oleh karena itu, kami warga Jogja hanya menginginkan damai dan sejahtera," kata Arya.

Sebagai simbol kekecewaan mereka, para pengunjuk rasa menyerahkan "Kerupuk Melempem Award" kepada Bawaslu DIY. Kerupuk melempem dianalogikan sebagai Bawaslu yang tidak "berkinerja" dan tidak melakukan tindakan apa pun terhadap kecurangan yang terjadi.

"Kerupuk melempem ini adalah simbol Bawaslu yang tidak melakukan apa-apa. Pemilu adalah hidangan enak yang dimakan setiap lima tahun sekali, dan kerupuk melempem ini adalah Bawaslu yang tidak membuat hidangan pemilu ini menjadi lebih enak," ujar Arya.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1513 seconds (0.1#10.140)