Salinan KTP Digunakan Dukung Calon Independen, Warga Demo
loading...
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Aksi protes atas dukungan calon perseorangan untuk Pilkada Gunungkidul terus terjadi. Setelah sebelumnya warga Desa Ngunut Kapanewon Playen protes atas pencatutan KTP untuk calon independen atau perseroangan, Kamis (13/8/2020) siang tadi giliran warga kalurahan Nglegi, Kapanewon Patuk melakukan aksi serupa.
Ratusan warga memadati area balai kalurahan untuk menuntut dua pamong kalurahan masing-masing Ulu - Ulu serta Dukuh Geduro untuk mundur. Desakan ini mucjuka karena kedua pamong dianggap memainkan salinan KTP untuk mendukung calon perseroangan.
Koordinator aksi, Amri Nugroho, mengatakan, warga di Sembilan Padukuhan di Kalurahan Nglegi merasa dikhianati. Sekitar 2.000 warga yang memiliki EKTP dicatut oleh Ulu-Ulu, Sudiyono dan Dukuh Gedoro, Wartono. "Awalnya kami kaget kok data pendukung perseroangan kami terbanyak nomor dua di Gunungkidul, ini membuat kami curiga. Karena tidak merasa mendukung," kata dia di tengah - tengah aksi di Balai Kalurahan, Kamis (13/8/2020). (Baca juga: PWSPP Laporkan Bakal Calon Independen Pilwalkot Solo ke Bawaslu )
Warga menjadi bingung saat petugas verifikasi faktual datang. Mereka tidak merasa melakukan dukungan kepada salah satu calon independen. Kemudin, warga melakukan penelusuran dan mengrucut terhadap pamong kalurahan, Sudiyono dan Wartono. "Kami sudah berkali-kali melakukan dialog tapi mereka tidak mengakuinya," kata dia.
Karena emosi warga memilih melakukan aksi demonstrasi. Namun dua kaming desa tetap ngotot tidak mau menerima seakan warga untuk mundur. "Kami akan menempuh jalur hukum," kata dia. (Baca juga: DBD di Gunungkidul Nyaris Tembus Seribu Kasus )
Sementara Ulu-Ulu Kalurahan Nglegi, Sudiyono bersikukuh untuk tidak mundur. Dia tetap akan mengabdikan diri di Kalurahan Nglegi dan akan bekerja sesuai dengan aturan. "Saya akan mengikuti proses hukum dan saya akan tetap mengabdi di Kalurahan," kata dia seakan menantang desakan warga.
Hal yang sam juga dilakukan Dukuh Gedoro Wartono. Sementara Lurah Nglegi Wasdiyanto mengatakan, dua Pamong sudah mengakui perbuatannya. Namun demikian pihaknya tidak bisa memutuskan memberhenyikannatas dua pamong tersebut. "Kami akan dialami mekanisme seperti apa, termasuk kesalahan yang dilakukan," pungkas dia.
Ratusan warga memadati area balai kalurahan untuk menuntut dua pamong kalurahan masing-masing Ulu - Ulu serta Dukuh Geduro untuk mundur. Desakan ini mucjuka karena kedua pamong dianggap memainkan salinan KTP untuk mendukung calon perseroangan.
Koordinator aksi, Amri Nugroho, mengatakan, warga di Sembilan Padukuhan di Kalurahan Nglegi merasa dikhianati. Sekitar 2.000 warga yang memiliki EKTP dicatut oleh Ulu-Ulu, Sudiyono dan Dukuh Gedoro, Wartono. "Awalnya kami kaget kok data pendukung perseroangan kami terbanyak nomor dua di Gunungkidul, ini membuat kami curiga. Karena tidak merasa mendukung," kata dia di tengah - tengah aksi di Balai Kalurahan, Kamis (13/8/2020). (Baca juga: PWSPP Laporkan Bakal Calon Independen Pilwalkot Solo ke Bawaslu )
Warga menjadi bingung saat petugas verifikasi faktual datang. Mereka tidak merasa melakukan dukungan kepada salah satu calon independen. Kemudin, warga melakukan penelusuran dan mengrucut terhadap pamong kalurahan, Sudiyono dan Wartono. "Kami sudah berkali-kali melakukan dialog tapi mereka tidak mengakuinya," kata dia.
Karena emosi warga memilih melakukan aksi demonstrasi. Namun dua kaming desa tetap ngotot tidak mau menerima seakan warga untuk mundur. "Kami akan menempuh jalur hukum," kata dia. (Baca juga: DBD di Gunungkidul Nyaris Tembus Seribu Kasus )
Sementara Ulu-Ulu Kalurahan Nglegi, Sudiyono bersikukuh untuk tidak mundur. Dia tetap akan mengabdikan diri di Kalurahan Nglegi dan akan bekerja sesuai dengan aturan. "Saya akan mengikuti proses hukum dan saya akan tetap mengabdi di Kalurahan," kata dia seakan menantang desakan warga.
Hal yang sam juga dilakukan Dukuh Gedoro Wartono. Sementara Lurah Nglegi Wasdiyanto mengatakan, dua Pamong sudah mengakui perbuatannya. Namun demikian pihaknya tidak bisa memutuskan memberhenyikannatas dua pamong tersebut. "Kami akan dialami mekanisme seperti apa, termasuk kesalahan yang dilakukan," pungkas dia.
(nth)