Miris! 11.340 Anak di Pandeglang Terpaksa Putus Sekolah karena Kendala Ekonomi dan Perceraian
loading...
A
A
A
PANDEGLANG - Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Pandeglang mencatat bahwa pada Januari 2024, terdapat 11.340 anak yang terpaksa putus sekolah di wilayah tersebut.
Jumlah tersebut mencakup pelajar dari 5.500 sekolah, mulai dari tingkat SD, SMP, MTS, SMA, SMK, dan MA, termasuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yang tersebar di 35 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang.
Kepala Dindikpora Kabupaten Pandeglang, Hasan Bisri, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya putus sekolah pada pelajar SD dan SMP.
"Salah satu penyebabnya adalah kondisi ekonomi yang tidak lagi mendukung. Hal ini seringkali dijadikan sebagai alasan, terutama ketika walimurid mengalami perceraian, pindah alamat, dan faktor lainnya," ujar Hasan dalam keterangannya, pada Kamis (25/1/2024).
Hasan menambahkan bahwa angka putus sekolah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya menerapkan beberapa strategi, termasuk kunjungan guru ke rumah murid yang sedang sakit selama dua hari.
"Kami berupaya meminimalisir angka putus sekolah dengan berbagai upaya, termasuk kunjungan guru ke rumah murid yang sedang sakit selama dua hari," paparnya.
Hasan menjelaskan bahwa saat ini pelajar SD dan SMP sudah mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah Pusat (BOSP). Meskipun pada masa sebelumnya terdapat iuran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan Bantuan Pembinaan Pendidikan (BP3).
"Dengan adanya BOSP, seharusnya tidak ada alasan bagi anak untuk putus sekolah. Jika mereka sudah melewati batas pendidikan SD atau SMP, ada pilihan untuk melanjutkan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Selain itu, bagi yang rumahnya jauh dari sekolah, tersedia juga sekolah filial," tambahnya.
Menyinggung kondisi pendidikan saat ini di Kabupaten Pandeglang, Hasan menyatakan bahwa situasinya telah membaik dibandingkan dengan masa sebelumnya. Kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya juga dikatakan lebih tinggi.
Jumlah tersebut mencakup pelajar dari 5.500 sekolah, mulai dari tingkat SD, SMP, MTS, SMA, SMK, dan MA, termasuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yang tersebar di 35 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang.
Kepala Dindikpora Kabupaten Pandeglang, Hasan Bisri, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya putus sekolah pada pelajar SD dan SMP.
"Salah satu penyebabnya adalah kondisi ekonomi yang tidak lagi mendukung. Hal ini seringkali dijadikan sebagai alasan, terutama ketika walimurid mengalami perceraian, pindah alamat, dan faktor lainnya," ujar Hasan dalam keterangannya, pada Kamis (25/1/2024).
Hasan menambahkan bahwa angka putus sekolah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya menerapkan beberapa strategi, termasuk kunjungan guru ke rumah murid yang sedang sakit selama dua hari.
"Kami berupaya meminimalisir angka putus sekolah dengan berbagai upaya, termasuk kunjungan guru ke rumah murid yang sedang sakit selama dua hari," paparnya.
Hasan menjelaskan bahwa saat ini pelajar SD dan SMP sudah mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah Pusat (BOSP). Meskipun pada masa sebelumnya terdapat iuran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan Bantuan Pembinaan Pendidikan (BP3).
"Dengan adanya BOSP, seharusnya tidak ada alasan bagi anak untuk putus sekolah. Jika mereka sudah melewati batas pendidikan SD atau SMP, ada pilihan untuk melanjutkan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Selain itu, bagi yang rumahnya jauh dari sekolah, tersedia juga sekolah filial," tambahnya.
Menyinggung kondisi pendidikan saat ini di Kabupaten Pandeglang, Hasan menyatakan bahwa situasinya telah membaik dibandingkan dengan masa sebelumnya. Kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya juga dikatakan lebih tinggi.
(hri)