Berkat Cak Machfud, Langgar Bersejarah KH Hasan Gipo Kembali Hidup
loading...
A
A
A
SURABAYA - Langgar Gipo merupakan bangunan yang pernah menjadi saksi sejarah Kota Surabaya , Jawa Timur. Langgar ini juga pernah menjadi tempat pemberangkatan jamaah haji asal Surabaya.
Bahkan di Langgar Gipo inilah presiden pertama atau yang saat ini dikenal Ketua Dewan Tanfiziyah pertama Nahdlatul Ulama (NU) yaitu KH Hasan Gipo mengaji dan melakukan kegiatan masyarakat. Tempat bersejarah ini sudah dijadikan bangunan warisan budaya . Sayangnya, Langgar Gipo sempat seperti mati suri, luput dari perhatian pembangunan Pemkot Surabaya. (Baca juga: Langgar Gipo Surabaya Diusulkan Menjadi Cagar Budaya)
"Sejak tahun 2018 sudah diusulkan oleh pemerintah sebagai cagar budaya. Bahkan sudah disurvei juga, tapi sampai saat ini tidak ada realisasinya,” kata keluarga sekaligus ahli waris Sagipoddin, Abdul Wahid Zein, Senin (10/8/2020). (Baca juga: Aksi Penyerangan di Pasar Kliwon Solo, Begini Cerita Keluarga Korban)
Bahkan para ahli waris harus saling bahu membahu mencari bantuan kepada lembaga masyarakat dan tokoh untuk berupaya menghidupkan kembali Langgar Gipo. Kondisi bangunan dua lantai ini tampak rapuh dan kumuh. Jauh dari kesan bangunan bersejarah. "Ahli waris akhirnya berjuang mengharapkan dari para tokoh dan komunitas pemerhati sejarah untuk pemugaran," ungkap Zein yang juga Ketua Umum (Ketum) Ikatan Keluarga Sagipoddin (IKSA).
Lantai yang seharusnya bisa menjadi alas duduk sudah tidak bisa dipakai lantaran rusak dimakan zaman. Sumur yang menjadi sumber air pun tidak terpakai. Tangga yang dibangun pada tahun 1700-an masih orisinil konsep keluarga Sagipodin namun terlihat tampak rapuh.
Namun sejak Idul Adha lalu, Langgar Gipo tampak kembali cantik. Kondisi rumah ibadah berarsitektur kolonial ini kembali hidup. Pilar-pilar yang tampak berkarat kembali berwarna. Jendela-jendela langgar kembali berfungsi. Terlihat ada revitalisasi yang dilakukan. Namun tentu, pemugaran tetap menjaga khas sejarah Langgar Gipo.
Zein mengatakan, pemugaran Langgar Gipo atas inisiasi Machfud Arifin. “Alhamdulillah Pak Machfud Arifin membantu kami. Kami mengucapkan terima kasih atas kepeduliannya pada Langgar Perjuangan Gipo. Dia sangat membantu dengan terlibat langsung dalam memperbaiki Langgar Gipo,” ungkapnya.
Selain revitalisasi, kawasan sekitar Langgar Gipo menjadi tempat wisata bersejarah. Inisiatif Machfud Arifin ini merupakan panggilan hati setelah melihat bangunan tersebut tampak tidak terurus. "Kita ingin tempat bersejarah seperti Langgar Gipo mendapat perhatian. Sayang kalau terbengkalai. Alhamdulillah kami punya tujuan yang sama untuk menghidupkan kembali Langgar Gipo. Bangunan bersejarah ini harus kembali hidup dan mendapat perhatian," katanya.
Secara simbolis, Machfud Arifin menjadikan Langgar Gipo tempat penyerahan 226 kurban untuk Idul Adha. Bahkan Machfud Arifin mengurbankan seekor hewan kurban atas nama KH Hasan Gipo.
Kepedulian Machfud Arifin ini mendapat apresiasi dari keluarga dan ahli waris. Bani Sakhifudin ketujuh atau keluarga dari KH Hasan Gipo, M Yamin Gipo berharap Machfud Arifin bisa terus memberi perhatian kepada bangunan bersejarah ini. “Pak Machfud Arifin lah yang membawa perubahan ini. Dia peduli kepada situs sejarah," katanya.
Bahkan di Langgar Gipo inilah presiden pertama atau yang saat ini dikenal Ketua Dewan Tanfiziyah pertama Nahdlatul Ulama (NU) yaitu KH Hasan Gipo mengaji dan melakukan kegiatan masyarakat. Tempat bersejarah ini sudah dijadikan bangunan warisan budaya . Sayangnya, Langgar Gipo sempat seperti mati suri, luput dari perhatian pembangunan Pemkot Surabaya. (Baca juga: Langgar Gipo Surabaya Diusulkan Menjadi Cagar Budaya)
"Sejak tahun 2018 sudah diusulkan oleh pemerintah sebagai cagar budaya. Bahkan sudah disurvei juga, tapi sampai saat ini tidak ada realisasinya,” kata keluarga sekaligus ahli waris Sagipoddin, Abdul Wahid Zein, Senin (10/8/2020). (Baca juga: Aksi Penyerangan di Pasar Kliwon Solo, Begini Cerita Keluarga Korban)
Bahkan para ahli waris harus saling bahu membahu mencari bantuan kepada lembaga masyarakat dan tokoh untuk berupaya menghidupkan kembali Langgar Gipo. Kondisi bangunan dua lantai ini tampak rapuh dan kumuh. Jauh dari kesan bangunan bersejarah. "Ahli waris akhirnya berjuang mengharapkan dari para tokoh dan komunitas pemerhati sejarah untuk pemugaran," ungkap Zein yang juga Ketua Umum (Ketum) Ikatan Keluarga Sagipoddin (IKSA).
Lantai yang seharusnya bisa menjadi alas duduk sudah tidak bisa dipakai lantaran rusak dimakan zaman. Sumur yang menjadi sumber air pun tidak terpakai. Tangga yang dibangun pada tahun 1700-an masih orisinil konsep keluarga Sagipodin namun terlihat tampak rapuh.
Namun sejak Idul Adha lalu, Langgar Gipo tampak kembali cantik. Kondisi rumah ibadah berarsitektur kolonial ini kembali hidup. Pilar-pilar yang tampak berkarat kembali berwarna. Jendela-jendela langgar kembali berfungsi. Terlihat ada revitalisasi yang dilakukan. Namun tentu, pemugaran tetap menjaga khas sejarah Langgar Gipo.
Zein mengatakan, pemugaran Langgar Gipo atas inisiasi Machfud Arifin. “Alhamdulillah Pak Machfud Arifin membantu kami. Kami mengucapkan terima kasih atas kepeduliannya pada Langgar Perjuangan Gipo. Dia sangat membantu dengan terlibat langsung dalam memperbaiki Langgar Gipo,” ungkapnya.
Selain revitalisasi, kawasan sekitar Langgar Gipo menjadi tempat wisata bersejarah. Inisiatif Machfud Arifin ini merupakan panggilan hati setelah melihat bangunan tersebut tampak tidak terurus. "Kita ingin tempat bersejarah seperti Langgar Gipo mendapat perhatian. Sayang kalau terbengkalai. Alhamdulillah kami punya tujuan yang sama untuk menghidupkan kembali Langgar Gipo. Bangunan bersejarah ini harus kembali hidup dan mendapat perhatian," katanya.
Secara simbolis, Machfud Arifin menjadikan Langgar Gipo tempat penyerahan 226 kurban untuk Idul Adha. Bahkan Machfud Arifin mengurbankan seekor hewan kurban atas nama KH Hasan Gipo.
Kepedulian Machfud Arifin ini mendapat apresiasi dari keluarga dan ahli waris. Bani Sakhifudin ketujuh atau keluarga dari KH Hasan Gipo, M Yamin Gipo berharap Machfud Arifin bisa terus memberi perhatian kepada bangunan bersejarah ini. “Pak Machfud Arifin lah yang membawa perubahan ini. Dia peduli kepada situs sejarah," katanya.
(shf)