Kisah Nahuys Van Burgst Pengaruhi Sultan Hamengkubuwono IV demi Kuasai Gunung Merapi

Kamis, 30 November 2023 - 06:15 WIB
loading...
A A A
Hak-hak mereka bahkan sama dengan pemegang tanah jabatan Jawa maupun kaum pribumi kala itu. Hal ini berarti penyewa pada masa itu dapat bebas memilih, apa jenis tanaman yang ingin ia panen nanti, ladang atau sawah mana, yang memungkinkan meraup untung besar.

Sementara membiarkan para petani penggarap menanggung beban pajak dan upeti untuk keraton

Residen Yogya pengganti Nahuys, Smissaert yang menjabat, 1823 - 1825, berkomentar bahwa para petani penggarap di perkebunan - perkebunan menyebut orang-orang Eropa sebagai orang-orang asing penindas.

Hal ini merupakan suatu sentimen anti-Eropa yang disuarakan oleh orang-orang Jawa pada masa itu.

Konon hal itulah yang menimbulkan berbagai kesulitan tersendiri bagi penduduk pribumi dan menempatkan para penyewa tanah pada posisi yang kurang harmonis, baik dengan petani penggarap maupun dengan petugas polisi setempat.

Kenyataannya, hanya sedikit orang Eropa penyewa tanah yang mampu berbahasa Jawa, dan kebanyakan dari mereka hanya dapat bicara bahasa Melayu patah -patah, meski secara lahiriah mereka mengadopsi nama-nama Jawa.

Problem komunikasi bertambah parah karena mereka kurang paham tentang cara bertani orang Jawa
(ams)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5999 seconds (0.1#10.140)