Sejarah dan Asal-usul Meulaboh, Kota yang Paling Parah Terkena Tsunami Aceh 2004
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meulaboh merupakan sebuah kota yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera, Indonesia. Kota ini merupakan ibu kota Kabupaten Aceh Barat , Provinsi Aceh.
Kota Meulaboh dikenal sebagai salah satu daerah yang paling parah terkena dampak gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004. Meski begitu, Meulaboh menyimpan sejarah dan asal usul yang menarik untuk diketahui.
Nama Meulaboh sendiri berasal dari kata “meulah” yang berarti “membuat” dan “boh” yang berarti “air”. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan penduduk setempat yang membuat sumur-sumur untuk mendapatkan air tawar.
Daerah Meulaboh diperkirakan sudah berdiri sejak masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah yang kala itu berkuasa di Kesultanan Aceh pada tahun 1589-1604 Masehi.
Pada Masa Sultan Iskandar Muda, daerah Meulaboh menjadi tempat penanaman lada yang subur. Meski begitu, daerah ini ternyata masih kalah saing dengan Singkil yang juga memproduksi lada beserta kemenyan dan kapur barus.
Hingga pada abad ke-18, banyak masyarakat Minangkabau yang mulai bermigrasi ke kota ini. Mereka kemudian dengan semangat memulai perdagangan lada dan mengundang orang Inggris untuk berdagang di Meulaboh.
Salah seorang saudagar Minang yang mengembangkan perdagangan lada adalah Datuk Makhudum Sati. Beliau merupakan kakek dari pahlawan nasional Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien.
Tak berselang lama setelah Minangkabau datang, pada tahun 1877, Belanda mendirikan pos militer di Meulaboh. Kemudian Belanda pun menguasai Aceh dan menjadikan kota ini sebagai tempat kedudukan asisten residen yang membawahi afdeeling pantai barat Aceh.
Dikutip dari laman resmi pemerintahannya, setelah Indonesia merdeka, Meulaboh menjadi ibu kota Kabupaten Aceh Barat yang merupakan bagian dari Provinsi Aceh. Namun pada tahun 2020, status Meulaboh naik menjadi kota yang terpisah dari Kabupaten Aceh Barat.
Sejak adanya kesultanan Aceh, hanya ada beberapa nama raja yang bisa dilacak. Berikut silsilahnya:
- Teuku Tjik Pho Rahman
- Teuku Tjik Masaid
- Teuku Tjik Ali
- Teuku Tjik Abah
- Teuku Tjik Manso
- Teuku Tjik Raja Nagor
Kota Meulaboh dikenal sebagai salah satu daerah yang paling parah terkena dampak gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004. Meski begitu, Meulaboh menyimpan sejarah dan asal usul yang menarik untuk diketahui.
Sejarah dan Asal-usul Meulaboh
Nama Meulaboh sendiri berasal dari kata “meulah” yang berarti “membuat” dan “boh” yang berarti “air”. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan penduduk setempat yang membuat sumur-sumur untuk mendapatkan air tawar.
Daerah Meulaboh diperkirakan sudah berdiri sejak masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah yang kala itu berkuasa di Kesultanan Aceh pada tahun 1589-1604 Masehi.
Pada Masa Sultan Iskandar Muda, daerah Meulaboh menjadi tempat penanaman lada yang subur. Meski begitu, daerah ini ternyata masih kalah saing dengan Singkil yang juga memproduksi lada beserta kemenyan dan kapur barus.
Hingga pada abad ke-18, banyak masyarakat Minangkabau yang mulai bermigrasi ke kota ini. Mereka kemudian dengan semangat memulai perdagangan lada dan mengundang orang Inggris untuk berdagang di Meulaboh.
Salah seorang saudagar Minang yang mengembangkan perdagangan lada adalah Datuk Makhudum Sati. Beliau merupakan kakek dari pahlawan nasional Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien.
Tak berselang lama setelah Minangkabau datang, pada tahun 1877, Belanda mendirikan pos militer di Meulaboh. Kemudian Belanda pun menguasai Aceh dan menjadikan kota ini sebagai tempat kedudukan asisten residen yang membawahi afdeeling pantai barat Aceh.
Dikutip dari laman resmi pemerintahannya, setelah Indonesia merdeka, Meulaboh menjadi ibu kota Kabupaten Aceh Barat yang merupakan bagian dari Provinsi Aceh. Namun pada tahun 2020, status Meulaboh naik menjadi kota yang terpisah dari Kabupaten Aceh Barat.
Silsilah Raja Meulaboh
Sejak adanya kesultanan Aceh, hanya ada beberapa nama raja yang bisa dilacak. Berikut silsilahnya:
- Teuku Tjik Pho Rahman
- Teuku Tjik Masaid
- Teuku Tjik Ali
- Teuku Tjik Abah
- Teuku Tjik Manso
- Teuku Tjik Raja Nagor
(okt)