Kisah Brahmana Tolak Hadiah Tunggul Ametung usai Redam Pemberontakan di Kediri
loading...
A
A
A
KEDIRI - Tunggul Ametung sang penguasa Tumapel sebelum menjadi kerajaan pernah meminta tolong ke brahmana. Hal ini dilakukan karena kekacauan yang terjadi di wilayah Tumapel. Saat itu memang kondisi keamanan tengah dalam ujian luar biasa.
Konon beberapa aksi pemberontakan, pencurian, dan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) serta konflik terjadi. Hal ini membuat Tunggul Ametung selaku penguasa Tumapel mendatangi para brahmana, tak terkecuali Lohgawe musuhnya sendiri.
Kepada para brahmana Tunggul Ametung meminta Lohgawe dan brahmana lainnya turun tangan. Sempat diwarnai perdebatan antara penguasa Tumapel yang egois itu dengan sang penguasa.
Namun berhasil ditengahi oleh Balakangka, sang penasehat agama istana Tumapel.
Balakangka sebagai salah satu wakil dari pejabat kerajaan sangat berharap pendeta Lohgawe untuk bersedia menggunakan pengaruhnya, untuk meredam kerusuhan yang sedang terjadi itu, sebagaimana dikutip dari “Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan”.
Tunggul Ametung kemudian menambahi bahwa jika pendeta Lohgawe bersedia, dan mau membantu Tumapel untuk meredam aksi kerusuhan itu, maka dirinya sebagai akuwu Tumapel, akan memberikan hadiah besar.
Namun pernyataan Tunggul Ametung ini segera dijawab oleh Lohgawe, bahwa para brahmana atau golongan pemuka agama tidak menginginkan badiah apapun dari penguasa.
Apa yang dilakukan oleh brahmana tiada lain menjalankan dharma kepada masyarakat sebagai wujud kepatuhan terhadap perintah para Dewa. Jika tugas menjalankan dharma ini selesai, maka sang Dewa akan memanggil untuk kembali kepadanya.
Akhirnya, ketika didesak Balakangka, apa sesungguhnya yang ditawarkan oleh Lohgawe untuk membantu memadamkan kerusuhan yang sedang menyeruak di Tumapel ini, Lohgawe menjawab bahwa dirinya tidak bisa mengungkapkan saat itu juga.
Dia butuh waktu paling tidak satu minggu untuk merenung. Hasil dari perenungannya ini ia akan sampaikan sendiri ke Tumapel. Maka selesailah pembicaraan saat itu. Setelah seminggu, Lohgawe akhirnya memenuhi janjinya.
Ia pun pergi ke istana Tumapel untuk menawarkan bantuannya mengatasi kerusuhan.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Konon beberapa aksi pemberontakan, pencurian, dan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) serta konflik terjadi. Hal ini membuat Tunggul Ametung selaku penguasa Tumapel mendatangi para brahmana, tak terkecuali Lohgawe musuhnya sendiri.
Kepada para brahmana Tunggul Ametung meminta Lohgawe dan brahmana lainnya turun tangan. Sempat diwarnai perdebatan antara penguasa Tumapel yang egois itu dengan sang penguasa.
Namun berhasil ditengahi oleh Balakangka, sang penasehat agama istana Tumapel.
Balakangka sebagai salah satu wakil dari pejabat kerajaan sangat berharap pendeta Lohgawe untuk bersedia menggunakan pengaruhnya, untuk meredam kerusuhan yang sedang terjadi itu, sebagaimana dikutip dari “Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan”.
Tunggul Ametung kemudian menambahi bahwa jika pendeta Lohgawe bersedia, dan mau membantu Tumapel untuk meredam aksi kerusuhan itu, maka dirinya sebagai akuwu Tumapel, akan memberikan hadiah besar.
Namun pernyataan Tunggul Ametung ini segera dijawab oleh Lohgawe, bahwa para brahmana atau golongan pemuka agama tidak menginginkan badiah apapun dari penguasa.
Apa yang dilakukan oleh brahmana tiada lain menjalankan dharma kepada masyarakat sebagai wujud kepatuhan terhadap perintah para Dewa. Jika tugas menjalankan dharma ini selesai, maka sang Dewa akan memanggil untuk kembali kepadanya.
Akhirnya, ketika didesak Balakangka, apa sesungguhnya yang ditawarkan oleh Lohgawe untuk membantu memadamkan kerusuhan yang sedang menyeruak di Tumapel ini, Lohgawe menjawab bahwa dirinya tidak bisa mengungkapkan saat itu juga.
Dia butuh waktu paling tidak satu minggu untuk merenung. Hasil dari perenungannya ini ia akan sampaikan sendiri ke Tumapel. Maka selesailah pembicaraan saat itu. Setelah seminggu, Lohgawe akhirnya memenuhi janjinya.
Ia pun pergi ke istana Tumapel untuk menawarkan bantuannya mengatasi kerusuhan.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(ams)