5 Fakta Ricuh Bentrokan Warga dan Aparat di Pulau Rempang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada sejumlah fakta tragedi bentrok Pulau Rempang antara warga dan aparat keamanan. Tragedi bentrok ini terjadi pada Kamis (7/9/2023) lalu.
Kejadian ini didasari sikap penolakan warga terhadap pembangunan kawasan Rempang Eco City di lokasi tersebut.
Warga diketahui berkumpul dan memblokir akses tim gabungan yang hendak mengukur lahan dan memasang patok. Namun, momen ini justru berakhir dengan bentrokan antara warga dan pihak keamanan yang bertugas.
Ribuan warga Pulau Rempang terlibat bentrok dengan aparat keamanan Kota Batam. Suasana semakin kacau ketika pihak berwenang menembakkan gas air mata guna membubarkan kumpulan massa.
Terkait alasannya, bentrokan ini terjadi setelah penolakan masyarakat adat Pulau Rempang atas pembangunan kawasan industri di lahan seluas 17.000 hektare. Pembangunan yang dilabeli proyek strategis nasional untuk membangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata itu adalah bagian Proyek Strategis Nasional (PSN) pada 2023 sebagai Rempang Eco City.
Setelah berkumpul, bentrokan tak terhindarkan ketika tim gabungan berusaha menerobos barikade masyarakat yang berjaga di Jembatan IV Barelang Pulau Rempang. Dalam hal ini, mereka menolak dilakukannya pengukuran dan pemasangan batok di wilayah tersebut.
Saat bentrok tak terhindarkan, pihak berwenang sempat menambakkan gas air mata. Hal ini mereka tujukan guna memecah massa yang berkumpul sangat banyak.
Tembakan gas air mata lantas membuat kerumunan massa menjadi bubar. Tak hanya membuat para warga panik, tembakan gas air mata tersebut juga berimbas kepada anak-anak yang bersekolah di dekat lokasi bentrok.
Brigjen Pol Ahmad Ramadhan selaku Karo Penmas Divisi Humas Polri menegaskan tidak ada korban luka berat maupun ringan dalam bentrokan antara warga dan aparat gabungan di Rempang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) beberapa waktu lalu. Lebih jauh, pihaknya menyatakan bahwa informasi yang menarasikan seperti adanya bayi tewas saat bentrokan tersebut adalah hoaks atau tidak benar.
Selain itu, Ramadhan juga menyebut bahwa usai bentrokan, situasi di Rempang telah terkendali alias aman dan kondusif. Dia juga mengklaim pihaknya telah memberikan pemahaman kepada masyarakat sebelum terjadinya bentrokan itu.
Tragedi bentrok Pulau Rempang yang terjadi mendapat perhatian banyak pihak. Mereka pun memberikan reaksi dan komentar yang beragam.
Salah satunya disampaikan Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi). Mereka meyakini bahwa Polri sudah bertindak profesional dalam menangani bentrokan di Pulau Rempang, Batam.
Lebih lanjut, mereka menyebut terjadinya bentrok dikarenakan kurangnya pendekatan BP Batam terhadap warga. Alhasil yang menjadi dampaknya adalah bentrok antara warga dan aparat keamanan tersebut.
Di sisi lain, Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menyampaikan 6 pernyataan sikap atas bentrokan yang terjadi di Pulau Rempang, Batam. Menurutnya, bentrokan ini tidak mencerminkan demokrasi.
Tak hanya itu, Alissa juga mengecam tindakan penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan. Menurutnya, senjata tersebut tidak pantas digunakan sembarangan, apalagi diarahkan kepada masyarakat.
Kabar bentrokan antara warga Pulau Rempang dan aparat memang mendapat banyak tanggapan, tak terkecuali dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Melalui salah satu penuturannya, ia memerintahkan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia guna menyelesaikan dan menjelaskan masalah terhadap warga Pulau Rempang.
Lebih lanjut, Jokowi menyebut bentrokan yang terjadi dikarenakan bentuk komunikasi kurang baik antara aparat dan masyarakat.
"Ya itu bentuk komunikasi yang kurang baik," ucap Jokowi seperti dikutip pada Rabu (13/9/2023).
Itulah sejumlah fakta terkait tragedi bentrok Pulau Rempang antara warga dengan aparat keamanan.
Kejadian ini didasari sikap penolakan warga terhadap pembangunan kawasan Rempang Eco City di lokasi tersebut.
Warga diketahui berkumpul dan memblokir akses tim gabungan yang hendak mengukur lahan dan memasang patok. Namun, momen ini justru berakhir dengan bentrokan antara warga dan pihak keamanan yang bertugas.
Fakta Tragedi Bentrok Pulau Rempang Batam
1. Penyebab Bentrok
Ribuan warga Pulau Rempang terlibat bentrok dengan aparat keamanan Kota Batam. Suasana semakin kacau ketika pihak berwenang menembakkan gas air mata guna membubarkan kumpulan massa.
Terkait alasannya, bentrokan ini terjadi setelah penolakan masyarakat adat Pulau Rempang atas pembangunan kawasan industri di lahan seluas 17.000 hektare. Pembangunan yang dilabeli proyek strategis nasional untuk membangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata itu adalah bagian Proyek Strategis Nasional (PSN) pada 2023 sebagai Rempang Eco City.
Setelah berkumpul, bentrokan tak terhindarkan ketika tim gabungan berusaha menerobos barikade masyarakat yang berjaga di Jembatan IV Barelang Pulau Rempang. Dalam hal ini, mereka menolak dilakukannya pengukuran dan pemasangan batok di wilayah tersebut.
2. Ada Tembakan Gas Air Mata
Saat bentrok tak terhindarkan, pihak berwenang sempat menambakkan gas air mata. Hal ini mereka tujukan guna memecah massa yang berkumpul sangat banyak.
Tembakan gas air mata lantas membuat kerumunan massa menjadi bubar. Tak hanya membuat para warga panik, tembakan gas air mata tersebut juga berimbas kepada anak-anak yang bersekolah di dekat lokasi bentrok.
3. Kepolisian Tegaskan Tak Ada Korban Jiwa
Brigjen Pol Ahmad Ramadhan selaku Karo Penmas Divisi Humas Polri menegaskan tidak ada korban luka berat maupun ringan dalam bentrokan antara warga dan aparat gabungan di Rempang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) beberapa waktu lalu. Lebih jauh, pihaknya menyatakan bahwa informasi yang menarasikan seperti adanya bayi tewas saat bentrokan tersebut adalah hoaks atau tidak benar.
Selain itu, Ramadhan juga menyebut bahwa usai bentrokan, situasi di Rempang telah terkendali alias aman dan kondusif. Dia juga mengklaim pihaknya telah memberikan pemahaman kepada masyarakat sebelum terjadinya bentrokan itu.
4. Mendapat Banyak Komentar Beragam
Tragedi bentrok Pulau Rempang yang terjadi mendapat perhatian banyak pihak. Mereka pun memberikan reaksi dan komentar yang beragam.
Salah satunya disampaikan Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi). Mereka meyakini bahwa Polri sudah bertindak profesional dalam menangani bentrokan di Pulau Rempang, Batam.
Baca Juga
Lebih lanjut, mereka menyebut terjadinya bentrok dikarenakan kurangnya pendekatan BP Batam terhadap warga. Alhasil yang menjadi dampaknya adalah bentrok antara warga dan aparat keamanan tersebut.
Di sisi lain, Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menyampaikan 6 pernyataan sikap atas bentrokan yang terjadi di Pulau Rempang, Batam. Menurutnya, bentrokan ini tidak mencerminkan demokrasi.
Tak hanya itu, Alissa juga mengecam tindakan penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan. Menurutnya, senjata tersebut tidak pantas digunakan sembarangan, apalagi diarahkan kepada masyarakat.
5. Reaksi Presiden Jokowi
Kabar bentrokan antara warga Pulau Rempang dan aparat memang mendapat banyak tanggapan, tak terkecuali dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Melalui salah satu penuturannya, ia memerintahkan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia guna menyelesaikan dan menjelaskan masalah terhadap warga Pulau Rempang.
Lebih lanjut, Jokowi menyebut bentrokan yang terjadi dikarenakan bentuk komunikasi kurang baik antara aparat dan masyarakat.
"Ya itu bentuk komunikasi yang kurang baik," ucap Jokowi seperti dikutip pada Rabu (13/9/2023).
Itulah sejumlah fakta terkait tragedi bentrok Pulau Rempang antara warga dengan aparat keamanan.
(okt)