Menegangkan! Relawan Dikejar Api dan Nyaris Terjebak Kebakaran Gunung Bromo
loading...
A
A
A
MALANG - Sejumlah Relawan Masyarakat Peduli Api (MPA) dan masyarakat ikut membantu memadamkan kebakaran di Gunung Bromo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Mereka pantang mundur meski sempat dikejar api dan nyaris terjebak.
Warga sekitar kawasan wisata Gunung Bromo tersebut berada di garda terdepan untuk memadamkan api di sejumlah lokasi yang sulit dijangkau.
Pantauan di kawasan Blok Jemplang, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, para relawan ini mayoritas merupakan pelaku wisata dan para pengelola wisata lain di sekitar Gunung Bromo. Salah satunya komunitas jeep Bromo Tengger 4x4.
Pakaian mereka biasanya bercirikan sarung dililitkan di leher sesuai adat masyarakat Tengger dan jaket tebal.
Secara kasat mata memang bisa membedakan antara relawan dengan petugas BPBD yang berseragam oranye, serta instansi lain.
Para sopir jeep ini bergabung dengan petugas lain untuk memadamkan api dengan peralatan seadanya, bahkan dengan pakaian melekat di tubuhnya tak sesuai standar keamanan.
Beberapa relawan dari masyarakat desa sekitar hanya bermodalkan sandal japit, tanpa sepatu pelindung, bahkan beberapa di antaranya menggunakan celana pendek, yang terkesan jauh dari standar keselamatan.
Warga sekitar kawasan wisata Gunung Bromo tersebut berada di garda terdepan untuk memadamkan api di sejumlah lokasi yang sulit dijangkau.
Pantauan di kawasan Blok Jemplang, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, para relawan ini mayoritas merupakan pelaku wisata dan para pengelola wisata lain di sekitar Gunung Bromo. Salah satunya komunitas jeep Bromo Tengger 4x4.
Pakaian mereka biasanya bercirikan sarung dililitkan di leher sesuai adat masyarakat Tengger dan jaket tebal.
Secara kasat mata memang bisa membedakan antara relawan dengan petugas BPBD yang berseragam oranye, serta instansi lain.
Para sopir jeep ini bergabung dengan petugas lain untuk memadamkan api dengan peralatan seadanya, bahkan dengan pakaian melekat di tubuhnya tak sesuai standar keamanan.
Beberapa relawan dari masyarakat desa sekitar hanya bermodalkan sandal japit, tanpa sepatu pelindung, bahkan beberapa di antaranya menggunakan celana pendek, yang terkesan jauh dari standar keselamatan.