Kesaktian Sunan Ampel Tak Tembus Ditikam Keris Lembu Peteng
loading...
A
A
A
Di Kota Surabaya, yakni di kampung Ampel, Raden Rahmat diangkat sebagai Imam dengan gelar sunan sekaligus berkedudukan sebagai wali di Ngampeldenta atau Ampeldenta. Pengangkatan itu dilakukan oleh Raja Majapahit. Mengacu catatan Sedjarah Regent Soerabaja, Sunan Ampel bahkan disebut sebagai bupati pertama Surabaya.
Sementara itu penyamaran penguasa Madura Lembu Peteng sebagai santri di Ampel bertujuan buruk. Lembu Peteng membawa misi mencelakai Sunan Ampel. Rencana itu ia kerjakan pada waktu menjelang salat isya, di mana dirinya sudah bersembunyi di kulah atau tempat wudhu.
Sewaktu melihat Sunan Ampel datang, Lembu Peteng diam-diam menghunus sebilah keris dan langsung melakukan serangan tikaman ke tubuh Sunan Ampel. Ajaib. Keris pusaka itu tidak mampu melukai Sunan Ampel.
Lembu Peteng pun langsung menyatakan takluk dan meminta ampun. “Lembu Peteng dikisahkan mau memeluk Islam setelah peristiwa itu”. Pada kisah lain diceritakan gangguan datang saat Sunan Ampel mengajarkan salat lima waktu.
Gerakan ibadah salat Sunan Ampel dipandang aneh dan ditertawakan oleh orang-orang Majapahit. Namun Sunan Ampel menghadapi cemooh itu dengan sabar, tanpa memperlihatkan kegusaran.
Sunan Ampel juga dicela saat hendak makan karena menghindari daging babi dan katak, dan memilih mengambil daging kambing yang berbau prengus atau apak.
Sunan Ampel dikatakan kurang akal karena tidak memilih daging babi yang lebih gurih dan daging katak yang rasanya lebih nikmat. Sunan Ampel menjawab cercaan orang-orang Majapahit itu dengan melempar senyuman.
Dalam Babad Tanah Jawi dituturkan Sunan Ampel yang merupakan ayah Sunan Bonang dan Sunan Drajat tidak marah dan tetap bersikap sabar. “Ananging putra Champa datang duka maring bocah Majapahit, mila bocah maksih nom-noman,” demikian tertulis dalam Babad Tanah Jawi.
Sementara itu penyamaran penguasa Madura Lembu Peteng sebagai santri di Ampel bertujuan buruk. Lembu Peteng membawa misi mencelakai Sunan Ampel. Rencana itu ia kerjakan pada waktu menjelang salat isya, di mana dirinya sudah bersembunyi di kulah atau tempat wudhu.
Sewaktu melihat Sunan Ampel datang, Lembu Peteng diam-diam menghunus sebilah keris dan langsung melakukan serangan tikaman ke tubuh Sunan Ampel. Ajaib. Keris pusaka itu tidak mampu melukai Sunan Ampel.
Lembu Peteng pun langsung menyatakan takluk dan meminta ampun. “Lembu Peteng dikisahkan mau memeluk Islam setelah peristiwa itu”. Pada kisah lain diceritakan gangguan datang saat Sunan Ampel mengajarkan salat lima waktu.
Gerakan ibadah salat Sunan Ampel dipandang aneh dan ditertawakan oleh orang-orang Majapahit. Namun Sunan Ampel menghadapi cemooh itu dengan sabar, tanpa memperlihatkan kegusaran.
Sunan Ampel juga dicela saat hendak makan karena menghindari daging babi dan katak, dan memilih mengambil daging kambing yang berbau prengus atau apak.
Sunan Ampel dikatakan kurang akal karena tidak memilih daging babi yang lebih gurih dan daging katak yang rasanya lebih nikmat. Sunan Ampel menjawab cercaan orang-orang Majapahit itu dengan melempar senyuman.
Dalam Babad Tanah Jawi dituturkan Sunan Ampel yang merupakan ayah Sunan Bonang dan Sunan Drajat tidak marah dan tetap bersikap sabar. “Ananging putra Champa datang duka maring bocah Majapahit, mila bocah maksih nom-noman,” demikian tertulis dalam Babad Tanah Jawi.
(shf)