Pemkab Gunungkidul Minta Kegiatan Jamaah Tabligh Dihentikan
loading...
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul meminta seluruh kegiatan jamaah tabligh (JT) dihentikan menyusul adanya enam warga Desa Wonosari positif terinfeksi virus corona jenis baru, COVID-19. Dari hasil tracing diketahui kasus ini berawal dari warga yang mengikuti kegiatan tabligh akbar di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengatakan, berbagai kegiatan yang mengumpulkan banyak orang sangat rentan terjadi penularan COVID-19. Ini dibuktikan dengan kasus positif corona di Wonosari diduga berawal dari penjemputan jamaah setelah mengikuti kegiatan di Kebon Jeruk.
"Ini bukan perkara kegiatan keagamaan yang dilarang. Namun karena kita berusaha memutus mata rantai penularan COVID-19. Maka dari itu kami minta kegiatan ditiadakan terlebih dahulu," katanya kepada SINDOnews, Rabu (29/4/2020).
Dijelaskan, dari hasil tracing, pasien positif pertama berawal dari pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 yang tidak jujur kepada petugas. PDP yang meninggal dunia itu belakangan diketahui menjemput satu warga dari Kebon Jeruk yang positif COVID-19. "Dari sini lah kemudian kasus berkembang," ungkapnya.
Semua warga yang positif terinfeksi COVID-19 ternyata melakukan kontak langsung dengan warga yang pulang dari Kebon Jeruk. Meski pulang dari zona merah, warga yang mengikuti kegiatan di Kebon Jeruk menolak melakukan isolasi mandiri. Belakangan diketahui, dia ternyata positif corona.
"Dia masih saja beraktivitas ke berbagai tempat, termasuk dakwah. Makanya tracing kita sampai sekitar 160-an orang," kata Immawan.
Setelah dilakukan rapid test, diketahui 19 orang reaktif. Mereka kemudian menjalani uji swab, dan hasilnya tiga orang positif, empat negatif, dan 12 orang lainnya masih menunggu hasil laboratorium. Karena warga resah dan untuk menjaga mereka tidak beraktivitas kembali, maka Pemkab memutuskan menerapkan karantina massal.
"Kita masih menunggu hasil swab atas warga tersebut. Namun untuk kegiatan sudah kita koordinasikan dengan pihak kepolisian agar ditiadakan," katanya.
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengatakan, berbagai kegiatan yang mengumpulkan banyak orang sangat rentan terjadi penularan COVID-19. Ini dibuktikan dengan kasus positif corona di Wonosari diduga berawal dari penjemputan jamaah setelah mengikuti kegiatan di Kebon Jeruk.
"Ini bukan perkara kegiatan keagamaan yang dilarang. Namun karena kita berusaha memutus mata rantai penularan COVID-19. Maka dari itu kami minta kegiatan ditiadakan terlebih dahulu," katanya kepada SINDOnews, Rabu (29/4/2020).
Dijelaskan, dari hasil tracing, pasien positif pertama berawal dari pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 yang tidak jujur kepada petugas. PDP yang meninggal dunia itu belakangan diketahui menjemput satu warga dari Kebon Jeruk yang positif COVID-19. "Dari sini lah kemudian kasus berkembang," ungkapnya.
Semua warga yang positif terinfeksi COVID-19 ternyata melakukan kontak langsung dengan warga yang pulang dari Kebon Jeruk. Meski pulang dari zona merah, warga yang mengikuti kegiatan di Kebon Jeruk menolak melakukan isolasi mandiri. Belakangan diketahui, dia ternyata positif corona.
"Dia masih saja beraktivitas ke berbagai tempat, termasuk dakwah. Makanya tracing kita sampai sekitar 160-an orang," kata Immawan.
Setelah dilakukan rapid test, diketahui 19 orang reaktif. Mereka kemudian menjalani uji swab, dan hasilnya tiga orang positif, empat negatif, dan 12 orang lainnya masih menunggu hasil laboratorium. Karena warga resah dan untuk menjaga mereka tidak beraktivitas kembali, maka Pemkab memutuskan menerapkan karantina massal.
"Kita masih menunggu hasil swab atas warga tersebut. Namun untuk kegiatan sudah kita koordinasikan dengan pihak kepolisian agar ditiadakan," katanya.
(abd)