Gawat! Penurunan Tanah di Pantura Makin Parah Tembus 5,5 Cm Pertahun

Minggu, 30 Juli 2023 - 09:49 WIB
loading...
Gawat! Penurunan Tanah di Pantura Makin Parah Tembus 5,5 Cm Pertahun
Badan Geologi melakukan pemantauan kejadian penurunan tanah di wilayah Pantura khususnya di Pekalongan, Jawa Tengah. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
PEKALONGAN - Badan Geologi melakukan pemantauan secara serius atas kejadian penurunan tanah di wilayah Pantura. Hal itu menyusul temuan kejadian penurunan tanah hingga 5,5 cm per tahun di wilayah Pekalongan, Jawa Tengah.

Penelitian terus dilakukan, salah satunya melalui pembuatan Stasiun Pengamatan Permukaan Tanah (SPPPT) atau sumur bor hingga kedalaman 300 meter.Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui data secara pasti masalah penurunan tanah di kawasan tersebut.

Ketua Tim Infrastruktur Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi, William Pradana Sollu mengatakan, saat ini pihaknya telah mulai melakukan pengeboran bor inti atau bor teknik di Stadion Hoegeng, Pekalongan.



Menurut William, kawasan tersebut mengalami penurunan tanah yang signifikan. Di mana dalam riset tahun 2020 hingga 2023, menunjukkan bahwa selama tiga tahun terakhir, penurunan mencapai 180 mm, atau sekitar 5,5 cm pertahun.

Sehingga Badan Geologi kembali membuat stasiun pemantauan di lokasi yang sama dari seumur bor sebelumnya.

”Sebelumnya pada tahun 2020 kami sudah memasang bor inti sedalam 100 meter. Namun karena penurunannya cukup cepat, kami kembali melakukan pengeboran dengan kedalaman 300 meter, yang diharapkan ditemukan lapisan keras bumi,” katanya.

Salah satu alasan utama pemilihan lokasi pengeboran di Stadion Hoegeng adalah karena adanya bentukan-bentukan stadion yang melengkung, pondasi yang bergeser, tanah bergelombang, dan lainnya.

Hal tersebut telah cukup menjadi dasar dilakukannya riset penurunan tanah.



William menyatakan bahwa hasil penelitian akan membantu dalam mengidentifikasi faktor penyebab penurunan tanah, apakah karena tingginya penyerapan air atau adanya faktor lain seperti lumpur atau beban bangunan di atasnya.

Selain itu, data yang diperoleh akan menjadi dasar untuk mengambil tindakan mitigasi yang tepat terkait penurunan tanah di kawasan tersebut.

“180 mm per tahun secara total selama tiga tahun, dari situ angkanya cukup signifikan. Di tempat lain mungkin saja ada yang lebih tinggi tapi mungkin belum terdeteksi kami. Pantauan kami adalah kawasan Pantura Jateng seperti Semarang dan Pekalongan ini,” jelasnya.

Selain di Stadion Hoegeng, Badan Geologi juga memasang sumur bor atau SPPPT Degayu pada 2021, SPPPT ini untuk memantau penurunan muka tanah yang ada di wilayah Utara. Kemudian sumur bor di Bakorwil Dinas ESDM Provinsi Jateng tahun 2016.

Dalam waktu 7 tahun (2016-2023) penurunan yang terjadi pada lokasi ini sekitar 38,5 cm atau sekitar 5,5 cm/tahun (hampir sama dengan penurunan muka tanah yang terjadi di Stadion Hoegeng).

Selain kawasan stadion, lokasi Bandengan, Pekalongan menjadi contoh terkena dampak paling besar bencana penurunan muka tanah. Informasi warga Bandengan wilayah ini awalnya mulai masuk rob tahun 2009 tetapi sifatnya belum permanen (masih keluar masuk).

Namun pada 2010 rob yang masuk ke wilayah ini bersifat permanen dan masuk ke rumah warga bahkan merusak area persawahan karena terendam, bahkan sekarang kedalaman rendaman rob nya sudah mencapai lebih dari 1 meter.

Pada lokasi Bandengan ini hampir setiap tahun rumahnya diuruk, akibatnya atap rumahnya semakin memendek. Pengurugannya berasal dari dana pribadi warga maupun bantuan dari pemerintah.

Pada wilayah utara Bandengan, sejak tahun 2019 telah dibangun Tanggul oleh PUPR untuk menghindari dampak banjir.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1482 seconds (0.1#10.140)