Refleksi Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Ajak Anak Muda Melek Sejarah

Senin, 27 Juli 2020 - 13:46 WIB
loading...
Refleksi Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Ajak Anak Muda Melek Sejarah
Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, Adi Sutarwijono (dua dari kiri) disela diskusi daring memgenai peristiwa 27 Juli 1996 atau biasa disebut Kudatuli. Foto/SINDOnews/Lukman Hakim
A A A
SURABAYA - DPC PDIP Kota Surabaya, menggelar peringatan peristiwa 27 Juli 1996 atau biasa disebut "Kudatuli". Yaitu, serangan terhadap Kantor DPP PDI di Jakarta, yang akhirnya membangkitkan perlawanan luas di berbagai daerah.

(Baca juga: Banjir Kepung Kota Balikpapan Setelah Diguyur Hujan 6 Jam )

Serangan terhadap partai politik pimpinan Megawati Soekarnoputri tercatat sebagai tragedi kelam di era Orde Baru itu dipaparkan dalam diskusi daring, Minggu (26/7/2020) malam. Diskusi menghadirkan pembicara politisi PDIP Budiman Sudjatmiko, dan jurnalis Frans Padek Demon yang meliput langsung peristiwa bersejarah tersebut.

Budiman Sudjatmiko mengatakan, tragedi 27 Juli 1996 menjadi pelajaran terpenting dalam perjalanan bangsa bahwa demokrasi ditegakkan dengan harga sangat mahal. Yaitu pertentangan fisik hingga pengorbanan rakyat. "Maka kita harus menjaga demokrasi Indonesia, menjaga sekuat tenaga," ujarnya.

Peristiwa 27 Juli 1996 ditandai dengan pengambilalihan paksa kantor DPP PDI Jalan Diponegoro No. 58 Jakarta, dari kepengurusan yang sah di bawah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Penyerbuan dilakukan massa PDI pendukung Soerjadi yang disokong oleh kekuatan negara.

(Baca juga: Kakek 67 Tahun di Kebumen 5 Kali Setubuhi Gadis 14 Tahun )

Penyerbuan kantor PDI itu merupakan puncak dari berbagai peristiwa yang mengguncang kemapanan Orde Baru, dimulai sejak Megawati terpilih sebagai Ketua Umum PDI dalam Kongres di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, pada 1993.

Pemerintahan Orde Baru tak merestui terpilihnya Megawati, sehingga rezim terus memecah belah PDI . Puncaknya, pemerintah merestui Soerjadi menggelar kongres "tandingan" PDI di Medan, Juni 1996. Soerjadi menjadi ketua umum PDI yang "direstui" pemerintah. "Soeharto tak ikhlas Megawati memimpin PDI . Peristiwa 27 Juli adalah upaya merebut kepemimpinan PDI dari Megawati," ujar Budiman.

Menurut Budiman, tragedi 27 Juli 1996 menjadi salah satu titik balik perlawanan rakyat dalam merebut demokrasi. "Tragedi itu bukan hanya wujud perlawanan PDI terhadap Orde Baru, tapi juga menandai gerakan rakyat bahwa demokrasi harus direbut bersama-sama," imbuh Budiman.

Sementara itu, jurnalis Frans Padak Demon mengisahkan pengalamannya meliput langsung tragedi tersebut. Saat itu, dia adalah wartawan TV Jepang, NHK. "Pagi betul, 27 Juli, saya main tenis di Cinere. Ada pesan lewat pager yang meminta dia meliput ke kantor PDI di Jalan Diponegoro. 'Frans segera ke kantor PDI , kantor diserang preman dan tentara' demikian pesan yang saya terima," ceritanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1983 seconds (0.1#10.140)