7 Fakta Putri Tujuh: Kisah Kematian Putri Cantik yang Jadi Asal Usul Kota Dumai
loading...
A
A
A
PUTRI Tujuh adalah kisah yang melibatkan tujuh putri cantik yang tragis meninggal dunia di dalam hutan. Legenda ini terus berkembang dan menjadi cerita rakyat yang disampaikan secara turun-temurun melalui cerita lisan dan tulisan. Kisah Putri Tujuh ini diyakini sebagai asal mula nama Kota Dumai, Riau.
Dalam artikel ini, kami akan mengungkapkan fakta menarik seputar kisah Putri Tujuh dan bagaimana kematian mereka menjadi bagian penting dari sejarah Kota Dumai.
Tubuhnya yang indah, wajahnya yang berseri seperti rembulan, kulitnya yang lembut seperti sutra, serta alis yang tampak seirama dan rambutnya yang panjang seperti mayang membuatnya sangat memikat.
Penolakan ini membuat Pangeran marah dan memutuskan untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pertempuran sengit terjadi antara kedua kerajaan di tepian Selat Malaka.
Kisah Putri Tujuh adalah salah satu cerita yang memperkaya budaya dan sejarah Indonesia, khususnya Kota Dumai. Meskipun hanya mitos, legenda ini menjadi bagian penting dari identitas kota dan mengingatkan kita akan kecantikan dan kesedihan yang menyertainya.
Dalam artikel ini, kami akan mengungkapkan fakta menarik seputar kisah Putri Tujuh dan bagaimana kematian mereka menjadi bagian penting dari sejarah Kota Dumai.
1. Nama-nama Putri Cantik dan Keindahan Mereka
Putri Tujuh adalah tujuh putri yang sangat cantik dan masing-masing memiliki pesona tersendiri. Putri bungsu bernama Mayang Sari adalah yang paling cantik di antara mereka.Tubuhnya yang indah, wajahnya yang berseri seperti rembulan, kulitnya yang lembut seperti sutra, serta alis yang tampak seirama dan rambutnya yang panjang seperti mayang membuatnya sangat memikat.
2. Pengintai Pangeran Empang Kuala
Saat ketujuh putri sedang asyik berendam dan bersenda gurau di lubuk Sarang Umai, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mengintai. Orang tersebut adalah Pangeran Empang Kuala yang tanpa sengaja melihat kecantikan Putri Mayang Sari. Pangeran tersebut jatuh cinta padanya dan berniat untuk meminangnya.3. Penolakan Pinangan dan Pertempuran
Pangeran Empang Kuala mengirim utusan untuk meminang Putri Mayang Mengurai, namun pinangannya ditolak oleh Ratu Cik Sima, ibu dari ketujuh putri.Penolakan ini membuat Pangeran marah dan memutuskan untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pertempuran sengit terjadi antara kedua kerajaan di tepian Selat Malaka.
4. Perlindungan Ratu Cik Sima terhadap Putri-Putri Cantik
Untuk melindungi putri-putrinya dari bahaya perang, Ratu Cik Sima menyembunyikan ketujuh putri cantik di dalam hutan. Mereka disembunyikan di dalam lubang beratap tanah yang dilindungi oleh pohon besar. Ratu Cik Sima memberikan mereka makanan yang cukup untuk tiga bulan selama mereka bersembunyi.5. Bantuan Jin Penghuni Bukit
Dalam keadaan terdesak, Ratu Cik Sima meminta bantuan jin penghuni bukit di hulu Sungai Umai. Bantuan jin ini sangat efektif dalam menghancurkan pasukan Pangeran Empang Kuala. Saat pasukan tersebut beristirahat di bawah pohon bakau di tepi Sungai Umai, ribuan bakau tiba-tiba jatuh dan menusuk tubuh para prajurit, menghancurkan kekuatan pasukan Pangeran Empang Kuala.6. Tragedi Kematian Putri-Putri Cantik
Meskipun berhasil mengalahkan pasukan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima dan putri-putrinya tidak bisa merayakan kemenangan mereka. Ketika mereka kembali ke tempat persembunyian di hutan, mereka menemukan lubang tempat mereka bersembunyi telah runtuh dan tertimbun tanah. Ketujuh putri cantik tersebut tewas terjebak di bawah reruntuhan tersebut.7. Asal Usul Nama Kota Dumai
Kisah kematian tragis ketujuh putri tersebut menjadi asal usul nama Kota Dumai, yang dalam bahasa Melayu berarti "tujuh" atau "ketujuh". Nama ini dipilih sebagai penghormatan kepada Putri Tujuh yang menjadi bagian sejarah dan cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi.Kisah Putri Tujuh adalah salah satu cerita yang memperkaya budaya dan sejarah Indonesia, khususnya Kota Dumai. Meskipun hanya mitos, legenda ini menjadi bagian penting dari identitas kota dan mengingatkan kita akan kecantikan dan kesedihan yang menyertainya.
(shf)