Pencarian Korban Bencana Banjir Luwu Utara Terus Dilakukan
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara , Sulsel, mendapat perhatian dari pusat. Potensi bencana di wilayah tersebut kemungkinan besar masih bisa terjadi.
Data akumulasi sementara Pusdalops BNPB RI hingga Sabtu 18 Juli 2020, dilaporkan 36 orang meninggal dunia atas kejadian ini. Kemudian 40 warga masih dalam pencarian, dan 58 orang luka-luka.
Selain itu tercatat ada 14.483 jiwa atau 3.627 KK terdampak yang saat ini mengungsi di 76 titik posko yang tersebar di tiga kecamatan. Diantaranya, Kecamatan Masamba 1.937 KK (7.748 jiwa), Kecamatan Sabbang 238 KK (927 jiwa), dan Kecamatan Baubenta 1.452 KK (5.808 jiwa)
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati mengatakan, proses pencarian dan evakuasi korban terdampak banjir masih terus dilakukan. Diupayakan dalam seminggu kedepan proses pencarian masih dilakukan.
"Kami dapat info terkahir dari pemerintah Luwu Utara, bahwa proses pencarian korban akan berlangsung selama seminggu. Jika masih ada kebutuhan untuk mencari lagi, Basarnas akan standby dan bisa lakukan proses lebih lanjut," tutur Raditya saat konferensi pers terkait penanganan banjir Luwu Utara via telekonferensi, kemarin.
Dia melanjutkan, tidak menutup kemungkinan, korban jiwa masih bertambah. Di tengah upaya pembersihan lokasi yang masih banyak tertutupi lumpur atas dampak banjir. "Dalam hal pembersihan sudah dilakukan dan targetnya seminggu setelah kejadian, sudah bersih semuanya," tambahnya. (BACA JUGA: Erdogan Lakukan Kunjungan Kejutan ke Hagia Sophia usai Jadi Masjid)
Dia melanjutkan, bencana banjir di Kabupaten Luwu Utara tidak hanya disebabkan karwna curah hujan yang tinggi. Berdasarkan kunjungan Kepala BPNP RI beberapa waktu lalu, juga mengaku peristiwa ini pun karena ada faktor manusia, disamping faktor alam.
"Pertama curah hujan yang tinggi, kedua peralihan fungsi lahan, kemudian ketiga memang ada sejarah dalam patahan yang mengakibatkan kondisi formasi di bagian hulu lemah dan berpotensi terjadi longsor," kata Raditya Jati.
Bencana ini menyebabkan kerugiaan materiil yang sangat besar. Meski belum dihitung nilainya, namun kerusakan dari segi infrastruktur cukup banyak. Diantaranya meliputi 9 unit sekolah, 4.202 rumah, 13 unit rumah ibadah, 3 unit fasilitas kesehatan, 8 kantor pemerintah.
Banjir juga menyebabkan akses transportasi terdampak yakni di sepanjang 12,8 kilometer jalan rusak, dan 9 unit jembatan. Akses jalur Masamba-Baebunta juga tertimbun longsor. Kemudian 219 hektare lahan pertanian dan 245 hektare persawahan pun terdampak.
Data akumulasi sementara Pusdalops BNPB RI hingga Sabtu 18 Juli 2020, dilaporkan 36 orang meninggal dunia atas kejadian ini. Kemudian 40 warga masih dalam pencarian, dan 58 orang luka-luka.
Selain itu tercatat ada 14.483 jiwa atau 3.627 KK terdampak yang saat ini mengungsi di 76 titik posko yang tersebar di tiga kecamatan. Diantaranya, Kecamatan Masamba 1.937 KK (7.748 jiwa), Kecamatan Sabbang 238 KK (927 jiwa), dan Kecamatan Baubenta 1.452 KK (5.808 jiwa)
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati mengatakan, proses pencarian dan evakuasi korban terdampak banjir masih terus dilakukan. Diupayakan dalam seminggu kedepan proses pencarian masih dilakukan.
"Kami dapat info terkahir dari pemerintah Luwu Utara, bahwa proses pencarian korban akan berlangsung selama seminggu. Jika masih ada kebutuhan untuk mencari lagi, Basarnas akan standby dan bisa lakukan proses lebih lanjut," tutur Raditya saat konferensi pers terkait penanganan banjir Luwu Utara via telekonferensi, kemarin.
Dia melanjutkan, tidak menutup kemungkinan, korban jiwa masih bertambah. Di tengah upaya pembersihan lokasi yang masih banyak tertutupi lumpur atas dampak banjir. "Dalam hal pembersihan sudah dilakukan dan targetnya seminggu setelah kejadian, sudah bersih semuanya," tambahnya. (BACA JUGA: Erdogan Lakukan Kunjungan Kejutan ke Hagia Sophia usai Jadi Masjid)
Dia melanjutkan, bencana banjir di Kabupaten Luwu Utara tidak hanya disebabkan karwna curah hujan yang tinggi. Berdasarkan kunjungan Kepala BPNP RI beberapa waktu lalu, juga mengaku peristiwa ini pun karena ada faktor manusia, disamping faktor alam.
"Pertama curah hujan yang tinggi, kedua peralihan fungsi lahan, kemudian ketiga memang ada sejarah dalam patahan yang mengakibatkan kondisi formasi di bagian hulu lemah dan berpotensi terjadi longsor," kata Raditya Jati.
Bencana ini menyebabkan kerugiaan materiil yang sangat besar. Meski belum dihitung nilainya, namun kerusakan dari segi infrastruktur cukup banyak. Diantaranya meliputi 9 unit sekolah, 4.202 rumah, 13 unit rumah ibadah, 3 unit fasilitas kesehatan, 8 kantor pemerintah.
Banjir juga menyebabkan akses transportasi terdampak yakni di sepanjang 12,8 kilometer jalan rusak, dan 9 unit jembatan. Akses jalur Masamba-Baebunta juga tertimbun longsor. Kemudian 219 hektare lahan pertanian dan 245 hektare persawahan pun terdampak.