Asal Usul Nama dan Sejarah Denpasar, Kota yang Dulunya Wilayah Badung
loading...
A
A
A
DENPASAR merupakan salah satu kota di Pulau Bali yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Provinsi Bali. Kota Denpasar ini menjadi kota terbesar terbesar kedua di wilayah Indonesia Timur setelah Makassar.
Denpasar memiliki sejarah yang menarik untuk diketahui. Beberapa di antaranya berkaitan dengan asal usul nama dan sejarahnya.
Kala itu, Kyai Jambe Ksatrya tinggal di Puri Jambe Ksatrya yang kini menjadi Pasar Satria. Taman ini menjadi unik, karena dilengkapi dengan tempat untuk bermain adu ayam.
Berangkat dari hobi Kyai Jambe Ksatrya adalah bermain adu ayam, oleh karena itu tidak jarang sang raja mengundang raja-raja lainnya di Bali untuk bermain adu ayam di taman tersebut.
Nama Denpasar sendiri terdiri dari dua kata yaitu “Den” yang berarti utara dan “Pasar” yang berarti pasar. Nama ini diberikan pada taman tersebut mengingat lokasinya yang terletak di utara pasar. Saat ini taman itu menjadi Jaya Sabha atau rumah dinas Gubernur Bali.
Melansir dari laman resmi pemerintahannya, Kota Denpasar didirikan oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan yang merupakan keturunan dari Puri Pemecutan.
Nama kota ini muncul saat wilayah yang dahulunya disebut sebagai wilayah Badung ini dipimpin oleh dua kerajaan yaitu Puri Pemecutan dan Puri Jambe Ksatrya.
Pada dasarnya dua pemerintahan tersebut dipimpin oleh satu keturunan yang sama, yakni keturunan dari Kyai Jambe. Meski begitu kedua wilayah pemerintahannya telah terbagi cukup jelas, dengan wilayah barat Tukad Badung yang dipimpin oleh Puri Pemecutan.
Sedangkan sebelah timur Tukad Badung pimpin oleh Puri Jambe Ksatrya.
Namun keberadaan Puri Denpasar kemudian telah dihancurkan oleh Kolonialisme Belanda, tepatnya pada saat berkobarnya Perang Puputan Badung.
Hingga kemudian bekas bangunan itu dijadikan sebagai kantor Asisten Residen Bali Selatan dan juga kontroleur Badung.
Puri Denpasar pernah dibangun ulang oleh Cokorda Alit Ngurah pada tahun 1929 dan dinobatkan sebagai Regent Badung. Namun karena berlokasi di Puri Jambe Ksatrya, masyarakat Bali hingga saat ini menyebutnya sebagai Puri Satria.
Denpasar memiliki sejarah yang menarik untuk diketahui. Beberapa di antaranya berkaitan dengan asal usul nama dan sejarahnya.
Asal Usul Nama Denpasar
Dalam sejarahnya, wilayah Denpasar adalah sebuah taman. Akan tetapi taman tersebut berbeda dengan taman pada umumnya, karena taman tersebut merupakan taman kesayangan dari Raja Badung pada waktu itu, Kyai Jambe Ksatrya.Baca Juga
Kala itu, Kyai Jambe Ksatrya tinggal di Puri Jambe Ksatrya yang kini menjadi Pasar Satria. Taman ini menjadi unik, karena dilengkapi dengan tempat untuk bermain adu ayam.
Berangkat dari hobi Kyai Jambe Ksatrya adalah bermain adu ayam, oleh karena itu tidak jarang sang raja mengundang raja-raja lainnya di Bali untuk bermain adu ayam di taman tersebut.
Nama Denpasar sendiri terdiri dari dua kata yaitu “Den” yang berarti utara dan “Pasar” yang berarti pasar. Nama ini diberikan pada taman tersebut mengingat lokasinya yang terletak di utara pasar. Saat ini taman itu menjadi Jaya Sabha atau rumah dinas Gubernur Bali.
Sejarah Kota Denpasar
Secara administratif, Kota Denpasar telah diresmikan menjadi sebuah kota pada 1788. Dalam pembentukan kota ini telah mengalami proses yang panjang, bahkan sejak Pulau Bali masih ditinggali oleh kerajaan-kerajaan.Baca Juga
Melansir dari laman resmi pemerintahannya, Kota Denpasar didirikan oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan yang merupakan keturunan dari Puri Pemecutan.
Nama kota ini muncul saat wilayah yang dahulunya disebut sebagai wilayah Badung ini dipimpin oleh dua kerajaan yaitu Puri Pemecutan dan Puri Jambe Ksatrya.
Pada dasarnya dua pemerintahan tersebut dipimpin oleh satu keturunan yang sama, yakni keturunan dari Kyai Jambe. Meski begitu kedua wilayah pemerintahannya telah terbagi cukup jelas, dengan wilayah barat Tukad Badung yang dipimpin oleh Puri Pemecutan.
Sedangkan sebelah timur Tukad Badung pimpin oleh Puri Jambe Ksatrya.
Namun keberadaan Puri Denpasar kemudian telah dihancurkan oleh Kolonialisme Belanda, tepatnya pada saat berkobarnya Perang Puputan Badung.
Hingga kemudian bekas bangunan itu dijadikan sebagai kantor Asisten Residen Bali Selatan dan juga kontroleur Badung.
Puri Denpasar pernah dibangun ulang oleh Cokorda Alit Ngurah pada tahun 1929 dan dinobatkan sebagai Regent Badung. Namun karena berlokasi di Puri Jambe Ksatrya, masyarakat Bali hingga saat ini menyebutnya sebagai Puri Satria.
(shf)