Sejarah Candi Tikus, Petirtaan Warisan Kerajaan Majapahit yang Mengejutkan

Sabtu, 18 Maret 2023 - 12:17 WIB
loading...
Sejarah Candi Tikus, Petirtaan Warisan Kerajaan Majapahit yang Mengejutkan
Candi Tikus menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang dipimpin Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada yang pernah berjaya di tanah air. Foto/Ist
A A A
SEJARAH Candi Tikus dan asal usul keberadaannya menjadi sebuah topik menarik untuk dibahas. Candi Tikus erat kaitannya dengan Kerajaan Majapahit. Situs ini menjadi salah satu peninggalan dari kerajaan besar dipimpin Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada yang pernah berjaya di tanah air.

Mengutip laman Kebudayaan Kemdikbud, candi peninggalan ini berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.


Dalam riwayat penemuannya, Candi Tikus ditemukan oleh seorang Bupati Mojokerto bernama Kromojoyo Adinegoro sekitar tahun 1914. Pada sejarahnya, penemuan candi ini memiliki kisah yang cukup menarik.

Konon, saat itu daerah Temon dan sekitarnya tengah diserang hama tikus. Setiap dilakukan pengejaran terhadap kelompok tikus ini, mereka selalu masuk ke sebuah lubang yang terletak di atas sebuah gundukan.

Singkatnya, lubang tersebut dibongkar atas perintah bupati. Pada akhirnya, diketahui bahwa ternyata di dalamnya terdapat sebuah bangunan seperti petirtaan.

Pada keberlanjutannya, Candi Tikus telah dipugar dan selesai sekitar tahun 1989. Sebagai bangunan petirtaan, denah bangunannya berbentuk bujur sangkar berukuran 22,5 x 22,5 meter, serta struktur tertingginya mencapai 5,2 meter.


Lebih lanjut, bagian bangunan induk, teras, dan kolam dibuat dari bata merah. Sedangkan pancuran airnya dibuat dari batu andesit. Adapun jumlah pancurannya sekitar 46 buah, namun yang masih tersisa 19 pancuran, sementara sisanya disimpan di Museum Majapahit.

Meski belum diketahui secara pasti, Candi Tikus diperkirakan telah dibangun sekitar abad ke-13 atau ke-14. Menurut Mpu Prapanca dalam kitab Nagarakertagama, candi ini dulunya disebut menjadi tempat mandi raja dan upacara-upacara tertentu yang dilaksanakan di kolam-kolamnya.

Pada pupuh 27 dan 29 disebutkan keberadaan tempat pemandian (petirtaan) raja yang dikunjungi Hayam Wuruk dan keterangan terkait adanya upacara-upacara tertentu di kolam-kolam.

Versi cerita tersebut mungkin cukup relevan dengan bentuk dan susunan Candi Tikus yang menggambarkan konsep makrokosmos di Gunung Mahameru.

Seperti yang banyak dipercaya, puncak gunung tersebut dulunya menjadi tempat dewa. Sehingga air yang mengalir dari Mahameru dianggap sebagai air suci.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1485 seconds (0.1#10.140)