Sasak Beusi, Misteri Wanita Bergaun Merah dan Sejarah dari Masa ke Masa
loading...
A
A
A
PURWAKARTA - Bagi warga Purwakarta, nama Sasak Beusi (jembatan besi) bukanlah hal asing. Nama tempat berupa jembatan di atas Sungai Cikao yang secara fungsi memiliki peranan vital sebagai penghubung antara Kabupaten Purwakarta dengan Bandung sejak ratusan tahun silam.
Banyak cerita melekat pada jembatan yang telah berusia ratusan tahun tersebut. Tak heran muncul cerita mistis terkait Sasak Beusi di tengah masyarakat.
Bahkan di dunia maya, Sasak Beusi disebut-sebut sebagai satu di antara beberapa tempat lain yang dicap angker alias dihuni makhluk astral.
Serdadu Belanda saat melintasi Sasak Beusi. Foto/KITLV/Rijks Archief
Cerita mistis pun sering pula digadang-gadang menjadi penyebab banyaknya kecelakaan lalu lintas di lokasi tersebut.
Salah satu cerita mistis yang beredar dan menguat di tengah masyarakat adalah sosok wanita bergaun merah yang dipercayai menjadi penunggu jembatan besi itu.
Sosok inilah acapkali dituding menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas di Sasak Beusi. Meskipun sampai saat ini belum ada pihak yang membuktikan eksistensi perempuan bergaun merah dan keterlibatannya dalam setiap kecelakaan di kawasan tersebut.
Namun jika ditilik dari fakta di lapangan, posisi Sasak Beusi berada paling bawah jika dilihat dari Ciganea dan Bunder. Tak heran jalannya menurun curam dan menikung tajam.
Dengan kondisi seperti itu, tentu saja sangat berbahaya bagi para pengguna jalan yang melaju tanpa memperhatikan keselamatan. Sedikit saja lengah, alamat kecelakaan lalu lintas tak bisa dihindari.
Beberapa insiden kecelakaan lalu lintas memang sempat terjadi, dari mulai tabrakan beruntun, truk trailer terbalik, hingga kecelakaan tunggal dengan korban jiwa tak tak sedikit.
Terlepas dari cerita mistis itu, Sasak Beusi memiliki peran vital dalam perkembangan Purwakarta sejak ratusan tahun silam.
Sejarawan Purwakarta Ahmad Said Widodo mengungkapkan, Sasak Beusi berada di atas aliran Sungai Cikao yang dibangun pada 1868 masa pemerintahan Bupati RAA Sastra Adhiningrat II (1863-1886); dengan Resident LWC Bosch (24-01-1868).
"Awalnya jembatan itu satu jalur. Tapi kini sudah digantikan sengan dua jembatan baru, yang satu dibangun pada 1977 dan satunya lagi sesudah tahun 2000-an. Namun salah satu jembatan yang baru tetap menggunakan pasangan batu-bata bekas jembatan Sasak Beusi lama," ungkap Widodo kepada SINDOnews.
Widodo mengemukakan, jembatan baru yang dibangun pada 1977 itu sempat diperiksa oleh Ir Sutami, Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik era Orde Baru.
Tapi justru Sutami tidak bersedia meresmikan dikarenakan menurut perhitungannya tidak akan bertahan selama lebih dari 100 tahun. Tentu saja sejak masa Sutami hingga sekarang belum genap berusia satu abad.
Sementara itu, sebelum Tol Cipularang dibangun, Sasak Beusi menjadi sarana prasarana infrastruktur penghubung utama Jakarta-Bandung via Purwakarta.
Saat ini pun, Sasak Beusi masih memiliki peran vital itu, yakni menjadi penunjang bergulirnya roda perekonomian Purwakarta dan daerah di sekitarnya.
Banyak cerita melekat pada jembatan yang telah berusia ratusan tahun tersebut. Tak heran muncul cerita mistis terkait Sasak Beusi di tengah masyarakat.
Bahkan di dunia maya, Sasak Beusi disebut-sebut sebagai satu di antara beberapa tempat lain yang dicap angker alias dihuni makhluk astral.
Serdadu Belanda saat melintasi Sasak Beusi. Foto/KITLV/Rijks Archief
Cerita mistis pun sering pula digadang-gadang menjadi penyebab banyaknya kecelakaan lalu lintas di lokasi tersebut.
Salah satu cerita mistis yang beredar dan menguat di tengah masyarakat adalah sosok wanita bergaun merah yang dipercayai menjadi penunggu jembatan besi itu.
Sosok inilah acapkali dituding menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas di Sasak Beusi. Meskipun sampai saat ini belum ada pihak yang membuktikan eksistensi perempuan bergaun merah dan keterlibatannya dalam setiap kecelakaan di kawasan tersebut.
Namun jika ditilik dari fakta di lapangan, posisi Sasak Beusi berada paling bawah jika dilihat dari Ciganea dan Bunder. Tak heran jalannya menurun curam dan menikung tajam.
Dengan kondisi seperti itu, tentu saja sangat berbahaya bagi para pengguna jalan yang melaju tanpa memperhatikan keselamatan. Sedikit saja lengah, alamat kecelakaan lalu lintas tak bisa dihindari.
Beberapa insiden kecelakaan lalu lintas memang sempat terjadi, dari mulai tabrakan beruntun, truk trailer terbalik, hingga kecelakaan tunggal dengan korban jiwa tak tak sedikit.
Terlepas dari cerita mistis itu, Sasak Beusi memiliki peran vital dalam perkembangan Purwakarta sejak ratusan tahun silam.
Sejarawan Purwakarta Ahmad Said Widodo mengungkapkan, Sasak Beusi berada di atas aliran Sungai Cikao yang dibangun pada 1868 masa pemerintahan Bupati RAA Sastra Adhiningrat II (1863-1886); dengan Resident LWC Bosch (24-01-1868).
"Awalnya jembatan itu satu jalur. Tapi kini sudah digantikan sengan dua jembatan baru, yang satu dibangun pada 1977 dan satunya lagi sesudah tahun 2000-an. Namun salah satu jembatan yang baru tetap menggunakan pasangan batu-bata bekas jembatan Sasak Beusi lama," ungkap Widodo kepada SINDOnews.
Widodo mengemukakan, jembatan baru yang dibangun pada 1977 itu sempat diperiksa oleh Ir Sutami, Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik era Orde Baru.
Tapi justru Sutami tidak bersedia meresmikan dikarenakan menurut perhitungannya tidak akan bertahan selama lebih dari 100 tahun. Tentu saja sejak masa Sutami hingga sekarang belum genap berusia satu abad.
Sementara itu, sebelum Tol Cipularang dibangun, Sasak Beusi menjadi sarana prasarana infrastruktur penghubung utama Jakarta-Bandung via Purwakarta.
Saat ini pun, Sasak Beusi masih memiliki peran vital itu, yakni menjadi penunjang bergulirnya roda perekonomian Purwakarta dan daerah di sekitarnya.
(awd)