Ciptakan Siswa Mandiri lewat Bertani Memanfaatkan Lahan
loading...
A
A
A
KUTAI BARAT - SMPN 1 Sekolaq Darat yang beralamat di Jalan Nihin, Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur (Kaltim), bisa menjadi contoh dalam memupuk kemandirian siswa. Salah satunya adalah memanfaatkan lahan untuk bertani dan berkebun.
Sekolah yang merupakan mitra Tanoto Foundation ini memberikan pengetahun bertani dan berkebun secara langsung kepada para siswanya. Dengan memanfaatkan halaman sekolah yang cukup luas, menjadikan para siswa memahami bercocok tanam dan mengembangkan tanaman.
Kepala Sekolah SMPN 1 Sekolaq Darat, Elli Helkia mengungkapkan, pendekatan yang dilakukan pihaknya dengan menerapkan Mikir, yakni Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi.
"Penerapan Mikir ini diaplikasikan melalui lahan dan diwujudkan dalam bentuk pengelolaan kebun sekolah. Memperbanyak tanaman hingga menjual hasil kebun dan bisa dirasakan langsung oleh siswa," ucap Elli Helkia di SMPN 1 Sekolaq Darat, Kubar, Kaltim, Selasa (14/3/2023).
Dari berkebun tersebut, dikatakan Elli, memberikan setidaknya ada tiga hingga empat mata pelajaran yang bisa dipelajari. Di antaranya IPA, Matematika, Kewirausahaan, dan Bahasa Indonesia.
"Dengan memanfaatkan lahan, menanam sayur-sayuran, mengolah lahan, menghitung jarak tanam, siswa diajarkan memupuk, penanaman, kemudian perawatan, memasarkan, bagaimana mengkomunikasikan produk, menjualnya hingga mendapatkan hasil dan dilakukan secara mandiri," jelasnya.
Dampak dari penerapan Mikir ini telah dirasakan manfaatnya oleh siswa SMPN 1 Sekolaq kelas 9, Romi Prawito Saputra.
Ilmu praktik berkebun dan bercocok tanam ini, kemudian dia lakukan di rumahnya. Selain itu dia menambah pengetahuannya lewat YouTube dan media sosial lainnya. Hingga Romi mampu merasakan hasilnya dengan cara menjualnya.
"Menjual tanaman cangkok, per pohon bisa 50 ribu sampai 100 ribu. Tergantung kualitasnya, kalau bagus bisa 100 ribu," ucap Romi.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini bersyukur apa yang dikerjakannya mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Di mana dia bisa mendapatkan dana awal untuk membeli polybag, sebagai media tanam.
"Belajar mencangkok dari Pak Yatno, guru di sekolah. Orang tua terus ngasih semangat, dikasih modal juga untuk beli polyback. Hasil penjualan untuk beli sepatu, buku, dan lainnya," tuturnya.
"Yang paling dicari biasanya cangkokan durian, alpukat, kelengkeng. Hambatannya biasanya pas cuaca yang kurang mendukung, kadang-kadang hujan dan panas, itu biasanya berjamur," tutup Romi.
Sekolah yang merupakan mitra Tanoto Foundation ini memberikan pengetahun bertani dan berkebun secara langsung kepada para siswanya. Dengan memanfaatkan halaman sekolah yang cukup luas, menjadikan para siswa memahami bercocok tanam dan mengembangkan tanaman.
Kepala Sekolah SMPN 1 Sekolaq Darat, Elli Helkia mengungkapkan, pendekatan yang dilakukan pihaknya dengan menerapkan Mikir, yakni Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi.
"Penerapan Mikir ini diaplikasikan melalui lahan dan diwujudkan dalam bentuk pengelolaan kebun sekolah. Memperbanyak tanaman hingga menjual hasil kebun dan bisa dirasakan langsung oleh siswa," ucap Elli Helkia di SMPN 1 Sekolaq Darat, Kubar, Kaltim, Selasa (14/3/2023).
Dari berkebun tersebut, dikatakan Elli, memberikan setidaknya ada tiga hingga empat mata pelajaran yang bisa dipelajari. Di antaranya IPA, Matematika, Kewirausahaan, dan Bahasa Indonesia.
"Dengan memanfaatkan lahan, menanam sayur-sayuran, mengolah lahan, menghitung jarak tanam, siswa diajarkan memupuk, penanaman, kemudian perawatan, memasarkan, bagaimana mengkomunikasikan produk, menjualnya hingga mendapatkan hasil dan dilakukan secara mandiri," jelasnya.
Dampak dari penerapan Mikir ini telah dirasakan manfaatnya oleh siswa SMPN 1 Sekolaq kelas 9, Romi Prawito Saputra.
Ilmu praktik berkebun dan bercocok tanam ini, kemudian dia lakukan di rumahnya. Selain itu dia menambah pengetahuannya lewat YouTube dan media sosial lainnya. Hingga Romi mampu merasakan hasilnya dengan cara menjualnya.
"Menjual tanaman cangkok, per pohon bisa 50 ribu sampai 100 ribu. Tergantung kualitasnya, kalau bagus bisa 100 ribu," ucap Romi.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini bersyukur apa yang dikerjakannya mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Di mana dia bisa mendapatkan dana awal untuk membeli polybag, sebagai media tanam.
"Belajar mencangkok dari Pak Yatno, guru di sekolah. Orang tua terus ngasih semangat, dikasih modal juga untuk beli polyback. Hasil penjualan untuk beli sepatu, buku, dan lainnya," tuturnya.
"Yang paling dicari biasanya cangkokan durian, alpukat, kelengkeng. Hambatannya biasanya pas cuaca yang kurang mendukung, kadang-kadang hujan dan panas, itu biasanya berjamur," tutup Romi.
(nag)